MasukAlesha berdiri tegap, dengan amarah yang memenuhi dadanya. Dia berteriak, "Ya, aku yakin! Aku adalah keturunan Christopher satu-satunya, dengar Anastasya, kamu tidak akan mendapatkan Sam! Dia masih sangat mencintai aku, buktinya dia mempertahankan aku di depanmu, jadi seharusnya kamu malu sebagai istri pengganti."
Namun, ucapan Alesha tidak dibiarkan begitu saja. Anastasya membalas dengan kemarahan yang terpendam lama. Ia menarik rambut Alesha dengan kasar sembari menggunakan tangan lainnya untuk mencekik lehernya. Itu adalah pembalasan atas apa yang sebelumnya dilakukan Alesha padanya. Dengan suara yang tegas, Anastasya mengucapkan kalimat yang menjatuhkan harga diri Alesha. "Perhatikan baik-baik kata-kata ini, Alesha! Melawan aku adalah hal yang mustahil, kamu hanyalah masalah kecil untukku, semua yang kamu miliki akan jatuh ke tanganku, termasuk Samuel." Sesak napas dan lemah karena cekikan Anastasya, Alesha berteriak meminta dilepaskan. Namun Anastasya tetap tak bergeming, terus menekan rasa sakit yang dirasakan Alesha. Kini, tanpa kehadiran Samuel, Anastasya merasa bebas untuk menunjukkan sisi dirinya yang sesungguhnya tanpa takut dicap buruk. Dalam sakitnya, terdengar lagi dari Alesha yang mencoba mencari kejelasan. Ia mempertanyakan tujuan Anastasya sesungguhnya, "Apakah hanya karena uang? Atau ada tujuan lain seperti dendam?" Respons Anastasya datang dengan tawa dingin, menunjukkan bahwa Alesha telah benar-benar memahami motifnya. "Dendam," jawab Anastasya. Setelah mendengarnya, dalam keadaan terdesak, Alesha tak lagi mau menjadi korban. Dia berjuang melepaskan diri dari cengkeraman kuat lawannya. Dengan insting bertahan hidup yang penuh tekad, dia berhasil menjauh setelah melawan menggunakan cakaran kuku panjangnya hingga membuat Anastasya mundur sejenak. Dengan napas terengah-engah, Alesha berbalik menantang Anastasya, "Anastasya, kamu begitu lemah, bagaimana bisa kamu melawanku untuk membalas? Aku bahkan tidak tahu siapa kamu, tetapi kamu menyimpan rasa dendam padaku, sebenarnya siapa dirimu?" Ternyata reaksi Alesha yang mencari tahu lebih dalam memancing emosi yang lebih besar dari Anastasya. Ia merasa dirinya tidak dihargai sejak awal oleh keluarga kandungnya, merasa terbuang dan tidak diakui. Meski begitu, perasaannya yang terluka dan hancur itu ia sembunyikan di balik ekspresi dinginnya. Anastasya tidak ingin menunjukkan kelemahannya melalui tangisan di depan orang yang dianggapnya musuh. Tangan Anastasya melambai ke arah Alesha, menampar pipi halusnya, "Aku adalah saudari kembar yang dibuang oleh orang tuamu," katanya dengan penuh kemarahan karena mereka tidak mengakui keberadaannya, termasuk Alesha. Alesha terkejut, melihat betapa dalamnya rasa kecewa di mata Anastasya dari pengalaman masa kecilnya. "Kembar? Itu tidak mungkin! Mommy tidak pernah memberitahuku," ujar Alesha, yang selalu mengira bahwa dirinya adalah satu-satunya anak mereka. Respons Alesha tidak meredakan kemarahan Anastasya. Tangan Anastasya kembali bergerak, menampar wajah Alesha silih berganti. "Ya, kamu sama saja seperti mereka! Kamu tidak mau mengakui aku sebagai bagian dari keluarga, aku sangat membenci kalian!" Alesha melihat bahwa Anastasya sangat marah kepadanya, sampai-sampai Anastasya tidak ragu