Jessy menelan ludah dengan terus memutar otaknya. “Aku tahu, segala sesuatunya tentu memiliki resiko tersendiri!”
“Selama dua tahun ini aku terus belajar dan memantaskan diri. Inilah saatnya, aku memiliki dua puluh persen saham dalam grup yang diwariskan Papa. Grup Lin hanya memiliki tiga puluh persen, sedangkan anda–”
Jessy menghentikan kalimatnya tepat setelah Yoshi berbalik badan dan menatap istrinya dengan seringai yang seolah memperlihatkan kepuasan dan kebanggaan. Pria itu bisa dengan jelas mengetahui maksud dari perkataan Jessy. Yoshi menaruh gelas wine di nakas, dia berjalan perlahan mendekati posisi duduk istrinya. “Aku adalah seorang pebisnis, tidak ada satupun pebisnis di dunia ini yang menyerahkan bisnisnya untuk merugi!”
Yoshi mengangkat dagu Jessy dan berucap dingin lirih tepat di wajah istrinya. Terlihat Jessy menelan ludah sendiri saat aroma wine dari mulut suaminya menguar di indra penciumannya. Yoshi bangkit kembali, tubuhnya menyandar di ujung meja, dia bersedekap tangan menatap Jessy dengan wajah mengolok. “Grup Lin cukup baik dalam bekerja sama dengan KGTech, dia sudah menyumbang tiga puluh persen keuntungan yang masuk dalam aliran dana KGTech. Lalu, kamu mencoba menghancurkannya?” Yoshi kembali menunduk mengintimidasi istrinya yang sudah sesak kesulitan bernafas. “Bagaimana kamu mengganti rugi tiga puluh persen itu?”
Jessy terpaku sulit berucap dengan penuturan sadis suaminya. ‘Sebenernya, dia suamiku atau bukan? Buat apa aku setuju menikah dengannya kalau tidak menguntungkan seperti ini?’
Bukan Jessy namanya jika tidak berpikir keras dengan cepat, dengan hati-hati dia menjawab apa yang dipertanyakan suaminya. “Asal Tuan mau mengajariku kembali cara meraih keuntungan lebih besar dari yang sudah di sumbangkan grup Lin, aku akan berusaha keras melakukannya!”
Yoshi mengembangkan senyuman, gadis dihadapannya terasa berbeda dengan gadis yang dua tahun lalu Yoshi temui.
“Selamanya Grup Wang hanya boleh dimiliki oleh keluarga besarku!” Jessy kembali berujar membuyarkan lamunan Yoshi. “Atas dasar apa Paman Lin berani menghilangkan nama besar Wang dan meraup keuntungan dari jerih payah orang tuaku!”
“Heh,” Yoshi terkekeh lirih. “Aku tidak ingin mendengar keluh kesahmu, itu urusanmu bukan jadi urusanku!” Yoshi kembali berbalik badan dan duduk di kursi kebesarannya. Dia mengambil berkas dan melanjutkan proses verifikasi data yang sebelumnya tertunda tanpa ingin terlihat peduli pada keadaan istrinya saat ini.
“Jika benar masalahku bukan menjadi urusan anda, lantas mengapa anda menyetujui persyaratan pernikahan yang aku ajukan sebelumnya?!!”
Jessy sudah menjatuhkan air matanya, rasanya dia mulai buntu sekaligus takut. Yoshi terdiam dan kembali menatap istrinya. “Heh, kamu tidak sadar juga? Aku ini pebisnis, aku akan memilih sesuatu yang menguntungkanku tentu saja!”
Sakit rasanya mendengar olokan suami diatas kertasnya itu. “Jadi, pernikahan kita ini tidak ada harganya untukmu? Bahkan untuk memenuhi persyaratanku kamu tidak mampu melakukannya. Lalu, untuk apa kita masih bertahan?!”
Yoshi merasa tidak senang dengan ucapan lancang istrinya itu. “Kamu sungguh berani menyela dengan nada tinggi di depanku seperti itu?!”
“Dengar Jessy, bukankah kamu tahu… Aku hanya ingin bersenang-senang denganmu, sisanya—” Yoshi menggantung kalimatnya, tiba-tiba jantungnya berdetak cepat saat melihat Jessy sudah terisak pilu di depan matanya.
