Share

Time Travel

Penulis: Lullaby
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 18:01:36

Tirai mata Liora terasa begitu berat untuk terbuka. Sangat berat. Dia mulai menggerakkan tubuh, tetapi tubuhnya juga tidak dapat digerakkan seolah semua sel dan susunan syarafnya mati rasa.

'Aaakkhhh!' Liora berteriak, tetapi suaranya seolah tersangkut di kerongkongan. Tidak ada suara yang bisa keluar.

'Apa yang terjadi padaku? Kenapa bisa begini? Apakah ini yang dinamakan santet?' Panik. Tentu saja.

'Siapapun tolong aku!' Liora tetap berusaha menjerit dan bergerak. Namun, usahanya masih tidak berguna.

'Evaaaa! Di mana kamu? Apa kamu yang melakukan semua ini? Apa kamu yang melakukan santet padaku? Maafkan aku atas semua dosa-dosaku, Eva! Aku tidak akan bersikap narsistik lagi!' Jeritan kepanikan itu juga sia-sia.

Tiba-tiba, terdapat sebuah cahaya putih yang sangat terang. Mengerjap-ngerjap silau, Liora memendarkan pandangan dan menangkap bayangan di sebuah ruang kosong yang begitu hampa.

Liora memutuskan untuk berjalan dan terus berjalan. Hingga tak lama, dia melihat sosok wanita yang sedang berdiri membelakanginya di ujung ruang hampa tersebut.

Meskipun hanya dari belakang, wanita itu terlihat kacau dengan rambut kusut dan bergaun compang-camping dipenuhi bercak darah. Apakah dia hantu?

'Ah, umm ... hallo! Apa kamu bisa membantuku keluar dari sini?'

“….” Tidak ada jawaban. Sungguh wanita yang misterius.

'Mengapa diam saja? Katakan sesuatu! Jangan membuatku takut!' Liora terus berbicara meskipun tidak ditanggapi. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.

'Aku bisa membantumu asal kamu bersedia melakukan sesuatu untukku.' Akhirnya terdengar jawaban. Suara yang begitu dalam dan merdu.

Liora melebarkan mata, 'Apa yang harus kulakukan? Aku akan melakukan apa saja asal bisa keluar dari sini.'

'Yang harus kamu lakukan adalah menjaga keluargaku dan membiarkanku tetap hidup.' Suara merdu itu terdengar sedikit bergetar.

Liora mengerutkan kening, 'Keluarga? Membiarkanmu hidup? Apa maksudnya?'

Samar-samar cahaya putih yang menyilaukan mata itu meredup bersamaan dengan sosok wanita misterius yang perlahan menghilang seperti kepulan asap yang menguap.

'Tunggu dulu! Jangan pergi begitu saja! Hey! Jangan per—

"LADY! SADARLAH!" Suara teriakan seorang wanita tiba-tiba terdengar mengejutkan.

Tirai mata Liora sontak terbuka sempurna. Suara nyaring yang baru saja terdengar berhasil membuatnya tersadar. Liora merasa jiwanya seperti terhempas dengan kuat. Sangat kuat.

Beranjak duduk dari tidur, dia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut pening. Ekor matanya kemudian melirik dan mengedar ke sekeliling. Kerutan di dahinya timbul semakin dalam.

"Aku ... di mana?"

Pemandangan pertama yang Liora dapatkan adalah sebuah langit-langit dengan ukiran artistik yang begitu detail dan berseni tinggi. Ranjang klasik yang berbeda dengan ranjang di kamarnya yang berdesain modern dan penuh teknologi canggih.

Ada pilar di setiap sudut ranjang yang tersampir sebuah tirai putih transparan. Tirai putih itu sedikit berkibar dengan gemulai akibat ulah angin yang menerobos masuk melalui jendela.

Sementara jendela di kamar itu bergaya victoria klasik yang menjulang tinggi. Semua furniture dan bangunan di sekitarnya seperti kamar seorang Putri yang ada di negeri dongeng. Dilihat dari sedotan pun tempat ini bukanlah kamar Liora.