untuk menyerangnya, sementara pada saat yang sama, ada suara langkah kaki mendekati kamar yang dapat didengar oleh keduanya. Alesha berkeyakinan bahwa yang datang adalah Samuel dan berharap dia bisa menyelamatkannya dari kepanikan Anastasya yang sangat luar biasa mengekspresikan semua kekecewaannya terhadapnya. Namun harapannya tidak terwujud, karena Anastasya lebih cepat bertindak seolah-olah didorong jatuh ke lantai. "Alesha! Tolong jangan lukai aku," kata Anastasya berpura-pura begitu Samuel masuk ke dalam kamar. Samuel melihat istrinya yang sedang hamil terjatuh ke lantai, jelas didorong oleh Alesha, dan dia merasa sangat marah. "Anastasya, aku akan membantumu," katanya sambil mengangkat Anastasya agar bisa berdiri lagi dan kemudian menatap Alesha yang masih berada di ranjang, "Alesha, apa yang kamu lakukan pada Anastasya dan anakku yang akan lahir? Apakah kamu berniat untuk menghilangkan mereka?" Samuel sangat marah. Tentu saja, Alesha tidak mau mengakui perbuatannya yang bukan merupakan kesalahannya, sementara Anastasya telah membuat suaminya berpikir buruk tentangnya. "Sam, aku tidak bersalah, dia jatuh sendiri," kata Alesha berusaha membela dirinya. Namun, Anastasya erat memegang pergelangan tangan Samuel, tampak ketakutan melihat Alesha. Samuel merasakan getaran di tangan Anastasya, dan dia melihat ada luka dibagian tangan Anastasya. Dengan cepat, tangan Samuel melayang ke wajah Alesha yang terus menolak untuk mengakui kesalahannya, "Ini adalah hukuman untukmu karena kamu berani menyakiti Anastasya dan calon anakku!" Alesha memegangi wajahnya, yang sudah beberapa kali dipukul dalam satu hari ini oleh orang-orang di rumah. Rasanya sakit dan perih. "Sam! Apa kamu menyakitiku karena dia?" Alesha berdiri dengan marah melihat Samuel dan Anastasya yang berpelukan meskipun hanya dari samping. "Ya, dia adalah istriku, dan kamu juga, namun kali ini kamu yang salah, aku harap kamu tidak mengulang kesalahanmu, malam ini aku akan tidur bersama Anastasya, aku lihat kamu sudah membaik, dokter akan datang sebentar lagi, dan aku sudah memintanya untuk segera memeriksa kamu, aku pergi sekarang," ujar Samuel. Alesha merasa tidak terima dengan keputusan suaminya yang akan tidur satu kamar dengan Anastasya, apalagi melihat Anastasya yang hanya tersenyum sambil meliriknya. Samuel mengambil tangan Anastasya dan beranjak keluar dari kamar Alesha, meninggalkan Alesha yang masih marah atas apa yang suaminya katakan. "Apa yang salah dengan diriku? Jika dia adalah saudari kembarku, kenapa dia harus merebut segalanya? Dia seharusnya menyimpan dendam pada Mami dan Daddy, bukan padaku, atau mungkin dia tidak ingin aku bahagia? Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus berbicara dengan Mami sebelum rasa dendamnya semakin menyakitiku," kata Alesha pada dirinya sendiri, lalu dia mengambil telepon rumah untuk menghubungi orang tuanya. Sementara itu, Anastasya sudah diminta suaminya untuk duduk setelah mereka masuk ke dalam kamarnya. "Aku akan merawat lukamu, sepertinya Alesha masih menggunakan kukunya untuk menyerang orang, ini bukan pertama kalinya, dia juga pernah melakukan hal yang sama kepada orang yang ikut campur dalam hidupnya sebelumnya," jelas Samuel. "Siapa orang itu?" tanya Anastasya saat Samuel