"Kak Abi!" pekik Dayana. Tangisan gadis itu menggelegar, tubuhnya menggigil ketakutan saat tubuh Abimana hilang dari balik pintu utama apartemennya. "Aku ga boleh kehilangan Abi! Ga boleh!" Dayana menjambak rambutnya dengan frustasi.
Sedangkan Abimana, dia pergi dengan amarah yang menyelimutinya. Merasa kecewa dengan sikap Dayana yang telah menghianatinya. Abimana duduk di dalam mobil, dia menghentak-hentakkan kepalanya pada setir mobil dengan cukup keras. Hingga ponselnya berdering, pria itu merogoh ponselnya saat sebuah pesan video masuk. Melihat pengirimnya adalah Renata, Abimana mendengkus kesal, "Apalagi ini!" gumamnya. Abimana membuka video itu dan tubuhnya seperti tersambar petir. Tangan Abimana mendadak lemas, ponselnya bahkan hampir terjatuh dari tangannya. Rahang pria itu mengeras, di dalam video itu jelas-jelas Dayana menatap kamera dengan wajah yang begitu bangga dan angkuh. Sedangkan dirinya seperti orang yang tidak terkendali. "Dayana kamu berani menjebakku!" Dengan gigi bergemeletuk Abimana menghapus video itu. Dia kira tadi malam adalah kesalahannya karena pengaruh alkohol. Rupanya kejadian tadi malam adalah perbuatan Dayana, wanita itu juga pasti merekamnya lalu mengirimnya pada Renata. Hidup Abimana memang sial karena dikelilingi oleh dua wanita cegil. Renata dan Dayana sama-sama gila. "Ya Tuhan! Nenek!" pekik Abimana. Dia baru ingat jika harus menjemput neneknya. Baru saja hendak menyalakan mesin mobil, tiba-tiba- Ting! Sebuah pesan kembali masuk, Abimana menahan nafas saat membuka pesan dari Renata. [Wah! Videonya sangat bagus, Abi! Pacarmu sangat cerdik. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Nenek dan Ayah saat menontonnya!] Mata Abimana melotot, tubuhnya menggigil karena kemarahan yang luar biasa. Renata baru saja mengancamnya. Apalagi saat wanita itu kembali mengirim sebuah foto dirinya yang sudah ada di bandara membuat Abimana kebakaran jenggot. Pria itu menyalakan mesin dan menginjak gas. Lexus hitam milik Abimana melaju di jalan dengan ugal-ugalan. Persetan jika dia akan di kejar polisi lalu lintas karena mengendara dengan kecepatan maksimum. "Awas saja Renata! Jika kamu berani mengadu akan kujambak rambutmu sampai botak!" eramnya. Srettt!! Suara decitan ban mobil Abimana melengking. Setelah memarkirkan mobil, pria itu langsung berlari ke dalam bandara dengan wajah tegang dan mata yang terus menyisir area itu dengan panik. Dia bahkan tidak peduli dengan wajah bantalnya. "Abi!!!" suara wanita mengalun. Abimana menoleh ke arah wanita yang memakai mini dres berwarna merah menyala dengan kacamata hitam sedang duduk di kursi tunggu. Abimana tampak sedikit linglung, lalu wajahnya berubah masam saat mengenali siapa sosok tersebut, "Renata!" gumamnya. Penampilannya Renata terlihat glamaur seperti dulu saat dia masih menjadi seorang model. Renata berjalan sambil menenteng tas mahalnya dengan tatapan mencemooh, "Jangan bilang kamu baru loncat dari pelukan jalang itu dan langsung kemari tanpa mandi! Oh My Good! Haha ... " Kelakar Renata benar-benar memuakan namun tidak mungkin dia merobek mulut jahanam itu sekarang. Abimana memutar bola matanya, "Hapus video itu!" titahnya dengan dingin. "Video? Ppfff ... " Renata menutup mulutnya karena menahan tawanya yang hampir meledak. "Renata!" eram Abimana dengan gigi bergemeletuk. "Enak saja! Pacarmu sudah susah payah merekam dan mengirimnya padaku. Bagaimana bisa aku menghapusnya," ujar Renata dengan sinis. Abimana mendekat lalu mencengkram lengan gadis itu lalu berbisik, "Hapus sekarang juga! Jika kamu berani memberi tahu Nenek dan Ayah. Aku tidak segan-segan membuat Restoran milik Ibu tirimu itu bangkrut