“Bagus ya kamu bilang aku hantu!” Yoshi mencengkram kedua tangan Jessy dengan sangat kencang membuat Jessy yakin bahwa pria di depannya adalah manusia.“M-maaf—” Jessy berujar lirih dengan wajah menggemaskannya. “Aku pikir Sayang tidak akan pulang kembali kesini.”“Kamu tidak ingin aku pulang?” Hembusan nafas Yoshi jelas kentara di depan wajah Jessy yang semakin memerah. Gadis itu mengatupkan bibirnya segera kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah. “Aku dengar kucing peliharaanku di ganggu anjg tidak tahu diri!”Seketika Jessy kembali menoleh dengan wajah syoknya. Hal yang tidak pernah diduga olehnya adalah perhatian Yoshi kali ini. “Em— itu…” Jessy begitu gugup dan tidak tahu harus berkata seperti apa sekarang.“Kamu sungguh menyedihkan!” cerca Yoshi menghilangkan rasa haru Jessy dengan cepat. Pria itu menunjukkan wajah dingin dan angkuhnya. “Apa aku pernah mengajarimu kekalahan?”Jessy dengan cepat mengubah raut wajahnya cemberut seketika. Dengan lembut Yoshi mengusap wajah
Hotel Crown, pusat kota B, negara B. “Kak, Gio!” Terdengar rengekan seorang wanita muda yang sedang merajuk pada kekasihnya. Keduanya tengah berada di salah satu kamar di bilangan hotel berbintang di kawasan pusat kota B. “Iya, Sayang,” sahut si pria dengan wajah menggodanya. “Kamu ngerengek kayak gitu aku jadi gemas!” “Aku serius, loh! Sebal, deh!” Keduanya terlihat mesra walau terlihat sedang berselisih. Tanpa keduanya ketahui, mereka tengah diintai oleh seseorang. Pengintai itu adalah seorang gadis yang berani membayar staff hotel untuk bisa menyelinap ke dalam kamar mereka. Dia itu berencana membongkar pengkhianatan yang dilakukan oleh calon tunangan bersama sahabatnya. “Kaaak!” pekik si gadis kembali terdengar merengek. Dia mendorong tubuh kekasihnya kesal. “Besok Kakak bertunangan dengan Jessy!” sambungnya mengerucutkan bibir. Si pria yang bertingkah menggoda sebelumnya ikut merubah mimik wajahnya suram. Dia terdengar menghembuskan nafasnya berat, seolah dia sendiri tidak
"Siapa yang mau denganmu jika bukan karena warisan keluargamu, hah?!” sambung Gio menggebu menghina Jessy. Plaaak! Mendengar kenyataan pahit barusan membuat Jessy refleks melayangkan tamparan keras di wajah pria yang sudah mengisi hatinya selama tiga tahun lamanya. “Jessy!” pekik Stefanie mendekati kekasihnya dan berniat melerai sahabatnya yang bertingkah impulsif saat ini. “Kamu tidak perlu sekasar ini pada Kak Gio!” protes Fanie menatap sendu ke arah sahabatnya. “Ini salahku… Hiks! Aku tidak bisa membohongi hatiku lagi, Jess… Aku mencintai Kak Gio, kami saling mencintai satu sama lain… Apa aku salah?” sambung Fanie terisak. Jessy menatap nanar pada pasangan pendosa di hadapannya, dirinya sungguh terlihat bodoh disana. “Aku sungguh menyesal telah percaya pada kata manismu selama ini,” ucap Jessy lirih menyeka air mata menatap Gio pilu. “Padahal, aku juga sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri Stefanie! Beginikah balasanmu padaku, hah? Kamu mencuri yang bukan hakmu!” “Mencu
Dua tahun kemudian... Villa Luxury Palace, kota B, negara B. “Aarrghh!” Seorang wanita muda menjerit kencang dan terbangun dari tidurnya, bahkan tubuh wanita itu sudah dibasahi oleh peluh yang bercucuran. “Mimpi buruk itu lagi!” Si wanita mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum dia membersihkan diri dan bersiap memulai harinya. “Stefanie, Georgio Lin… Apa kalian pikir karma tidak berjalan pada kalian? Bersiaplah, sebentar lagi aku akan menagih semua perbuatan yang sudah kalian lakukan padaku!” Si wanita bangkit dari ranjang menuju kamar mandinya, setelah selesai dengan ritual pagi yang selalu terasa hambar dan membosankan, wanita itu menerima sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya. Sudut bibirnya terangkat, dengan cepat dia membalas chat yang barusan diterimanya. [ Mr. Y : Malam ini aku pulang! ] [ Jessy_Wang : Oke! ] Jessy memasukkan ponsel ke dalam sling bag miliknya, dia menghela nafas sebelum memulai aktivitas seperti biasa. “Semangat Jessy!” Bernama lengkap Jesselyn
Tok— Tok— “Masuk!” Selalu seperti ini, setiap akan bertatap muka dengan suaminya, Jessy seolah seperti menemui seorang Presiden. Dia gugup luar biasa, apalagi aura di dalam ruangan sudah menunjukan kabut dingin dan mencekamnya. “Selamat siang, Tuan. Saya datang untuk melapor…” Si pria tetap acuh tidak berusaha menatap wanita yang notabenenya adalah istrinya. “Hm!” ‘Aduuuh, dia masih tetap sama, dingin seperti kulkas seratus pintu! Untung dia ganteng~’ Jessy sudah sangat mengenal perangai suami diatas kertasnya itu. Dia segera mendekat dan menyerahkan berkas hasil kinerjanya. Di saat seperti inilah Jessy berkesempatan mencuri pandang pada ketampanan suaminya memiliki nilai diatas rata-rata pria tampan di negaranya, bahkan mantan tunangannya saja tidak ada apa-apanya dengan kerupawanan suaminya itu. “Kenapa diam?” Tuan muda Yoshi mendongak menatap sinis kepala divisi pemasaran yang tak lain istrinya. “Apa kamu bisu?” Jessy seperti terluka tak berdarah dengan ucapan kasar suaminya.