Ekor mata Liora beralih pada seorang wanita yang sebelumnya berteriak dan membangunkannya. Wanita itu berpakaian maid yang sedang terlihat begitu khawatir.

"Syukurlah Lady sudah sadar setelah mengigau cukup lama," ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.

"Apa maksudnya?" Liora kembali mengerutkan kening. "Bagaimana bisa aku tiba-tiba ada di sini? Dan juga, siapa kamu?" cecarnya penuh waspada.

Bergeming. Wanita itu terdiam sejenak. Bibirnya yang tertutup rapat perlahan terbuka. "Saya Emma, pelayan Anda, Lady. Apa Anda sungguh tidak mengingat saya? Sepertinya ada yang salah dengan kepala Anda usai tenggelam."

"Ha? Tenggelam? Jangan bercanda! Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu." Liora benar-benar dibuat frustrasi dengan berbagai kondisi irasional yang terjadi.

Liora sangat yakin jika sebelumnya berada di dalam mobil hingga mungkin telah terjadi kecelakaan padanya. Lalu bagaimana dia tiba-tiba berada di sini? Terlebih, tenggelam? Dia sama sekali tidak ingat jika jalanan yang dia lewati terdapat sungai. Semua yang terjadi saat ini sungguh tidak masuk akal.

"Ladyyyy!" Emma tiba-tiba berteriak dan menangis dengan keras.

"Hentikan! Kenapa kamu yang menangis? Seharusnya aku yang menangis." Liora merasa semakin bingung. Meskipun dia tetap terlihat tenang dan tidak se-histeris Emma, tetapi suaranya terdengar bergetar. Tentu dia juga takut dan panik bukan main.

"Saya yakin masalah di kepala Anda benar-benar serius, Lady. Saya akan memanggil Tuan dan Nyonya."

Liora membeku di tempat dan mulai bertanya-tanya, "Kegilaan macam apa ini? Bukankah sebelumnya aku berada di dalam mobil sebelum melihat truk yang menabrak mobilku? Apa aku sudah mati dan ini yang dinamakan surga?” monolognya masih tidak percaya.

Jika dibilang syuting, di mana pun terlihat tidak ada kamera. Jika dibilang mimpi, anehnya semua terasa begitu nyata. Liora bahkan tidak mengenal siapa wanita yang mengaku sebagai Emma si pelayan tersebut. Dan, yang terpenting, tubuhnya sama sekali tidak terasa sakit mengingat telah terjadi kecelakaan hebat padanya.

BRAKH!

Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Terlihat seorang wanita berusia sekitar separuh abad yang masih terlihat cantik dan anggun, pria berkumis melengkung yang juga berusia separuh abad dan terlihat kekar, serta Emma si pelayan yang berdiri di belakang mereka.

"Oh, Putriku! Kamu benar-benar sudah sadar, Sayangku!" Wanita itu tiba-tiba memeluk Liora dengan erat.

"Maafkan kami datang terlambat, My Love." Pria berkumis itu ikut mengelus pucuk rambut Liora dengan tatapan sayu.

Liora yang sejak awal bingung menjadi semakin bingung. Tubuhnya membeku dan tidak bergerak sedikitpun. Putriku? Seingatnya, kedua orangtuanya sudah wafat puluhan tahun yang lalu, sejak dia masih kecil.

"Apakah kita sedang syuting?" Liora bertanya dengan hati-hati.

"Syuting? Apa itu syuting, My Love?" Pria berkumis itu bertanya dengan wajah polos dan tatapan mata yang masih sayu.

"Kami tidak tahu apa itu syuting, yang kami tahu hanya kepiting. Apa kamu ingin makan kepiting, Sayangku? Emma akan membuatkan yang paling lezat." Kini wanita cantik dan anggun itu yang berbicara dengan tatapan khawatir.

Liora terdiam dengan pikiran yang rumit. Wajar jika dia masih tidak percaya dengan situasi irasional yang terjadi kepadanya. Dia merasa seolah-olah memainkan peran yang familiar, yang mana seseorang yang tiba-tiba masuk ke dunia asing dan biasa disebut dengan isekai. Ayolah, itu hal yang sangat tidak mungkin terjadi di dunia nyata.

