Share

Bab 4. Kepribadian Asli

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-23 00:51:29

"Iya, Anastasya?"

Samuel menjawab singkat, responsnya tidak memberikan kelegaan pada Anastasya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana mata suaminya menghindari tatapannya, seolah-olah takut terlalu lama berhadapan.

"Samuel, aku rasa kamu belum siap menjawab," kata Anastasya dengan suara yang terdengar kecewa.

Samuel mengalihkan pandangannya, mencari alasan untuk tidak melanjutkan pembahasan. Ia masih terjebak dalam kebimbangan, hatinya terpecah antara Anastasya dan Alesha.

"Maaf, Anastasya, aku pikir lebih baik kita istirahat," ucap Samuel, mencoba menghindari topik yang membuatnya gelisah.

Anastasya mengangguk pelan, memilih menahan perasaan daripada memperpanjang masalah di hadapan Samuel. Namun di dalam hati, ia tahu bahwa lawannya sangat berat, istri sah dari suaminya sendiri.

Mereka berbaring untuk beristirahat di dalam kamar, tetapi pikiran Anastasya terus berkecamuk. Ia belum bisa menerima jika cintanya harus dibagi untuk Alesha. Tidurnya terganggu, matanya menolak terpejam, dan pikirannya yang gelisah membuat perutnya terasa sedikit keram.

"Aku harus bertemu dengan Alesha, aku yakin dia belum tidur," gumam Anastasya lirih, memastikan Samuel yang sudah tertidur pulas tidak mendengarnya.

Hampir satu jam telah berlalu sejak percakapannya dengan Samuel, dan kini ia berjalan menuju kamar Alesha. Tanpa terkunci, pintu kamar itu terbuka sedikit, memperlihatkan Alesha yang sedang termenung memandang keluar jendela malam itu.

"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Alesha dengan nada dingin. Ia sudah dapat mengenali langkah kaki Anastasya meskipun datang dengan perlahan.

"Alesha, aku datang ke sini untuk meminta satu hal darimu."

"Apa?"

"Lepaskan Samuel!"

Alesha menoleh perlahan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Namun wajah serius Anastasya kian memastikan bahwa permintaan itu nyata. Anastasya ingin dirinya melepaskan pria yang sangat dicintainya.

"Tidak akan pernah! Sam adalah suamiku, dan kamu tidak akan pernah bisa memiliki Sam sepenuhnya," jawab Alesha lugas dan penuh ketegasan.

Kemarahan membuncah di hati Anastasya. Tatapan tajam mereka bersilang, tak ada niat menyerah dari keduanya. Kemudian, tangan Alesha mulai bergerak, mencengkeram lengan Anastasya sebagai bentuk perlawanan terhadap keberadaannya di sana. Namun Anastasya lebih tangguh, dengan gerakan cepat ia menarik rambut Alesha dengan keras hingga cengkraman itu terlepas, sementara Alesha mencoba sekuat tenaga melepaskan genggaman di rambutnya.

"Kamu wanita gila! Lepaskan aku!" pekik Alesha kesakitan.

"Aku tidak akan melepaskan mu sampai kamu serahkan Samuel padaku," balas Anastasya penuh emosi sambil menarik rambut Alesha lebih kuat lagi.

Meskipun sedang mengandung, keadaan yang penuh ancaman ini memberi Anastasya kekuatan yang mengejutkan dirinya sendiri. Ia tak peduli pada kondisinya sejauh ini mencengkeram penuh keyakinan untuk mengusir Alesha dari hidup Samuel.

"Aku katakan tidak! Sam adalah milikku selamanya, aku tidak akan melepaskannya, kamu tidak akan pernah bisa menggantikan ku, meskipun kamu memiliki anak dengan Sam, karena aku lebih memahami Sam dibandingkan siapa pun," jawab Alesha dengan penuh keyakinan.

Anastasya tiba-tiba terdiam, teringat betapa ragu suaminya ketika ditanya tentang pilihan antara dirinya dan Alesha.

"Samuel hanya terpesona oleh pesona luar kamu! Dia akan menyadari sifat aslimu yang sebenarnya!"

"Kalau begitu, apa yang kamu lakukan sekarang? Kamu juga hanya berpura-pura baik di hadapan Sam, tapi lihat apa yang aku dengar saat ini? Kamu menunjukkan sosok yang berbeda, bahkan menyerang orang yang seharusnya kamu anggap saudari, apakah itu tidak akan menghancurkan Sam di masa depan?"