“Aku mengerti!” Jessy menyeka cepat bulir bening yang membasahi wajah cantiknya. “Semua pekerjaan yang ingin saya sampaikan sudah selesai aku presentasikan. Saya mohon undur diri!” Jessy tidak peduli lagi apa tanggapan Yoshi pada sikapnya saat ini. Wanita itu bangkit segera dan menunduk sopan sebagai penghormatan. Tak lama dia berlari kecil keluar ruangan dan berusaha tidak lagi kembali kesana. Yoshi dibuat terdiam seribu kata rasanya melihat Jessy yang menangis karena ucapannya. “Huh!”
—
Jessy terus melangkah dengan air mata yang sesekali menerobos keluar, dia tidak peduli apa tanggapan orang-orang di sekitarnya. Dia sudah berada dalam mobilnya, tak lama dia menekan pedal gas dan kembali ke kediaman setelah mengabarkan pada asistennya dia pulang lebih dulu karena satu urusan.
Jessy menuju sebuah villa di kawasan elit di pusat kota. Villa Luxury Palace adalah hadiah pernikahan Yoshi untuk istrinya Jessy. Disana lah tempat paling aman selama dua tahun ini Jessy menyembunyikan dirinya dari keluarga Lin. Dunia jagat media sosial juga sempat mempertanyakan keberadaan Jessy setelah kecelakaan dua tahun yang lalu. Tidak ada yang bisa mengira bahwa Jessy selamat dan justru sekarang menjadi istri simpanan seorang pria paling berpengaruh dan paling kaya se-Asia Pasifik. Status pernikahannya tentu saja disembunyikan dari siapapun, semuanya terjadi hanya karena asas saling menguntungkan satu sama lain.
Jessy sudah berada di rumahnya, dia melempar barang yang melekat di tubuhnya ke sembarang arah, setelahnya dia menjatuhkan diri di sofa. Dia kembali terdengar terisak melanjutkan kesedihannya. “Atas dasar apa hidupku bisa semenderita ini! Huhu…”
Jessy terus menumpahkan air mata juga perasaan dongkolnya, sampai tidak terasa dia tertidur di sana saking lelahnya. Setiap kali mata gadis itu menutup, setiap itu juga Jessy merasa terus dihantui oleh mimpi buruk yang jelas jadi kenyataan hidupnya dua tahun yang lalu.
Bersambung…
Flashback dua tahun yang lalu… Skyline Dome Club, kota B. Jessy terus menenggak winenya hingga tandas, dia tidak menyadari bahwa bartender yang memberikannya minuman sudah mencampur wine yang ditenggak Jessy dengan salah satu obat terlarang Afrodisiak dalam dosis cukup tinggi. Bartender itu tentu saja pesuruh dari pihak Stefanie yang berniat mencelakai Jessy, mereka bekerja sama dengan beberapa orang. Si bartender memberikan kode saat Jessy mulai terlihat mabuk dan berniat keluar dari klub pada rekannya yang bersiap membawa Jessy dan melancarkan niat busuk mereka. Bruuuk! “Nona, apa anda baik-baik saja?” “Uughh! Kepalaku–” Jessy tidak sengaja menabrak seseorang, tubuhnya terhempas mengenai tembok pembatas. Dia memegang kepalanya erat yang rasanya seperti akan pecah saat ini juga. “Oh, anda sepertinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Mari, saya akan membantu anda menuju tempat istirahat yang tepat!” Seorang pria mesum menyeringai dan memapah tubuh Jessy menuju salah satu kamar