"Sebentar, apa Anda sungguh tidak mengingat kami, Lady?" Emma bertanya dengan wajah panik.

Liora kembali terdiam sebelum menggeleng perlahan, "Aku tidak tahu siapa kalian."

Emma praktis menangis dengan keras. Pun wanita separuh abad yang cantik dan anggun itu juga ikut menangis. Namun, suara tangisan mereka terkalahkan dengan tangisan pria berkumis melengkung yang begitu melengking.

"Oh, My Love, bagaimana kamu bisa melupakan kami? Terlebih ayahmu yang imut ini. Ini tidak boleh terjadi. Cepat panggil dokter keluarga, Emma!" Pria berkumis itu berseru.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Pesta Kelulusan

    Kegiatan yang paling dinantikan oleh para murid akhir-akhir ini adalah pesta kelulusan tahunan. Pesta ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk memamerkan kemewahan dan prestise mereka. Para murid telah diberi cuti dan diperbolehkan kembali ke kediaman masing-masing untuk mempersiapkan diri menjelang pesta.Di kediaman mereka, semuanya sibuk menyiapkan diri dengan penuh antusias. Mereka memilih gaun dan setelan jas yang paling sesuai dengan selera masing-masing. Persiapan untuk pesta kelulusan menjadi sebuah ritual istimewa yang mereka lakukan untuk terlihat sempurna.Namun, di tengah keramaian ini, Canna justru sedang bersantai sambil menikmati segelas jus apel yang disiapkan oleh Emma. Beberapa hari terakhir, ia kembali ke kediaman Duke William, dan ternyata, ia merasa nyaman berada di rumah."Lady, ada yang mengirimkan ini untuk Anda," kata Emma sambil membawa sebuah surat dan sebuah kotak hadiah besar.Canna mengangkat alisnya ketika melihat Emma membawa barang-bara

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Felix Confess

    Toko Roti Gustave adalah satu-satunya toko di Pusat Schwerin yang terkenal dengan kualitas adonan terbaik. Mereka sering memuji-muji roti serta kue keringnya yang lezat.Setiap hari, lusinan pelanggan yang mengantri menghiasi toko ini. Termasuk, Canna dan Felix yang sedang duduk di meja, menunggu hidangan yang baru saja mereka pesan di tengah kerumunan pengunjung setia.Gustave dengan gesit mengambil hidangan-hidangan yang baru saja matang dari panggangan, meletakkannya dengan cermat di atas nampan, dan kemudian berjalan dengan langkah pasti menuju meja yang ditempati oleh Canna dan Felix."Baklava, sebuah karya seni roti berlapis yang membawa cita rasa yang hangat telah siap," ucap Gustave sambil merasa puas dengan hasil kerjanya, "Tidak hanya itu, pancake lemon manis juga telah kusiapkan khusus untuk Lady yang manis ini." Dengan sentuhan penuh keanggunan, Gustave meletakkan hidangan-hidangan itu di depan Felix dan Canna.Namun, tak hanya itu yang membuat momen ini istimewa. Gustave

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Janji

    'Aku, merasa mengantuk,' pikir Canna dengan pandangan kosong.Seperti biasa, Canna berjalan di kampus akademi seperti itik yang kesepian, dikucilkan dari kelompok dan dunia sekitarnya.Saat melangkah, dia tidak bisa menguap karena menjaga citranya sebagai wanita antagonis yang elegan. Sebagai gantinya, dia menggigit bibir hingga air matanya keluar.Langkahnya menuju kelas terasa berat, matanya yang merah seperti kelilipan. Namun, dia tak bisa mengabaikan pemandangan yang terjadi di belakang gedung sihir. Di sana, suasana menjadi serius.Troy, didampingi oleh pengikut-pengikutnya, sedang bersenang-senang dengan menyiksa Dimitri. Bajingan gendut itu bahkan tidak menyadari kehadiran Canna di belakang mereka. Mereka sibuk mengejek Dimitri, sementara Canna menyaksikan semuanya dengan dingin."Hei, Tolol! Katakan berapa 12x7, huh?""...."Dimitri hanya menunduk, kacamata tebalnya nyaris terjatuh dari hidungnya."Bukankah selama ini kamu selalu mencari muka di hadapan para guru? Sekarang kat

