Mag-log in"Oh!" Renata yang tahu diri langsung turun dari ranjang, dia membuka pintu namun pintunya terkunci. "Abi mana kuncinya?"
Abimana mengangkat wajahnya dengan dahi berkerut, "Kamu mau kemana?" Renata mendengkus kesal, wanita itu berkacak pinggang, "Kamu tidur di sini, jadi otomatis aku harus pindah ke kamar tamu kan!" ujarnya dengan suara galak. Abimana tertawa mencibir, "Alasan! Kamu pasti berniat memberi tahu Nenek atau Ayah tentang video itu kan?" Renata memutar bola matanya dengan jengah. Di mata Abimana, Renata hanya seorang rubah betina yang licik. Wanita itu memanyunkan bibirnya dan berjalan mendekati suaminya, "Ayolah Abi! Aku tak selicik itu!" Abimana menutup laptopnya, mendongakkan wajah untuk menatap wajah istrinya yang sok polos itu. Abimana bersandar dengan malas dengan kaki menyilang. Wajahnya menatap Renata dengan tatapan meremehkan lalu berkata sarkas, "Kamu baru memerasku satu miliar dan kamu bilang kamu tidak licik. Heh! Aku tidak akan tertipu!" Melihat Renata mengatupkan bibirnya dengan wajah masam, Abimana kembali berdecis, "Kamu hanya sedang menarik perhatianku kan?" Renata menundukan kepalanya sambil menggigit bibirnya seiring matanya yang mulai menggenang. Dia merasa muak dengan situasi seperti ini. Ucapan sarkas dan hinaan Abimana benar-benar sudah membuat dirinya jengah. Bungkamnya mulut Renata membuat Abimana merasa menang, "Tebakkanku benarkan?" Abimana berdecis sinis. Pria itu bangun dan mengitari tubuh Renata yang membeku di tempat dengan tatapan sinis. Jari telunjuknya mengangkat dagu Renata dan memaksa wanita itu untuk menatap matanya yang gelap. Pria itu mulai berbisik, "Lalu apalagi yang kamu tunggu? Pintu dalam keadaan terkunci, kamu sudah bisa menanggalkan semua pakaianmu dan menggodaku. Mungkin aku bisa saja khilaf dan menyentuh tubuh kotormu ini!" ujarnya dengan suara penuh tekanan. Renata tersenyum sambil menghapus air matanya, membuat sudut bibir Abimana naik begitu tinggi dan tatapan pria itu semakin sinis. Renata bahkan mengecup jari telunjuk Abimana dengan tatapan menggoda membuat pria itu langsung menarik tangannya. Renata memang berhak menyandang julukan 'Cegil.' karena dia berhasil membuat Abimana terlihat begitu kesal. Renata membelai dada bidang Abimana dengan erotis membuat pria itu berjalan mundur karena merasa jijik. Hingga tubuhnya terhantuk ke dinding. Renata mengambil kesempatan itu untuk balas dendam, "Abi ... jangan menggodaku," ujarnya lirih dan mendayu-dayu sambil meremas kejantanan Abimana yang telah terbangun. Abimana pria normal, tentu tubuhnya terasa panas dan menegang saat Renata menggodanya. Wanita di depannya begitu cantik dan seksi. Apalagi dengan apa yang kemarin dia lakukan pertama kali dengan Dayana. Dia merasa ketagihan. Melihat wajah gugup dan merah Abimana membuat Renata tergelak. Akhirnya dia bisa menggertak pria sombong ini. "Renata!" pekik Abimana yang terlanjur menahan malu. "Aku akan tidur, Abi. Selamat malam!" ujarnya sambil tersenyum lebar Wanita itu naik ke ranjang dan mencoba untuk tidur. Abimana mengangkat sebelah alisnya, dia cukup kecewa karena Renata berhenti menggodanya. Abimana merasa Renata sedikit berubah. Biasanya wanita itu akan menggunakan triknya untuk mendekatinya. Dia ingat saat nenek mengurung mereka berdua di dalam kamar saat malam pertama. Renata bahkan tidak malu bertelanjang di depannya. Dan sekarang dia bersikap jual mahal. Paginya. Semua orang berada di meja makan dan sarapan bersama. Suasana tampak tenang dan hangat. Hingga Renata membuka mulut, "Nenek ... " panggilnya. Aisha mendongak, "Ada apa, Nak?" "Aku sudah meminta izin kepada Abi. Dan sekarang aku ingin meminta izin pada Nenek," ujar