Alesha menatap yakin bahwa pada akhirnya Samuel akan meninggalkan Anastasya dan kehidupannya yang dulu akan kembali.

Anastasya menjadi semakin sunyi, ia menyadari bahwa dirinya memiliki kondisi mental yang cukup sensitif saat memikirkan keluarganya, terutama saudarinya.

"Kamu benar, mungkin suatu saat Samuel akan mengetahui tentang aku, tetapi yang jelas, dia paham bahwa aku adalah anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuaku dan saudariku yang bahkan tidak pernah mengenal aku," jawab Anastasya dengan raut wajah kecewa yang terlihat di depan saudarinya.

Alesha yang hingga kini belum mendapat kepastian dari kedua orang tuanya, menjadikan Anastasya ragu akan cerita pendek tentang mereka yang kembar.

"Jadi, ini semua memang rencanamu? Merampas setiap kebahagiaanku! Apa kamu ingin kedua orang tuaku dan suamiku juga?"

Anastasya tersenyum, melihat Alesha yang mulai menunjukkan tanda-tanda ketakutan.

"Betul, itu memang tujuanku, dan aku tidak akan membagikannya padamu meskipun itu sedikit, aku akan membuatmu menjauh dari mereka karena hanya aku yang berhak berada di sini, bersamaku, hanya aku, bukan kamu, Alesha!"

Dengan penuh keyakinan, Anastasya siap melakukan apa saja untuk mewujudkan rencananya yang telah dia siapkan sebelum masuk ke dalam hidup Samuel.

"Aku sudah merasa seperti itu! Kamu bukan wanita yang baik! Kamu seorang penipu, atau mungkin, kamu adalah orang yang tidak ragu melakukan apa saja, termasuk mengubah penampilanmu agar terlihat seperti aku, hanya demi mendapatkan harta orang tuaku dan suamiku," kata Alesha yang semakin curiga.

Anastasya merasa puas melihat rasa cemas pada wajah Alesha, jelas bahwa orang di hadapannya sangat ingin tahu tentang dirinya dan apa yang ia inginkan.

"Jadi kamu mengira wajahku yang serupa denganmu ini tidak asli?"

Ia melangkah perlahan mendekati jendela besar yang memiliki tirai putih tipis yang sangat lembut.

"Tentu saja, wajahmu bukan yang asli, bahkan cerita tentang saudari kembar hanyalah omong kosong, aku bisa melaporkanmu karena penipuan, kamu telah menipu Sam dan aku," jawab Alesha dengan keberanian yang mulai tumbuh kembali setelah merasa sedikit lega bahwa Anastasya bukan saudarinya.

Anastasya menepuk-nepuk tangannya beberapa kali, dia tercekat mendengar ucapan Alesha yang masih belum mempercayai dirinya.

"Coba saja! Kamu tidak akan menemukan bukti yang kuat jika aku melakukan operasi plastik yang kamu tuduhkan itu," ucap Anastasya sangat senang dengan obrolannya bersama Alesha sekarang ini.

Alesha memalingkan wajahnya ke arah lain, ekspresi pada sudut bibirnya menunjukkan ketidaksenangan yang semakin jelas terhadap ucapan Anastasya.

"Baik! Aku akan membuktikan semuanya, dan aku pastikan kamu tidak akan lagi memiliki tempat di hidupku, sebaiknya kamu keluar dari kamar ini sebelum aku benar-benar bertindak lebih kasar terhadap calon anak yang sedang kamu kandung," ancam Alesha dengan nada tegas kepada Anastasya yang masih berdiri teguh di hadapannya.

Namun, Anastasya hanya tersenyum tipis, "Tampaknya kamu masih meragukan ku, sudahkah kamu mencoba menanyakan semuanya pada orang tuamu yang begitu mencintaimu? Meski begitu, kurasa mereka tidak akan bisa mengingat siapa Alesha yang sebenarnya, mereka hanya tahu bahwa Alesha adalah wanita yang bersama Samuel, jadi, aku ragu mereka akan mau memberikan jawaban," balasnya dengan penuh keberanian, melangkah maju selangkah untuk menatap mata Alesha lebih dekat.

