"Deal!"
Raut wajah Renata kembali ceria, dia tidak lagi peduli jika Abimana menganggapnya matre. Anggap saja uang itu sebagai kompensasi karena dia menangis semalaman. Abimana mentransfer uang tutup mulut itu dengan gigi berkertak! Hingga suara wanita tua mengalun mencairkan ketegangan di antara mereka berdua. "Renata sayang ... " panggil Aisha. Wanita tua itu berlari kecil, dia tampak sangat sehat. Renata menoleh, "Nenekku sudah pulang!" pekiknya. Wanita itu berlari dan memeluk Aisha dengan kasih sayang. Renata melerai pelukannya lalu menyalim Nenek dan Ayah mertuanya. "Wow! Sepertinya model kita telah kembali!" Adam memuji menantunya yang terlihat seksi. Renata tanpa malu memutar tubuhnya dan tertawa bahagia. Selain pujian, dia juga baru mendapatkan uang satu miliar, "Terima kasih Ayah!" Abimana hanya bisa meratapi nasib buruknya, selain kehilangan keperjakaannya karena dijebak Dayana, dia juga baru kehilangan satu miliar untuk menutup mulut istrinya yang durhaka itu. Dan sekarang lihat? Dia di acuhkan oleh Nenek dan Ayahnya, "Aku seperti Anak tiri!" sindirnya. Aisha tertawa, "Ya ampun! Cucuku sayang!" pekiknya. Wanita tua itu memeluk tubuh cucu kesayangannya. Wajah Abimana melembut, dia membalas pelukan wanita tua itu namun saat tatapannya bertemu dengan Renata, pria itu melotot horor. Renata hanya tersenyum hambar dan sedikit merasa lucu. "Aku yakin pria manja itu pasti ingin mengadu kalau habis diperas oleh istrinya," batinnya. Singkat cerita mereka semua sudah kembali ke rumah. Dona dan Nabila terlihat bahagia, mereka juga bersikap ramah pada Renata karena ada Aisha dan Adam. Renata kembali ke kamarnya, wanita itu duduk di depan meja rias dan melepaskan kaca mata hitamnya. Helaan nafas lelah keluar dari bibirnya saat melihat matanya yang bengkak karena menangis semalaman. Saat Renata hendak melepaskan pakaiannya, seorang pria menerobos masuk. "Akkhhh!" Renata memekik histeris, matanya hampir jatuh. Abi menutup pintu dengan rapat, dia pun ikut berteriak dan langsung menutup matanya, "Maaf!!" "Sialan! Ngapain ke sini!" ujar Renata dengan galak, wanita itu kembali memakai pakaiannya. "Ini juga kamarku!" dengkus Abimana. Di balik sela jarinya, dia mengintip. Tubuh Renata memang sangat indah! Abimana segera menggelengkan kepalanya, dia pasti sudah gila. "Apa lagi?" tanya Renata dengan wajah memerah, dia hampir telanjang di depan pria busuk bernama Abimana. Melihat mata Renata bengkak dan ada lingkar hitam di matanya membuat dahi Abimana mengerut. Abimana merasa sedikit bersalah, "Jangan bilang kamu menangis semalaman dan tidak tidur?" Renata mendengkus kasar, "Apa maumu?" Abimana memencet hidungnya, "Aku di jebak oleh Dayana. Jadi tolong jangan beritahu video itu pada keluargaku." Renata menganga, rahangnya hampir jatuh, tatapan dinginnya berubah iba, "Jangan bilang kalau kamu di perkosa! Eh! Maksudku di jebak oleh gadis kecil itu?" Abimana mengangguk dengan lesu membuat Renata membelaklak dan reflek menutup mulutnya, "Ya ampun! Pria penguasa dan kejam sepertimu di tipu anak kecil. Haha ... " tawa Renata kembali menggelegar, dia bahkan sampai memegang perutnya yang terasa sakit. Sungguh, Abimana merasa sakit hati karena Renata menertawakannya. Tapi jika orang luar tahu mereka juga akan melakukan hal yang sama. Bisa-bisanya orang dewasa sepertinya tertipu gadis berusia 22 tahun. Abimana hanya menghela nafas dengan berat, "Di mana dokumen perceraian itu?" Abimana menatap Renata dengan malas. Renata berdehem, "Sudah kurobek!" bohongnya. "Baguslah!" jawab Abimana dengan enteng. Barusan Aisha mengancamnya, jika Abimana berani menceraikan Renata karena Dayana kembali ke tanah air maka neneknya