Dengan susah payah Yoshi mengembalikan debar jantungnya yang semakin lama semakin cepat berkali-kali lipat. Tidak hanya sesak, peluh dingin sudah membanjiri tubuhnya saat ini. Apa yang bisa terjadi jika ayahnya sudah menghendaki apa permintaannya. Yoshi jelas tidak bisa menolaknya.“Aku—” Yoshi kembali kesulitan mengungkapkan apa yang jadi keinginannya ataupun penolakan yang bisa saja membuat hubungan ayah dan anak itu retak sekarang.“Yoshi…” Tuan Keenan kembali bangkit dan menatap pemandangan di depan kaca besar. “Bukankah kamu sudah tahu, salah satu syarat kamu bisa menjadi Raja Jaringan Hitam dan menggeser posisi Kakakmu?” Tuan Keenan menoleh pada putranya yang terasa memucat di tiap detiknya.“A-aku belum mengetahuinya, terlebih aku baru terjun di pasar gelap baru beberapa tahun kebelakang,” jawab Yoshi terbata.“Ya— meski kamu baru di pasar gelap. Namun, eksistensi dan kinerjamu cukup memuaskanku!” Tuan Keenan kembali menyeringai penuh makna. “Sisanya, kamu harus melenyapkan sat
Setelah kepergian ayahnya, Yoshi menjadi gelisah tidak menentu. Dia bahkan sudah memporak-porandakan ruangan yang terbiasa rapi, kini sudah berserakan dengan barang-barang yang hancur ulah tangan dan emosi Yoshi.Tuuut!“Yin!”“Iya, Tuan…”“Bagaimana kabar disana?”Yoshi langsung menghubungi asisten khususnya yang memang sengaja ditaruh di kota B untuk menjaga juga membantu istrinya.“Ehm…”Respon Yin yang membingungkan sontak membuat Yoshi kembali dilanda kekhawatiran berlebihan. “Jawab aku dengan benar, Yin!!”Emosi Yoshi sudah di ujung tanduk, inginnya dia juga menyalurkannya membunuh seseorang sekarang juga. Tidak ada yang tidak mengetahui bagaimana mengerikan tuan besar Keenan jika sudah campur tangan. Ayah kandung Yoshi itu bahkan sampai menghancurkan kepolisian sektor C saat kasus kakak kedua mereka mencuat. Apalagi saat sekarang ini skandal Yoshi sudah terbongkar. Tentu saja, Yoshi kelabakan dengan kemungkinan terburuk yang bisa saja ayahnya lakukan dalam waktu singkat.“M-maa
“Bagus ya kamu bilang aku hantu!” Yoshi mencengkram kedua tangan Jessy dengan sangat kencang membuat Jessy yakin bahwa pria di depannya adalah manusia.“M-maaf—” Jessy berujar lirih dengan wajah menggemaskannya. “Aku pikir Sayang tidak akan pulang kembali kesini.”“Kamu tidak ingin aku pulang?” Hembusan nafas Yoshi jelas kentara di depan wajah Jessy yang semakin memerah. Gadis itu mengatupkan bibirnya segera kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah. “Aku dengar kucing peliharaanku di ganggu anjg tidak tahu diri!”Seketika Jessy kembali menoleh dengan wajah syoknya. Hal yang tidak pernah diduga olehnya adalah perhatian Yoshi kali ini. “Em— itu…” Jessy begitu gugup dan tidak tahu harus berkata seperti apa sekarang.“Kamu sungguh menyedihkan!” cerca Yoshi menghilangkan rasa haru Jessy dengan cepat. Pria itu menunjukkan wajah dingin dan angkuhnya. “Apa aku pernah mengajarimu kekalahan?”Jessy dengan cepat mengubah raut wajahnya cemberut seketika. Dengan lembut Yoshi mengusap wajah
Hotel Crown, pusat kota B, negara B. “Kak, Gio!” Terdengar rengekan seorang wanita muda yang sedang merajuk pada kekasihnya. Keduanya tengah berada di salah satu kamar di bilangan hotel berbintang di kawasan pusat kota B. “Iya, Sayang,” sahut si pria dengan wajah menggodanya. “Kamu ngerengek kayak gitu aku jadi gemas!” “Aku serius, loh! Sebal, deh!” Keduanya terlihat mesra walau terlihat sedang berselisih. Tanpa keduanya ketahui, mereka tengah diintai oleh seseorang. Pengintai itu adalah seorang gadis yang berani membayar staff hotel untuk bisa menyelinap ke dalam kamar mereka. Dia itu berencana membongkar pengkhianatan yang dilakukan oleh calon tunangan bersama sahabatnya. “Kaaak!” pekik si gadis kembali terdengar merengek. Dia mendorong tubuh kekasihnya kesal. “Besok Kakak bertunangan dengan Jessy!” sambungnya mengerucutkan bibir. Si pria yang bertingkah menggoda sebelumnya ikut merubah mimik wajahnya suram. Dia terdengar menghembuskan nafasnya berat, seolah dia sendiri tidak