Jessy menelan ludah dengan terus memutar otaknya. “Aku tahu, segala sesuatunya tentu memiliki resiko tersendiri!” “Selama dua tahun ini aku terus belajar dan memantaskan diri. Inilah saatnya, aku memiliki dua puluh persen saham dalam grup yang diwariskan Papa. Grup Lin hanya memiliki tiga puluh persen, sedangkan anda–” Jessy menghentikan kalimatnya tepat setelah Yoshi berbalik badan dan menatap istrinya dengan seringai yang seolah memperlihatkan kepuasan dan kebanggaan. Pria itu bisa dengan jelas mengetahui maksud dari perkataan Jessy. Yoshi menaruh gelas wine di nakas, dia berjalan perlahan mendekati posisi duduk istrinya. “Aku adalah seorang pebisnis, tidak ada satupun pebisnis di dunia ini yang menyerahkan bisnisnya untuk merugi!” Yoshi mengangkat dagu Jessy dan berucap dingin lirih tepat di wajah istrinya. Terlihat Jessy menelan ludah sendiri saat aroma wine dari mulut suaminya menguar di indra penciumannya. Yoshi bangkit kembali, tubuhnya menyandar di ujung meja, dia bersedekap
Flashback dua tahun yang lalu… Skyline Dome Club, kota B. Jessy terus menenggak winenya hingga tandas, dia tidak menyadari bahwa bartender yang memberikannya minuman sudah mencampur wine yang ditenggak Jessy dengan salah satu obat terlarang Afrodisiak dalam dosis cukup tinggi. Bartender itu tentu saja pesuruh dari pihak Stefanie yang berniat mencelakai Jessy, mereka bekerja sama dengan beberapa orang. Si bartender memberikan kode saat Jessy mulai terlihat mabuk dan berniat keluar dari klub pada rekannya yang bersiap membawa Jessy dan melancarkan niat busuk mereka. Bruuuk! “Nona, apa anda baik-baik saja?” “Uughh! Kepalaku–” Jessy tidak sengaja menabrak seseorang, tubuhnya terhempas mengenai tembok pembatas. Dia memegang kepalanya erat yang rasanya seperti akan pecah saat ini juga. “Oh, anda sepertinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Mari, saya akan membantu anda menuju tempat istirahat yang tepat!” Seorang pria mesum menyeringai dan memapah tubuh Jessy menuju salah satu kamar
Dengan bantuan sistem canggihnya, Yoshi dan Jessy selamat di malam naas itu. Yoshi membawa si gadis menuju mansionnya. Diketahui penyebab ledakan adalah bom yang dipasang musuh saat mengetahui keberadaannya disana yang lengah saat bercengkrama bersama seorang gadis yang memang disewa untuk menjebaknya. “Uugh!” Jessy mencoba menggerakkan tubuhnya yang berat. “Aduh, mengapa tubuhku terasa ngilu dan sakit sekali!” “Kamu sudah bangun?!” Yoshi mematikan rokoknya dan menatap gadis satu malamnya yang kini tengah terbelalak di depan mata. “Aaaarrkk!” Gadis itu menjerit kencang saat menyadari kemungkinan yang terjadi dengannya. ‘Tubuhku tidak memakai baju dan di hadapanku ada seorang pria dewasa berdada polos– Apa yang mungkin sudah terjadi?’ Tanpa aba-aba Jessy menangis kencang diikuti jeritan yang tidak manusiawi untuk seukuran gadis kecil seperti Jessy. Yoshi terpaku dengan sikap tengil gadis di depan matanya itu, dia sampai harus menyumpal telinganya agar tidak mendengar jeritan Jess