Renata merinding, kecupan itu membuat darahnya semakin panas. Namun saat matanya bersitatap dengan mata hitam pria itu. Dia langsung menertawakan dirinya sendiri dengan getir, "Oh aku lupa! Kamu memang pengusaha!""Kamu memang pintar membuat orang kesal. Tapi aku tidak peduli!" ujar Abimana dengan sudut bibir terangkat. Abimana tetap menjamah tubuh Renata di bawah tatapan marah wanita itu. Pria itu bangun dan menanggalkan semua pakaiannya dan memperlihatkan tubuhnya yang kekar. Matanya menyusuri tubuh Renata yang polos sambil mengelus pusakanya yang sudah berdiri tegak dan siap di manjakan.Ini pertama kalinya Renata melihat benda itu secara langsung selama hidupnya. Renata terpaku dan tubuhnya menegang. Melihat pipi Renata memerah dan bibirnya bergetar, Abimana tersenyum tipis. Dia bahkan terkekeh, saat mengingat sikap binal dan genitnya dulu. Ternyata selama ini dia hanya pura-pura. Buktinya, Renata sekarang terlihat gugup, dia bahkan seperti ingin menangis.Pria itu mengungkung
Melihat kemejanya robek, Abimana tertegun. Tiba-tiba jantungnya berdebar kencang.Wajah Renata mendongak dengan pipi merona, tatapannya seperti anak kecil yang takut di marahi ibunya. Melihat ekspresi Renata yang terlihat polos dan lembut membuat pipi Abimana yang putih pun terlihat merona. Suasana pun menjadi ambigu.Menyadari ada yang salah, Renata menggigit bibirnya. Lalu Abimana berdehem dan menatap Renata dengan julid. Dia mulai mencibir, "Kamu suka cara yang kasar ya?"Punggung Renata langsung menegang, kepalanya menggeleng dengan kuat dan suaranya menjadi gagap, "Bu- bukan itu maksudku!!" Abimana mengangkat sebelah alisnya dan bibirnya melengkung. Dia kembali menggoda, "Oh ya? Jadi kamu suka dengan cara lembut?"Renata menganga, matanya melotot horor dan kembali memukul pundaknya, "Kamu salah paham!" pekiknya.Abimana memanyunkan bibir sambil menyipitkan matanya lalu setelahnya terkekeh, "Ihh!! Kamu labil!""Aku labil? Kamu ya labil!" pekik Renata tidak terima. "Lagian kenapa
Renata menggertakan giginya lalu memukul Abimana dengan tas.Bug!!Abimana terperangah, lalu mendelik galak, baru saja mau protes. Renata lebih dulu berteriak, "Rasakan!"Renata berbalik badan dan berjalan dengan kaki pincang dan sedikit mengangkang.Suasana menjadi canggung, Abimana bahkan berdehem karena malu, dia salah tingkah dan buru-buru masuk ke dalam ruang kerja dengan pipi merona.Sebagai pria dewasa melihat Renata berjalan dengan sedikit mengangkang, Reino pun sadar dan wajahnya menjadi canggung. Dua orang itu pasti telah melewatkan malam yang sangat panjang. Pantas saja Abimana beralasan tidak enak badan dan ada lingkaran hitam di matanya. Dia pun diam-diam tersenyum tipis dan berpikir. Sekarang dia curiga dengan perkataan Abimana, 'Tidak mau rugi.'Di sisi lain, Renata membanting tasnya, dan duduk di sisi ranjang. Baginya, Abimana sangat kejam. Kakinya bengkak dan rasanya sangat sakit. Area sensitifnya juga sedikit nyeri saat berjalan. Tanpa lagi bisa di tahan, air mata R
Ingin rasanya Renata menembak kepala Abimana hingga pecah. Renata mendorong pundak Abimana dengan sekuat tenaga. Namun pria itu tidak bergeser sedikitpun. Dia malah terkekeh sambil mencubit pinggangnya, "Kamu ga akan kuat. Coba lagi deh kalau tidak percaya?" tantangnya. Tubuh Renata menggeliat, rasanya geli bercampur malu. Pipinya yang putih seketika memerah. Mereka telah bersama tiga tahun dan hidup seperti kucing dan anjing. Jika sekarang berdekatan, itu akan membuat suasana menjadi canggung. Untuk menutupi rasa canggungnya, Renata hanya bisa mengatakan omong kosong, "Menyingkir! Mulutmu bau rokok!" Abimana menyipitkan matanya lalu berkata dengan penuh percaya diri, "Wajar! Aku kan pria jantan!" Mendengar kata 'Jantan' Renata langsung tertawa dengan tatapan mengejek. "Benarkah?" tanyanya di sela tawa. Saat Abimana mendengkus kesal, Renata kembali berkata dengan nada mengejek, "Sepertinya tidak deh. Buktinya tadi malam kamu mengikat tangan dan menyumpal mulutku! Kamu hanya sepe
Renata seperti berada di dalam neraka, dia bahkan tidak pernah membayangkan perlakuan sehina ini. Tidak ada kelembutan ataupun cinta, hanya kebencian dan rasa jijik yang terlihat dari mata hitam Abimana. Pria ini sungguh seperti iblis dan Renata membencinya sampai ke tulang. Abimana tertawa sinis saat Renata tidak lagi memberontak, wanita itu hanya memalingkan wajahnya dengan mata menyala penuh amarah. "Seharusnya kamu bersyukur karena aku mau menyentuh tubuhmu yang kotor ini," Abimana mencibir dengan senyum puas. Renata membiarkan segalanya terjadi, mungkin dengan dia pasrah, Abimana akan tahu bahwa segala tuduhan dan hinaannya selama ini tidak lah benar. Abimana menghimpit tubuh Renata yang bergetar. "Bukak kakimu! Aku ingin tahu selonggar apa milikmu," cibirnya. Harga diri Renata benar-benar sudah di injak-injak. Dengan berani dia menatap wajah Abimana. Pria itu mengangkat sudut bibirnya dengan sinis, sorot matanya penuh dengan kekejaman. "Kamu hanya pura-pura menolak.
Dua pria itu melepaskan cengkramannya. Renata langsung menyingkir sambil mengelus lengannya yang sakit.Salah satu pengawal memberikan alat kejut listrik kepada Abimana. Pria dengan wajah datar itu mengambilnya dan langsung melemparnya ke arah Renata tanpa aba-aba.Brak!Renata reflek berjongkok sambil memegang kepalanya, "Akkhh!" pekiknya.Abimana hanya melirik dan kedua pria itu keluar.Abimana menarik lengan Renata dengan kuat dan membuat wanita itu langsung berdiri. Rambut panjangnya berkibar. Mini dres berwarna merah yang Renata pakai membuatnya semakin seksi. Suara Abimana yang serak dan berat mengalun, "Kalau patuh, kamu ga akan melihat sisiku yang lain."Dengan nafas memburu dan kilatan amarah di matanya. Renata langsung mengumpat, "Persetan!"Abimana menggertakan giginya, tubuhnya menggigil karena amarah yang meluap-luap. Selama tiga tahun ini, dia tidak pernah kehilangan kendali saat menghadapi Renata. Walaupun sering marah, tapi tidak semarah ini. "Setelah kabur tiga bulan.