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Role Play

    🔞 Mature content. Bijaklah dalam membaca!__"Aku ingin sekali memasukkannya ke dalam mulutmu, tapi aku yakin itu akan merusak wajah cantik yang menggemaskan ini. Jadi, bagaimana jawabanmu?" Sambil melafalkan kata-kata vulgar itu, Axe meraih pergelangan Canna dan membiarkannya memegang kejantanannya. Terkejut dengan ketebalan yang tidak bisa dipegang dengan satu tangan, Canna mencoba menarik tangannya keluar dari dalam celananya, tetapi itu sia-sia. "Ke mana perginya keberanianmu tadi? Kamu yang melemparkan dirimu padaku, jika kamu lupa." Mata biru keabu-abuan Axe berkilat menggoda sambil menahan tubuh Canna untuk tidak bergerak. Mulanya, Canna memang hanya berniat menggodanya, tetapi kini dia justru terjebak dan tidak bisa lepas dari genggamannya. Dia sering mendengar dirinya disebut 'wanita gila', tetapi tampaknya Axe bukanlah tandingannya. Pria itu lebih gila daripada siapapun."Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Canna bergumam pelan dan berpura-pura bersikap te

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Bisakah Kamu Atasi?

    Ellie membawa keranjang buah sambil berjalan menyusuri hutan. Pada sore hari seperti ini, Felix biasanya berlatih pedang di dekat danau, dan Ellie berniat menemuinya.Tepat seperti yang diduga, Felix terlihat begitu serius berlatih hingga keringatnya bercucuran. Gerakannya begitu lihai dalam mengayunkan pedang, disertai mana sihirnya yang kuat membuat aura-nya yang hangat seketika berubah menjadi seperti aura berbahaya.Ellie yang melihat itu semua di balik pohon, tiba-tiba pipinya bersemu merah karena menurutnya Felix terlihat begitu menarik.Felix yang menyadari keberadaan Ellie lantas menghentikan gerakannya dan meletakkan pedangnya, "Apa kamu akan terus bersembunyi di situ?"Ellie terkesiap dan merasa malu. Dengan langkah ragu, dia mendekati Felix dan berusaha mengurangi jarak di antara mereka. "Maaf, aku tahu aku mengganggumu saat latihan. Aku hanya ingin memberimu ini," ucapnya seraya menyodorkan keranjang berisi buah-buahan segar."Sudah kubilang aku tidak membutuhkan sesuatu s

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Pemandangan Indah

    Kelopak mata Canna terbuka hingga mengungkapkan bulu matanya yang lentik. Mengedarkan pandangan, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah klasik yang sederhana. Namun, ini bukanlah kamar asrama Hoover. Apakah dia berada di rumah salah satu penduduk Desa Kacang?"Kamu sudah bangun?" kata Felix sambil membawa makanan dan meletakkannya di atas nakas. "Jangan banyak bergerak, karena lukamu baru diobati.""Terima kasih sudah mengobatiku, Felix.""Bukan aku yang mengobatimu, tetapi Guru Axe. Seperti saat kejadian sebelumnya." Felix membicarakan tentang kejadian racun di Trapple Park dan saat itu Axe juga yang mengobati Canna. "Tapi mengapa kejadian buruk selalu menimpa kamu? Aku khawatir setiap kali," tambahnya sambil menghela nafas."Maaf, aku juga tidak menginginkannya," ujar Canna dengan lesu. "Tapi seseorang memukulku dari belakang. Meskipun tidak seberapa terlihat jelas, aku yakin dia adalah seorang gadis berambut pirang keemasan. Aku benar-benar tidak berbohong. Sungguh!" imbuhnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status