akan memberi 30 persen sahamnya untuk Renata sebagai kompensasi. Mata Renata membeliak, dia benar-benar tidak percaya. "Hah!" Abimana berdehem, "Aku sudah mengambil keputusan, mungkin lebih baik aku terjebak denganmu seumur hidup. Setidaknya kamu tidak punya niatan untuk melecehkanku!" Renata hanya bergeming, dia tidak tampak senang. Wanita itu hanya pergi ke dalam kamar mandi tanpa sepatah katapun. Abimana berdecis, "Wanita itu pasti sedang terlonjak kegirangan!" gumamnya. Abimana melepas dasinya, dia pun duduk di sisi ranjang untuk mengantri ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Renata mengguyur tubuhnya dengan air dingin, seharusnya dia merasa senang karena Abimana batal menceraikannya. Tapi, Renata justru terlihat bimbang. Perihal dokumen itu, dia telah menyimpannya di apartemen karena kelak dia akan mengajukan perceraian. Tapi sekarang, Abimana berubah pikiran, haruskah dia juga berubah pikiran. Malamnya seperti biasa, Renata duduk di atas ranjang sambil membaca buku fashion. Sedangkan Abimana duduk di sofa sambil memangku laptopnya. Jam sudah pukul 11 malam dan Abimana masih sibuk dengan pekerjaannya, padahal Renata sudah mengantuk, "Nenek dan Ayah pasti sudah masuk ke kamar, sekarang kamu bisa pindah kamar, Abi!" "Aku akan tidur di sisi!" jawab Abimana dengan santai.Karena terlalu bahagia, Renata langsung setuju, "Janji!"Renata kembali mencium bibirnya sekilas namun Abimana menahan tengkuknya. Mereka berciuman dengan mesra di bawah sinar matahari.Renata pun jatuh ke dalam jebakan Abimana. Tiga permintaan itu seperti belenggu yang akan membuatnya tidak bisa melepaskan diri.Mungkin karena selama tiga tahun selalu diabaikan, Renata menjadi terlalu bahagia. Hanya di sogok dengan taman bunga favoritnya, dia langsung luluh. Padahal, seperti kata pepatah, "Janganlah berjanji saat bahagia."Aktifitas mereka terhenti saat ponsel Abimana berdering. Renata pun mendorong pundak pria itu lalu berbisik, "Ponselmu."Abimana tampak tidak puas, lalu merogoh ponselnya di saku. Pria itu berdecak saat tertera nama ibunya di layar. Renata menghapus bekas lipstik di bibir Abimana lalu berkata, "Angkat! Jangan jadi anak durhaka." Renata hendak turun, namun Abimana menahan pinggangnya. Wanita itu pun menyandarkan kepalanya di pundak Abimana dengan manja. Abimana m
Abimana hanya berdehem, lalu berjalan dengan aura kemarahan yang menguar dari tubuhnya. Dia berjalan menuju taman belakang, "Tanaman itu?""Sudah datang," jawab Reino.Setelah sampai, Abimana duduk sambil menyilangkan kakinya. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan menggigitnya lalu merogoh saku. Saat hendak menyalakan pemantik, dia tertegun saat salah satu tukang mengeluh, "Sayang sekali, bunga-bunga ini sangat indah."Sorot mata Abimana meredup, dia mengamati para tukang mencabut satu persatu tanaman bunga Lily. Ada perasaan tidak rela yang mulai menjalar di hatinya.Dia pun teringat masa lalu.Setelah operasi pencakokan ginjal. Abimana remaja duduk di taman rumah sakit. Seorang gadis bertubuh tinggi dengan tahi lalat di sebelah ujung bibirnya tersenyum manis padanya. Dia menyodorkan setangkai bunga Lily putih. "Sudah sembuh?"Gadis itu sudah duduk di sebelahnya. Dia memakai gaun berwarna putih, rambut panjangnya tergerai dan mata gadis itu sangat jernih. Mata Abimana berbinar lalu ber