Dengan bantuan sistem canggihnya, Yoshi dan Jessy selamat di malam naas itu. Yoshi membawa si gadis menuju mansionnya. Diketahui penyebab ledakan adalah bom yang dipasang musuh saat mengetahui keberadaannya disana yang lengah saat bercengkrama bersama seorang gadis yang memang disewa untuk menjebaknya. “Uugh!” Jessy mencoba menggerakkan tubuhnya yang berat. “Aduh, mengapa tubuhku terasa ngilu dan sakit sekali!” “Kamu sudah bangun?!” Yoshi mematikan rokoknya dan menatap gadis satu malamnya yang kini tengah terbelalak di depan mata. “Aaaarrkk!” Gadis itu menjerit kencang saat menyadari kemungkinan yang terjadi dengannya. ‘Tubuhku tidak memakai baju dan di hadapanku ada seorang pria dewasa berdada polos– Apa yang mungkin sudah terjadi?’ Tanpa aba-aba Jessy menangis kencang diikuti jeritan yang tidak manusiawi untuk seukuran gadis kecil seperti Jessy. Yoshi terpaku dengan sikap tengil gadis di depan matanya itu, dia sampai harus menyumpal telinganya agar tidak mendengar jeritan Jess
“Aku tidak tahu!” kelakar Yoshi, dia paling senang menjahili istri kecilnya itu. Di kantor atau di luar memang Yoshi terlihat kejam, tapi siapa mengira pria kejam dan dingin itu ada sisi lembut di depan istri kecilnya.“Ah sebal!” Jessy bangkit merengut dan memukul dada bidang suaminya yang menggoda. Tak lama raut wajah Jessy berubah. “Apa benar Grup Lin akan mengakuisisi Grup Wang?”“Kamu masih memikirkannya?” Yoshi mengusap perlahan wajah cantik istrinya.“Tentu saja,” ucap Jessy lemah menunduk dan tidak berani lagi menatap suaminya.“Aku tidak pernah mengatakan kebohongan bukan? Minggu depan mereka akan melakukannya di rapat pemegang saham.”Jessy menelan ludah sekaligus mengepalkan kedua tangannya. “Mana janjimu?”“Hah?” Yoshi pura-pura tidak mendengar.“Sayang bilang aku boleh mengajukan permintaan saat aku menerima pernikahan kontrak kita!”“Owh…” Yoshi terkekeh, dia tidak pernah terlihat serius menanggapi masalah yang jadi ketakutan istrinya. “Jika aku membantu dan memberikan a
Ruang Kerja Kepala Divisi Pemasaran.“Siang, Bos!” sambut Karin di depan Jessy yang sepagi ini berwajah muram. “Acieee, abis garap lahan kering ya?”Plaaak!“Aduh, sakit!”Karin menggosok kepalanya, Jessy memukul asistennya dengan sling bag miliknya. Setelah itu, Jessy tidak peduli dan berjalan menuju kursi kebesarannya.“Pantas saja ijin setengah hari kemarin. Eh, sekarang malah masuk siang! Kenapa gak sekalian cuti full aja sih! Biar lancar anu-anunya~”Jessy menoleh sejenak kemudian mengabaikan ocehan asistennya yang selalu senang menggodanya. Tak lama Jessy seperti mengingat sesuatu. ‘Tunggu, semalam aku lupa apa dia sepakat atau belum atas janjinya?’Gadis itu masih belum tenang pasal perusahaan keluarganya yang akan di akuisisi oleh keluarga mantan calon suaminya itu. “Apa ada pekerjaan lain?”“Nih! Berkas yang perlu anda tanda tangani untuk perencanaan penjualan tiga bulan kedepan!”Karin menaruh beberapa berkas diatas meja kerja atasannya. Jessy mengangguk mengerti dan mengisy
“Sayang, mesum!” Jessy beringsut mundur dan menutup tubuh bagian depan dengan kedua tangannya. “Heh,” Yoshi terkekeh sejenak kemudian menunjukan raut wajah seriusnya. “Kamu mencariku pasti ada sesuatu? Apa lagi yang kamu inginkan, hm?” Jessy menelan ludahnya sendiri, dia kembali gugup setiap kali suaminya dalam mode serius. “Aku hanya ingin memastikan kamu menyetujui perjanjian kita semalam.” “Kamu sungguh pantang menyerah, ya!” “Sure…” Jessy menatap Yoshi penuh harap, pria itu begitu menyukai wajah cantik dan teduh istrinya, seolah menemukan kenyamanan yang tidak pernah ditemuinya dari wanita manapun selain Ibunya. “Minggu depan, kamu bisa datang ke Grup Lin. Kamu berhak mengetahui jalannya rapat, kamu jangan takut, kamu adalah salah satu pemegang saham.” Jessy masih menunjukkan raut wajah sendu dan ragu membuat Yoshi mengerutkan keningnya. “Aku– Bagaimana jika aku ditolak disana?” Jessy mengungkapkan kegelisahan hatinya selama ini. “Apa Sayang akan menemaniku, menjadi dewa peno