"Siapa yang mau denganmu jika bukan karena warisan keluargamu, hah?!” sambung Gio menggebu menghina Jessy. Plaaak! Mendengar kenyataan pahit barusan membuat Jessy refleks melayangkan tamparan keras di wajah pria yang sudah mengisi hatinya selama tiga tahun lamanya. “Jessy!” pekik Stefanie mendekati kekasihnya dan berniat melerai sahabatnya yang bertingkah impulsif saat ini. “Kamu tidak perlu sekasar ini pada Kak Gio!” protes Fanie menatap sendu ke arah sahabatnya. “Ini salahku… Hiks! Aku tidak bisa membohongi hatiku lagi, Jess… Aku mencintai Kak Gio, kami saling mencintai satu sama lain… Apa aku salah?” sambung Fanie terisak. Jessy menatap nanar pada pasangan pendosa di hadapannya, dirinya sungguh terlihat bodoh disana. “Aku sungguh menyesal telah percaya pada kata manismu selama ini,” ucap Jessy lirih menyeka air mata menatap Gio pilu. “Padahal, aku juga sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri Stefanie! Beginikah balasanmu padaku, hah? Kamu mencuri yang bukan hakmu!” “Mencu
Dua tahun kemudian... Villa Luxury Palace, kota B, negara B. “Aarrghh!” Seorang wanita muda menjerit kencang dan terbangun dari tidurnya, bahkan tubuh wanita itu sudah dibasahi oleh peluh yang bercucuran. “Mimpi buruk itu lagi!” Si wanita mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum dia membersihkan diri dan bersiap memulai harinya. “Stefanie, Georgio Lin… Apa kalian pikir karma tidak berjalan pada kalian? Bersiaplah, sebentar lagi aku akan menagih semua perbuatan yang sudah kalian lakukan padaku!” Si wanita bangkit dari ranjang menuju kamar mandinya, setelah selesai dengan ritual pagi yang selalu terasa hambar dan membosankan, wanita itu menerima sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya. Sudut bibirnya terangkat, dengan cepat dia membalas chat yang barusan diterimanya. [ Mr. Y : Malam ini aku pulang! ] [ Jessy_Wang : Oke! ] Jessy memasukkan ponsel ke dalam sling bag miliknya, dia menghela nafas sebelum memulai aktivitas seperti biasa. “Semangat Jessy!” Bernama lengkap Jesselyn
Tok— Tok— “Masuk!” Selalu seperti ini, setiap akan bertatap muka dengan suaminya, Jessy seolah seperti menemui seorang Presiden. Dia gugup luar biasa, apalagi aura di dalam ruangan sudah menunjukan kabut dingin dan mencekamnya. “Selamat siang, Tuan. Saya datang untuk melapor…” Si pria tetap acuh tidak berusaha menatap wanita yang notabenenya adalah istrinya. “Hm!” ‘Aduuuh, dia masih tetap sama, dingin seperti kulkas seratus pintu! Untung dia ganteng~’ Jessy sudah sangat mengenal perangai suami diatas kertasnya itu. Dia segera mendekat dan menyerahkan berkas hasil kinerjanya. Di saat seperti inilah Jessy berkesempatan mencuri pandang pada ketampanan suaminya memiliki nilai diatas rata-rata pria tampan di negaranya, bahkan mantan tunangannya saja tidak ada apa-apanya dengan kerupawanan suaminya itu. “Kenapa diam?” Tuan muda Yoshi mendongak menatap sinis kepala divisi pemasaran yang tak lain istrinya. “Apa kamu bisu?” Jessy seperti terluka tak berdarah dengan ucapan kasar suaminya.
Jessy menelan ludah dengan terus memutar otaknya. “Aku tahu, segala sesuatunya tentu memiliki resiko tersendiri!” “Selama dua tahun ini aku terus belajar dan memantaskan diri. Inilah saatnya, aku memiliki dua puluh persen saham dalam grup yang diwariskan Papa. Grup Lin hanya memiliki tiga puluh persen, sedangkan anda–” Jessy menghentikan kalimatnya tepat setelah Yoshi berbalik badan dan menatap istrinya dengan seringai yang seolah memperlihatkan kepuasan dan kebanggaan. Pria itu bisa dengan jelas mengetahui maksud dari perkataan Jessy. Yoshi menaruh gelas wine di nakas, dia berjalan perlahan mendekati posisi duduk istrinya. “Aku adalah seorang pebisnis, tidak ada satupun pebisnis di dunia ini yang menyerahkan bisnisnya untuk merugi!” Yoshi mengangkat dagu Jessy dan berucap dingin lirih tepat di wajah istrinya. Terlihat Jessy menelan ludah sendiri saat aroma wine dari mulut suaminya menguar di indra penciumannya. Yoshi bangkit kembali, tubuhnya menyandar di ujung meja, dia bersedekap