mengobati lukanya. "Papa," jawab Samuel. Anastasya menggelengkan kepalanya, "Samuel, maafkan saudari kembarku, dia sudah berani melukai Papa," kata Anastasya. "Itu bukan kesalahanmu, jangan pikirkan kesalahan Alesha, biarkan aku yang membuka matanya tentang kesalahannya, kami menikah tanpa persetujuan Papa, jadi aku mengerti," jawab Samuel sambil sedikit membela Alesha. Anastasya masih dapat melihat kasih sayang Samuel kepada Alesha, dia tidak ingin kalah dari Alesha, segalanya sudah dia korbankan termasuk karirnya yang harus terhenti karena kehamilannya. "Anastasya," Samuel memanggilnya. "Ya, Samuel," jawab Anastasya. "Apakah kalian kembar identik? Kalian sangat sama, tetapi anehnya, kamu jauh lebih tenang, sikapmu selalu memberikan rasa nyaman bagi orang-orang di sekitarmu, termasuk aku dan Papa, namun Alesha, dia tidak bisa melakukan hal itu sama sekali, aku beranggapan bahwa kembar berarti kalian juga memiliki sifat yang sama," ucap Samuel sedang mengeluh mengenai sifat Alesha yang menurutnya sering membuat orang tuanya marah. "Samuel, kami dibesarkan oleh dua orang tua yang berbeda, jadi mungkin ada hubungannya dengan itu, Alesha dibesarkan dengan cinta kedua orang tua biologis kami, sementara aku hanya diangkat oleh orang tua angkat ku, mereka dulu sangat sibuk dengan pekerjaan, sehingga aku harus belajar mandiri dan melakukan semuanya sendiri, namun, itu tidak berarti mereka tidak mencintaiku, kesibukan mereka adalah usaha untuk masa depan yang sedang mereka siapkan untukku, menurut mereka, aku harus bahagia di masa tua nanti, mungkin dari situ, aku bisa merasakan ketenangan dan tidak bermasalah seperti Alesha," balas Anastasya. Samuel mulai menyadari bahwa pertanyaannya membuat Anastasya merasa sakit. Mungkin memang benar dia tidak seharusnya membahas hal tersebut. "Maafkan aku, Anastasya, aku tahu ini semua sulit bagimu, aku juga tidak tahu bagaimana rasanya terpisah dari orang tua kandung, kamu luar biasa, Anastasya, kamu beruntung memiliki orang tua angkat yang mencintaimu," ujar Samuel. Setelah menyelesaikan perawatan luka Anastasya, Samuel duduk dekatnya agar dapat menenangkannya dan mencegah Anastasya merasa sedih mengenang masa lalunya. Anastasya menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja, Samuel, semua itu sudah terjadi, mungkin kedua orang tuaku memang tidak ingin aku ada di sana, jadi aku perlu berterima kasih kepada orang tua angkat ku, mereka tulus mencintaiku, aku berharap tidak ada orang yang merasakan apa yang aku alami saat terpisah dari orang tua kandung, karena itu sangat menyakitkan, kamu tidak akan merasakannya, karena Papa Len sangat mencintaimu." Setelah mendengar semua kata Anastasya, Samuel merasa terpengaruh. Dia memikirkan Len yang begitu mencintai Anastasya, sementara Anastasya tidak mendapatkan cinta dari kedua orang tua biologisnya. "Kamu benar, Papa sangat mencintaiku, tetapi Papa juga mencintaimu, kamu selalu dianggap sebagai anaknya, bahkan cintanya padamu bisa jadi lebih dalam daripada cintanya padaku." Anastasya tersenyum, merasa hangat dengan semua yang terjadi. "Ya, semua itu benar, Papa selalu begitu baik padaku, dan kepeduliannya yang luar biasa membuat aku semakin mengagumi dirinya, kasih sayang yang Papa berikan sangat berarti." Samuel