Kiyoshi Kaviandra adalah putra ketiga pasangan tuan besar Keenan Kaviandra beserta istrinya Farah Lee. Kiyoshi memiliki dua kakak, satu kakak tertua bernama Keano Kaviandra, adapun kakak perempuannya bernama Greicillia Kaviandra. Dia juga memiliki tiga keponakan, dua diantaranya memiliki jarak usia yang dekat dan satu lagi masih berusia lima tahun. Keponakan terdekatnya adalah Michell Kaviandra dan Micheilla Kaviandra, kakak beradik kembar, putra dan putri Keano Kaviandra dengan istrinya Fellycia Park. Sedangkan anggota keluarga yang paling kecil bernama Alreschander Adamson, putra sulung dari kakak kedua Yoshi, Greicillia dengan suaminya Jade Adamson.Sekilas mengenai Klan Kaviandra Kedua, tuan besar Keenan Kaviandra atau lebih dikenal dengan sebutan Mr. K adalah putra sulung dari tetua Kaviandra. Dia mendirikan perusahaan besar KTech atau Kaviandra Technology, beliau juga meneruskan bisnis keluarga dalam nama besar KGroup. Setelah tetua Kaviandra lengser, tuan besar Keenan menggabun
“Uncle!” Micheilla bangkit dan mendekat merangkulkan tangannya di tangan paman kecilnya. “Kalau Uncle tidak menemukan wanita yang pantas, Uncle sama Cheilla aja yaaa~” “Ya!” Yoshi tersenyum dan mengecup kening keponakannya. “Heiii!” Farah menyela dan tidak menyukai sikap keduanya. “Sudah cukup rumor keluarga kita ini, jangan kalian tambah lagi!” Semua orang kembali terkekeh, Al meminta untuk diturunkan dari pangkuan tuan besar, lalu dia berlari menuju paman kecilnya. “Uncleee~ Al rindu!” “Hai, Baby~ Uncle juga rinduuu~” Yoshi bersimpuh dan mencubit lemah hidung keponakan kecil menggemaskannya. Tak lama kemudian, semua anggota keluarga duduk di tempatnya masing-masing. Mereka melanjutkan perbincangan secara random sekaligus menyantap kudapan yang sudah terhidang seluruhnya di meja makan. “Uncle!” seru Cheilla memecah kesunyian. “Ya?” Yoshi mendongak menunjukan raut wajah kebingungannya di depan Cheilla. “Dengar-dengar sudah beberapa waktu Uncle sering ke Negara B, ya?” “Uhhuukk
Tuan Lin terbelalak seketika mendengar dan melihat bagaimana gadis kecil dihadapannya begitu berani dan lantang menyatakan keinginannya. Lain hal dengan Georgio Lin yang justru semakin terpikat dengan Jessy yang seperti orang baru di matanya.“Ah... I-tu–” Tuan Lin mulai gelagapan, dia tidak memiliki persiapan akan kedatangan Jessy saat ini. Seluruh peserta rapat saling menoleh dan berbisik membuat keadaan semakin ricuh.‘Bagaimana ini? Kenapa dia tiba-tiba datang tepat saat aku ingin mengakuisisi perusahaannya. Apa mungkin selama ini Jessy menyembunyikan dirinya demi hari ini?’ batin tuan Lin semakin bergejolak menatap tajam keponakan jauhnya.“Jessy, bukan begitu— Kamu mana mengerti dengan kondisi perusahaan. Justru, Paman melakukan hal ini demi kebaikan perusahaan yang ditinggalkan oleh Wang!” Tuan Lin mencoba tenang dan memberi penjelasan sesederhana mungkin agar Jessy mengerti.“Heh, kebaikan yang mana, Paman?” Jessy tak gentar, dia semakin terlihat mengolok pamannya di hadapan b