hanya dalam satu menit!" ancamnya. Wajah Renata berubah dingin, ucapannya kali ini hampir membuat Abimana terkena serangan jantung, "Kamu hanya bisa menghancurkan usaha terakhir keluargaku, tapi aku bisa membuatmu jatuh dari singgasanamu. Apa itu sepadan? Jika iya, mari kita lakukan bersama!" Saat Renata mengancamnya balik, rahang Abimana semakin mengeras, dia tahu maksud Renata. Jika Video itu tersebar, namanya pasti akan di coret dari hak waris keluargan Mahendra. Karena merasa di skakmat oleh Renata, Abimana hanya bisa diam dengan gigi bergemeletuk. Melihat Abimana tidak bisa berkutik, Renata tersenyum sinis, "Berhenti menggertakku karena aku tidak lagi takut, Abi! Yang ada di ujung tanduk itu nasibmu, bukan nasibku. Jika ada orang yang harus kamu ancam itu Dayana! Bukan aku! Sekalipun kamu merusak ponselku, aku masih punya salinannya." Abimana membasahi bibir bawahnya yang kering, dia benar-benar terpijok. Namun sebagai orang yang hidup dalam dunia bisnis dan terbiasa dengan tekanan. Abimana tentu bisa mengontrol reaksinya, jika tidak! Renata akan merasa di atas angin. Abimana melepas cekalannya dan mulai sedikit mengalah, "Baiklah! Lalu apa maumu?" Renata mengangkat sudut bibirnya, "Aku ingin uang satu miliar berada di dalam rekeningku sekarang juga. Maka aku akan menutup rapat mulutku!"Sorot mata Aisha dipenuhi rasa bersalah, dia melirik putranya dan memberi isyarat. Dona melotot horor, dia ingin mencabik-cabik tubuh Renata yang lancang itu.Nabila yang baru sampai dengan keringat bercucuran dan nafas tersengal langsung marah saat mendengar Renata meminta kompensasi.Nabila yang tidak terima langsung berkacak pinggang, "Hei!!! Dasar tidak tahu diri. Beraninya kamu meminta saham. Saham itu untukku dan Kak Abi!"Renata langsung menerkam Nabila dengan teriakan dan kata-kata yang pedas. Dia sudah tidak segan lagi, toh gadis itu sudah bukan adik iparnya. "Gadis busuk! Saham 30% persen itu di berikan padaku oleh kakekmu sendiri. Jika kamu tidak terima, kamu bisa pergi ke akhirat dan protes pada Kakekmu!"Secara tidak langsung Renata mengutuk Nabila untuk mati. Nabila pun tidak mau kalah, "Kakekku sudah mati tapi Nenekku masih hidup. Aku tidak akan membiarkanmu mengambil jatah warisanku!" pekik Nabila. Gadis itu berlari mendekati Neneknya lalu mengeluh, "Nenek! Usir Rena
Semua orang sama-sama terkejut dengan sikap kasar Renata. Dayana berpura-pura menangis tersedu-sedu dan berkata, "Kak Renata, aku memang salah. Tapi aku sudah minta maaf." Renata tersenyum sinis, melihat akting Dayana. Setelah mencengkram pinggangnya dan bahkan mengumpatnya, sekarang dia bersikap menjadi korban. Benar-benar menjijikan! Rupanya gadis licik itu tidak puas membuatnya bercerai, dia juga ingin membuat semua orang membencinya. Setiap kata Dayana mengandung provokasi. Wajah Renata merah padam, dadanya sesak penuh amarah. Tanpa ragu dia mengangkat tangannya dan hendak menampar gadis itu. "Akkkhhhh!" Renata tercengang, tangannya masih belum menyentuh Dayana tapi dia sudah menjerit dengan heboh. Semua menunjukan reaksi yang berbeda-beda. Aisha hanya menutup telinga dan alisnya berkerut. Dona dan Nabila berkedip dengan canggung. Sedangkan Abimana tidak peduli sedikit pun. Abimana langsung menangkap tubuh Renata dan menahannya dari belakang dengan erat. Renata berkedip s