menyentuh lembut bahu Anastasya, berharap keberadaan dirinya bisa menjadi tumpuan kekuatan Anastasya. Ia ingin melindunginya dari kesedihan akibat bayang-bayang masa lalu yang masih membekas. "Aku berjanji padamu," ucap Samuel penuh keyakinan, "Aku akan mencintaimu lebih dari siapa pun, bahkan lebih dari cinta Papa padamu, semua ini adalah bagian dari kebahagiaan yang sudah lama aku impikan, memiliki keluarga dengan istri dan anak ... dan kamu telah mewujudkan itu semua untukku." Namun, dalam benaknya, ingatan tentang Alesha muncul lagi, harapan agar Alesha hamil tak pernah tercapai. Anastasya memahami arah pembicaraan suaminya, menangkap nada yang menggambarkan hubungan mereka serta situasi pernikahan Samuel bersama Alesha. Baginya, kabut kekhawatiran itu belum sepenuhnya pudar. "Samuel, aku tahu kamu mencintaiku lebih dari siapa pun," ucapnya lirih, "Namun, inilah yang sebenarnya aku takutkan, bagaimana dengan Alesha?" Samuel terdiam, menarik napas berat. Pikiran tentang Alesha merayap masuk tanpa bisa dihindari, kenangan akan daya tariknya, kecantikan yang pernah memikat hati, dan keberadaan mereka di kamar yang dulu penuh gairah. Walau Anastasya adalah saudari kembarnya, rasa puas dari kedekatan dengan Alesha seakan tak mudah tergantikan. "Samuel, apa kamu mendengar aku?" Suara Anastasya memecah lamunannya, membawa Samuel kembali ke kenyataan. Tatapan wanita itu jelas menginginkan jawaban sekaligus meyakinkan bahwa kehadirannya tak kalah penting di hati suaminya dibandingkan Alesha."Ya," kata Anastasya menjawab sambil menoleh, penasaran siapa yang memanggilnya."Apakah ada yang kamu cari?" Anastasya menggenggam tangan seseorang yang kini berada di hadapannya, ternyata benar suaminya yang datang. Awalnya, ia merasa terkejut dan cemas tentang apa yang Samuel mungkin ketahui mengenai percakapannya bersama Alesha. Namun, dari pertanyaannya, sepertinya memang Samuel tidak mengetahuinya. "Ya, Samuel, aku sedang mencari makanan, tadi perutku lapar," ungkap Anastasya, berusaha mengalihkan kecurigaannya agar Samuel tidak menebak yang lain."Begitu, jika itu yang terjadi, aku akan mengambilnya untuk kamu, tapi sekarang, kamu masuk ke dalam kamar, tadi aku terbangun dan kamu tidak ada di tempat tidur, Papa menghubungiku untuk menanyakan tentang kamu, dan mungkin Papa akan segera datang ke sini, Papa selalu rindu dengan kamu dan calon cucunya," kata Samuel menjelaskan.Anastasya mengangguk, "Aku masuk sekarang, sepertinya aku tidak mau makan lagi, kita bisa langsung kemba
"Iya, Anastasya?" Samuel menjawab singkat, responsnya tidak memberikan kelegaan pada Anastasya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana mata suaminya menghindari tatapannya, seolah-olah takut terlalu lama berhadapan."Samuel, aku rasa kamu belum siap menjawab," kata Anastasya dengan suara yang terdengar kecewa. Samuel mengalihkan pandangannya, mencari alasan untuk tidak melanjutkan pembahasan. Ia masih terjebak dalam kebimbangan, hatinya terpecah antara Anastasya dan Alesha."Maaf, Anastasya, aku pikir lebih baik kita istirahat," ucap Samuel, mencoba menghindari topik yang membuatnya gelisah.Anastasya mengangguk pelan, memilih menahan perasaan daripada memperpanjang masalah di hadapan Samuel. Namun di dalam hati, ia tahu bahwa lawannya sangat berat, istri sah dari suaminya sendiri.Mereka berbaring untuk beristirahat di dalam kamar, tetapi pikiran Anastasya terus berkecamuk. Ia belum bisa menerima jika cintanya harus dibagi untuk Alesha. Tidurnya terganggu, matanya menolak terpejam