Alesha tidak lagi mampu menahan luapan emosinya, "Ya, semua ini karena kamu! Segalanya hancur! Mereka tak lagi mengenali aku karena ulahmu, wanita ular!" teriaknya, melampiaskan amarah yang tertahan.

Anastasya menikmati setiap detik dalam situasi tersebut. Melihat Alesha kehilangan kendali sepenuhnya membuatnya semakin senang. Rasa puas meresapi dirinya, mendorong keinginannya untuk mempermainkan saudaranya lebih jauh, menekan hingga semua milik Alesha menjadi miliknya.

"Kamu tahu betul, semua yang terjadi ini karena aku, jangan lupa, aku juga bisa mengambil nyawamu kalau aku mau, dan percayalah, tidak ada seorang pun yang mampu menolong mu, termasuk Samuel, dia ada di kamarku sekarang, dan dia akan tetap bersamaku, selamanya, aku dan anak kami akan menjadi dunianya kini dan nanti," ujar Anastasya dengan penuh provokasi, sengaja semakin menyulut bara amarah dalam diri Alesha.

Alesha menjauh dari Anastasya, ucapannya terdengar seperti bukan sekadar ancaman, tetapi juga sebuah peringatan baginya, terlebih lagi karena Alesha menyadari kekuatan mertuanya yang kini mendukung Anastasya.

"Diam! Pergi dari sini!" Alesha berteriak sekali lagi, berusaha mengusir Anastasya.

Dengan suara yang agak rendah, Anastasya menoleh ke arah pintu dan berkata, "Aku tahu kamu ketakutan sekarang, bersiap-siap saja, jika kamu tetap di sini untuk menjaga Samuel, hanya kamu yang akan menderita, dia tidak akan pernah menjadi milikmu."

Saat Anastasya melangkah keluar dari kamar Alesha, Alesha sangat marah dan membuang semua barang di sekitarnya sembarangan, berbeda dengan Anastasya yang mengusap perutnya sambil berkata, "Kamu telah mendengar semua yang kami bicarakan, tapi jangan khawatir, Ayahmu tidak akan hilang, dia adalah milik kita berdua."

Begitu Anastasya selesai berbicara kepada calon anaknya, Anastasya merasakan ada tangan menepuk bahu kanannya, "Anastasya," panggil suara tersebut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 5. Semuanya Milikku

    "Ya," kata Anastasya menjawab sambil menoleh, penasaran siapa yang memanggilnya."Apakah ada yang kamu cari?" Anastasya menggenggam tangan seseorang yang kini berada di hadapannya, ternyata benar suaminya yang datang. Awalnya, ia merasa terkejut dan cemas tentang apa yang Samuel mungkin ketahui mengenai percakapannya bersama Alesha. Namun, dari pertanyaannya, sepertinya memang Samuel tidak mengetahuinya. "Ya, Samuel, aku sedang mencari makanan, tadi perutku lapar," ungkap Anastasya, berusaha mengalihkan kecurigaannya agar Samuel tidak menebak yang lain."Begitu, jika itu yang terjadi, aku akan mengambilnya untuk kamu, tapi sekarang, kamu masuk ke dalam kamar, tadi aku terbangun dan kamu tidak ada di tempat tidur, Papa menghubungiku untuk menanyakan tentang kamu, dan mungkin Papa akan segera datang ke sini, Papa selalu rindu dengan kamu dan calon cucunya," kata Samuel menjelaskan.Anastasya mengangguk, "Aku masuk sekarang, sepertinya aku tidak mau makan lagi, kita bisa langsung kemba

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 4. Kepribadian Asli

    "Iya, Anastasya?" Samuel menjawab singkat, responsnya tidak memberikan kelegaan pada Anastasya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana mata suaminya menghindari tatapannya, seolah-olah takut terlalu lama berhadapan."Samuel, aku rasa kamu belum siap menjawab," kata Anastasya dengan suara yang terdengar kecewa. Samuel mengalihkan pandangannya, mencari alasan untuk tidak melanjutkan pembahasan. Ia masih terjebak dalam kebimbangan, hatinya terpecah antara Anastasya dan Alesha."Maaf, Anastasya, aku pikir lebih baik kita istirahat," ucap Samuel, mencoba menghindari topik yang membuatnya gelisah.Anastasya mengangguk pelan, memilih menahan perasaan daripada memperpanjang masalah di hadapan Samuel. Namun di dalam hati, ia tahu bahwa lawannya sangat berat, istri sah dari suaminya sendiri.Mereka berbaring untuk beristirahat di dalam kamar, tetapi pikiran Anastasya terus berkecamuk. Ia belum bisa menerima jika cintanya harus dibagi untuk Alesha. Tidurnya terganggu, matanya menolak terpejam