Moris memejamkan matanya, pundaknya naik turun dengan cepat. Moris adalah pria yang baik hati dan lurus. Jadi walaupun dia sangat menyayangi putrinya, dia tetap akan bersikap tegas jika Dayana berbuat salah."Kamu menjebaknya?" tanya Moris dengan penuh amarah.Dayana tersentak, dia langsung berlutut di kaki ayahnya. "Ayah maafkan aku. Tapi aku putrimu, aku sedang hamil. Huhuhu."Dona membela Dayana, "Pak Moris ... putrimu sedang hamil."Wajah Moris terlihat pucat, dia merasa sangat malu dan sedih. Putri kecilnya yang manis, melakukan hal yang tidak bermoral. Dia sangat marah tapi juga kasihan karena putrinya sedang hamil. Dia pun akhirnya luluh dan menarik putrinya ke dalam pelukannya.Melihat Dayana begitu menderita, Dona pun semakin marah. "Jangan buat Ibu malu Abi! Dayana sudah hamil, kamu harus bertanggung jawab!" Dona memekik dengan mata melotot.Abimana tetap kekeh pada pendiriannya, "Tidak Ibu! Aku tidak akan menikahi gadis itu."Dayana memang bersalah, tapi nasi sudah menjadi
Wanita tua itu menggeleng lalu berkata dengan suara getir, "Maafkan Nenek, Ren." Renata menggeleng dengan cepat lalu mencium punggung tangan Aisha dengan penuh kasih sayang. Hati Aisha bergetar, dia semakin erat menggenggam tangan gadis itu dan merasa tidak tega. Melihat kedekatan antara Aisha dan Renata, dahi Moris berkerut, wajahnya tampak rumit seolah-olah sedang menimbang-nimbang. Takut Aisha goyah, Dayana menggoyangkan lengan ayahnya. Moris menundukan wajahnya, melihat putrinya cemberut dengan mata memerah sambil menahan tangis. Pria itu pun berdehem lalu memanggil Aisha, "Bu Aisha ... " Aisha memejamkan matanya sejenak. Panggilan Moris adalah peringatan untuknya. Dia pun menarik nafas dengan berat lalu melepas tangan Renata dan berkata dengan tidak berdaya, "Bercerailah dengan Abimana, Ren." Setelah mengatakan permintaan yang kejam, Aisha menarik tangannya. Dia merasa tidak tega saat melihat wajah Renata dan Abimana. Permintaan Aisha seperti petir di siang bolong bagi Ren
Plak! Abimana memukul pantat wanita itu dengan gemas, "Diam!" Renata hanya bisa menggertakkan giginya dengan kesal dan menutupi wajahnya yang memerah. Abimana terus berjalan menyusuri jalan kecil menuju mobilnya yang terparkir di tepi jalan. Hingga saat Abimana hendak membuka pintu mobil, ponsel di saku celananya bergetar. Pria itu merogoh ponselnya. Nama Reino tercantum di layar, pria itu menggeser tanda hijau dan mendekatkannya ke telinga. "Halo!!" Di ujung tempat lain, Reino sedang mengemudikan mobil menuju rumah sakit setelah Reino mendapatkan panggilan dari Adam. "Ehh ... Tuan," jawab Reino dengan ragu setelah mendengar suara Abimana yang terdengar berat dan terengah-engah. Apalagi Renata yang terus mengeluh kalau pinggangnya sakit dan minta berhenti terdengar ambigu. Reino pun di seberang sana hanya bisa menggaruk kepalanya hingga suara Abimana kembali menggema dan memekik di gendang telinganya, "Reino!" Reino tersentak, lalu menjawab dengan cepat, "Nyonya besar masuk rum
Renata sedikit tersentak, rasa sakit yang dia rasakan seketika menyadarkannya dari kebodohan. Wanita itu menggenggam lengan Abimana dengan erat, dia menatap mata Abimana yang dalam dan menyelaminya. Dia berharap bisa menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang mulai bermunculan. Apakah pria ini mencintainya? Atau hanya dia yang terjebak dalam cinta itu? Melihat mata Renata dipenuhi keraguan, Abimana mengerutkan alisnya. Pria itu menangkup wajah kecil Renata dan sedikit mencubit pipinya, "Ada apa?" Wanita itu tersadar, matanya memancarkan hawa dingin. Dia pun memalingkan wajahnya lalu berkata dengan acuh, "Di sini kita hanya berdua. Jadi aku tidak akan menahan diri lagi." "Maksudmu?" tanya Abimana dengan air muka heran. Renata mengabaikannya dan memilih menatap ke arah cahaya jingga yang mulai memudar dengan hati yang dipenuhi pergolakan. Deburan ombak yang menggulung itu seolah-olah telah menelannya ke dalam kehampaan. Abimana mengangkat tangan dan menyentuh bahu wanita itu d