Alesha berdiri tegap, dengan amarah yang memenuhi dadanya. Dia berteriak, "Ya, aku yakin! Aku adalah keturunan Christopher satu-satunya, dengar Anastasya, kamu tidak akan mendapatkan Sam! Dia masih sangat mencintai aku, buktinya dia mempertahankan aku di depanmu, jadi seharusnya kamu malu sebagai istri pengganti."Namun, ucapan Alesha tidak dibiarkan begitu saja. Anastasya membalas dengan kemarahan yang terpendam lama. Ia menarik rambut Alesha dengan kasar sembari menggunakan tangan lainnya untuk mencekik lehernya. Itu adalah pembalasan atas apa yang sebelumnya dilakukan Alesha padanya.Dengan suara yang tegas, Anastasya mengucapkan kalimat yang menjatuhkan harga diri Alesha."Perhatikan baik-baik kata-kata ini, Alesha! Melawan aku adalah hal yang mustahil, kamu hanyalah masalah kecil untukku, semua yang kamu miliki akan jatuh ke tanganku, termasuk Samuel."Sesak napas dan lemah karena cekikan Anastasya, Alesha berteriak meminta dilepaskan. Namun Anastasya tetap tak bergeming, terus m
"Aku serius! Papa adalah orang yang meminta Anastasya untuk menikah denganku, dan aku setuju, jadi, jika kamu ingin menyalahkan seseorang atas pernikahan ini, maka seharusnya kamu menyalahkan aku, satu hal lagi, Alesha, jangan memaksaku untuk memilih, karena itu sangat sulit bagiku," balas Samuel.Amarah meluap dari Alesha, tangannya berkali-kali memukul Samuel karena tidak mendapatkan jawaban yang semestinya. Namun, sebelum Alesha semakin tak terkendali, Anastasya menghentikan tangan Alesha, Anastasya tidak ingin ada yang melukai Samuel, sekalipun pelakunya adalah istri pertama dari suaminya sendiri."Jauhkan tanganmu dari suamiku!"Anastasya dengan penuh keberanian berdiri untuk melindungi suaminya. Tatapan Alesha sekarang sangat menakutkan, bahkan seolah-olah dia memberi tanda bahwa akan ada sesuatu yang besar dan berbahaya terjadi pada Anastasya yang dia lihat karena kebenciannya. "Suamimu? Dia masih suamiku! Pernikahanmu dengan Sam hanya sebagai penggantiku, tapi lihat diriku s
"Sam!" Di hadapan mereka berdirilah Alesha, wajahnya tegang penuh amarah, tubuh yang masih mengenakan pakaian pasien berdiri tegap meski baru saja sembuh dari sakit panjang selama dua tahun. Samuel melangkah maju mendekati sosok yang sangat dikenalnya, matanya sulit percaya dengan apa yang dilihatnya. Istrinya yang koma selama dua tahun kini berdiri di depannya, "Alesha ... apakah itu benar-benar kamu?" tanyanya, suaranya nyaris bergetar. Alesha hanya diam beberapa detik sebelum menatap Samuel tajam. Air mata mulai bergulir bebas di pipinya, namun sorot matanya tidak mengendur sedikit pun, "Ini aku, Sam, apa kamu sudah melupakan aku?" Samuel menggeleng perlahan, wajahnya menampilkan kebingungan yang tidak bisa ia sembunyikan, "Tapi ini ... mustahil! Baru pagi tadi aku masih berada di sisimu, menjagamu di kamar rumah sakit, kamu masih terbaring tidak sadarkan diri, dan sekarang ... kamu berdiri di sini? Aku ... aku tak mengerti, apa aku sedang bermimpi?" "Tidak! Ini nyata,"