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 3. Kembar

    Alesha berdiri tegap, dengan amarah yang memenuhi dadanya. Dia berteriak, "Ya, aku yakin! Aku adalah keturunan Christopher satu-satunya, dengar Anastasya, kamu tidak akan mendapatkan Sam! Dia masih sangat mencintai aku, buktinya dia mempertahankan aku di depanmu, jadi seharusnya kamu malu sebagai istri pengganti."Namun, ucapan Alesha tidak dibiarkan begitu saja. Anastasya membalas dengan kemarahan yang terpendam lama. Ia menarik rambut Alesha dengan kasar sembari menggunakan tangan lainnya untuk mencekik lehernya. Itu adalah pembalasan atas apa yang sebelumnya dilakukan Alesha padanya.Dengan suara yang tegas, Anastasya mengucapkan kalimat yang menjatuhkan harga diri Alesha."Perhatikan baik-baik kata-kata ini, Alesha! Melawan aku adalah hal yang mustahil, kamu hanyalah masalah kecil untukku, semua yang kamu miliki akan jatuh ke tanganku, termasuk Samuel."Sesak napas dan lemah karena cekikan Anastasya, Alesha berteriak meminta dilepaskan. Namun Anastasya tetap tak bergeming, terus m

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 2. Dua Pilihan

    "Aku serius! Papa adalah orang yang meminta Anastasya untuk menikah denganku, dan aku setuju, jadi, jika kamu ingin menyalahkan seseorang atas pernikahan ini, maka seharusnya kamu menyalahkan aku, satu hal lagi, Alesha, jangan memaksaku untuk memilih, karena itu sangat sulit bagiku," balas Samuel.Amarah meluap dari Alesha, tangannya berkali-kali memukul Samuel karena tidak mendapatkan jawaban yang semestinya. Namun, sebelum Alesha semakin tak terkendali, Anastasya menghentikan tangan Alesha, Anastasya tidak ingin ada yang melukai Samuel, sekalipun pelakunya adalah istri pertama dari suaminya sendiri."Jauhkan tanganmu dari suamiku!"Anastasya dengan penuh keberanian berdiri untuk melindungi suaminya. Tatapan Alesha sekarang sangat menakutkan, bahkan seolah-olah dia memberi tanda bahwa akan ada sesuatu yang besar dan berbahaya terjadi pada Anastasya yang dia lihat karena kebenciannya. "Suamimu? Dia masih suamiku! Pernikahanmu dengan Sam hanya sebagai penggantiku, tapi lihat diriku s

  • Obsesi Kebahagiaan Anastasya   Bab 1. Pulangnya Alesha

    "Sam!" Di hadapan mereka berdirilah Alesha, wajahnya tegang penuh amarah, tubuh yang masih mengenakan pakaian pasien berdiri tegap meski baru saja sembuh dari sakit panjang selama dua tahun. Samuel melangkah maju mendekati sosok yang sangat dikenalnya, matanya sulit percaya dengan apa yang dilihatnya. Istrinya yang koma selama dua tahun kini berdiri di depannya, "Alesha ... apakah itu benar-benar kamu?" tanyanya, suaranya nyaris bergetar. Alesha hanya diam beberapa detik sebelum menatap Samuel tajam. Air mata mulai bergulir bebas di pipinya, namun sorot matanya tidak mengendur sedikit pun, "Ini aku, Sam, apa kamu sudah melupakan aku?" Samuel menggeleng perlahan, wajahnya menampilkan kebingungan yang tidak bisa ia sembunyikan, "Tapi ini ... mustahil! Baru pagi tadi aku masih berada di sisimu, menjagamu di kamar rumah sakit, kamu masih terbaring tidak sadarkan diri, dan sekarang ... kamu berdiri di sini? Aku ... aku tak mengerti, apa aku sedang bermimpi?" "Tidak! Ini nyata,"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status