Para netizen mulai melakukan cocoklogi. Semua komentar membanjiri kolom komentar akun Dayana. Gadis itu tidak menyangkal dan tidak membenarkan juga. Membuat para nesizen menjadi semakin penasaran. Dayana sekarang sedang berada di studio musiknya. Gadis itu terkekeh dan ekspresinya terlihat culas. Jari lentiknya bergulir di atas layar, membaca satu persatu komentar yang membuatnya senang. "Anakku ini harus segera punya Ayah!" ujarnya sambil mengelus perutnya yang masih rata. Dayana sangat pandai bersandiwara. Setiap ada wartawan yang mengejarnya, dia akan selalu berkomentar dengan lembut dan rendah hati, "Doakan saja yang terbaik." Jawaban ambigu itu membuat semua orang semakin gencar menebak-nebak. Apalagi saat Dona, Ibu Abimana mengunggah foto dirinya sedang minum teh bersama Dayana di halaman rumahnya. Netizen semakin penasaran, iri sekaligus kagum kepadanya. Bukan hanya terkenal karena bakat dan visualnya. Sekarang Dayana masuk dalam jajaran musisi papan atas yang banyak mendap
Renata menggigit kepala Abimana dengan ganas, dia tidak terima gaun favoritnya di rusak. Itu hadian dari Devan. Abimana menarik kepalanya, wajahnya berubah masam, "Dasar vampir, kamu ingin kepalaku bocor?"Renata tersenyum sinis sambil menghapus darah di bibirnya. Gerakannya membuat Abimana menelan ludah. Dia pun menyambar bibir Renata dan melumatnya dengan lembut.Renata melotot, namun perlahan kelopak matanya turun dan sorot matanya melembut. Kemarahan Renata kembali menguap, dia bahkan sudah lupa bahwa dari tadi dia berteriak meminta cerai.Dua orang itu memejamkan mata. Dengan naluriah tangan Renata terangkat dan membuka kancing piamanya secara perlahan. Tangannya mengelus dada Abimana dengan erotis. Sentuhan itu membuat tubuh Abimana semakin memanas, lumatannya menjadi kasar dan menuntut.Pria itu mengangkat tubuh Renata dan membawanya ke ranjang tanpa melepaskan ciumannya. Di bawah kungkungan dan kendali Abimana, Renata merintih. Abimana mencium pipinya, matanya yang berkabut m
Nafas Renata terasa sesak, sekeras apapun dia menahannya air matanya tetap jatuh berderai. Namun Renata adalah wanita yang keras kepala. Dia mengangkat dagunya dan kembali menantang dan berkata dengan emosional, "Kenapa Abi? Sakit ya? Marah ya? Selama hampir tiga tahun kamu selalu meminta cerai padaku, mempermalukanku, menghinaku. Kamu kira aku tidak sakit hati dan marah. Sekarang aku hanya baru beberapa kali minta cerai dan kamu tidak terima. Aku benar-benar semakin membencimu."Abimana terkekeh, tapi ekspresi wajahnya semakin menyeramkan dan membuat Renata bergidig ngeri. Cengkramannya semakin kuat dan hampir meremukkan pinggang wanita itu. Lalu suaranya mengalun dingin, "Hanya karena ponsel, kamu sampai marah-marah. Kamu memang suka bikin ulah. Kamu lupa dengan janjimu tadi pagi?"Abimana pikir Renata anak kecil yang menangis karena mainannya hilang.Renata meringis sambil mencengkram pergelangan tangannya dan mencoba melepaskan diri. Namun semakin dia bergerak semakin kuat tangan
Abimana mengangkat sebelah alisnya, dia tersenyum, "Jadi kamu menghindar dariku karena marah ponselmu hilang."Renata menghela nafas, kepalanya menoleh, tatapannya begitu dingin dan acuh, "Cepat kembalikan ponselku! Ini sudah hampir tiga hari, ada hal penting yang harus aku lakukan."Abimana menaruh cangkir teh dengan cukup keras. Dia ingin menahan Renata, setidaknya sampai satu minggu. Abimana berdehem, lalu bertanya, "Apa?"Renata mengalihkan pandangan, "Itu urusanku!"Abimana bersandar dengan malas, tatapannya begitu sayu, "Kemari!" ujarnya sambil menepuk sofa di sebelahnya.Renata berdecak kesal, "Abi!!"Abimana mengulang ucapannya dengan lembut, "Kamu ingin ponselmu kan? Kemari dulu."Renata pun menghela nafas panjang, lalu bangun dan menghampirinya dengan enggan. Wanita itu menjatuhkan bokongnya cukup jauh darinya.Abimana tersenyum lembut lalu menarik pinggang wanita itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. "Jauh sekali si!" ujarnya dengan nada menggoda.Renata mencebik, mereka