Renata dengan lembut. Dahi Abimana berkerut, kapan rubah itu meminta izin padanya? Namun, bukannya membantah wanita itu dia hanya sarapan dengan tenang. Sebenarnya dia ingin tahu niatan wanita yang telah menjual namanya. "Katakan?" ujar Aisha. Wanita itu selalu bersikap lembut. Renata menghela nafas dengan panjang, dia menegakkan punggungnya dan mulai berkata, "Tadi malam aku dan Abi sudah sepakat, Aku akan kembali menjadi model, Nek! Aku janji tidak akan membuat keluarga ini malu. Aku hanya ingin mengisi waktu saja!" ujarnya panjang lebar. Setelah mengatakan sedikit kebohongan. Renata melirik suaminya sambil tersenyum lebar. "Rubah ini telah memfitnahku!" batin Abimana. Tatapan Abimana menghunus tajam kearahnya. Renata mengangkat dagunya dengan seringainya, dia seolah-olah berkata, "Apa? Kamu berani!" Dona seketika tersedak, matanya langsung melotot, "Renata!!" Mertua jahat itu ingin marah-marah, namun tidak jadi karena Adam mengelus pundaknya sambil menggelengkan kepala. Melihat teguran lembut suaminya yang penyabar dan bijaksana itu langsung membuat dia bungkam. Sekarang kita tahu watak keras Abimana berasal dari siapa. "Kamu ingin menjadi model?" tanya Aisha dengan bimbang. "Kamu ga lagi bercanda kan, Nak?" imbuhnya. Mendadak tenggorokan Renata terasa tercekat, dia hanya mengangguk untuk merespon pertanyaan nenek mertuanya. "Itu pasti alasan Mba Renata agar bisa hidup bebas!" Nabila menceletuk dengan nada sinis.Ucapan Kevin membuat kedua alis Dayana bertaut, gadis itu mendongak. "Kalian berdua penting bagiku!"Kevin tahu, Dayana berbohong. Dia juga tahu bahwa Dayana selalu memanfaatkan dan memanipulasinya. Tapi pemuda berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai dokter itu membiarkan dirinya dimanfaatkan dan dimanipulasi oleh Dayana. Kevin benar-benar tergila-gila pada gadis itu.Kevin menunduk. Dia masih tersenyum tapi senyumnya tampak getir. "Sudahlah, aku buatkan sup pereda mabuk."Kevin melepaskan pelukannya dan bangkit dari duduknya. Namun sebuah tangan kecil menarik tangannya. Gadis itu berkata dengan tatapan kantuk, "Tidak usah!" Kevin mencolek hidung mancung Dayana dan berkata dengan tegas, "Ini terakhir kamu minum. Aku tidak ingin pertumbuhan anakku terganggu."Dayana tampak tidak puas, dia langsung berdiri. Namun badannya terhuyung, untung Kevin menangkapnya. "Hati-hati!" ujarnya dengan cemas.Dayana terkekeh, wajah yang memerah semakin merah. Kedua tangannya menarik kerah baju Kevin
Dayana menelan ludahnya dengan susah payah lalu mulai menjelaskan, "Ayah sudah tahu semuanya. Dia ingin pergi menemui Nenek Aisha dan mengatakan segalanya. Tolong cegah Ayahku, Kak!" Wajah pria itu menjadi dingin, "Kamu yakin?" Dayana mengangguk, "Tentu saja, dia yang bilang padaku tadi. Ayah baru saja keluar. Kamu lakukan apapun agar Ayah tidak menggagalkan rencanaku. Dia tidak boleh membocorkan rahasiaku." Wajah dingin pria itu semakin dingin, matanya memancarkan kekejaman, "Baiklah." Tut!! Setelah panggilan tertutup, Dayana tampak linglung. Gadis itu sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Entah keputusannya benar atau salah, yang terpenting saat ini Moris tidak akan mengacaukan rencananya. Ponsel gadis itu terjatuh dan menyadarkannya dari lamunan. Dayana kembali tersadar, tangannya terangkat dan menghapus air matanya dengan perlahan. Sekali kedip, rasa takut di mataya lenyap dan berubah menjadi ganas. *** Di parkiran bawah tanah, seorang pria misterius keluar dari kolong m
Melihat sang putri menatapnya dengan penuh kebencian, hati Moris seperti diremas. Wajah pria paruh baya itu memucat dan diliputi rasa bersalah. Moris pun berkata lirih dan bergetar, "Kamu salah paham, Nak. Ayah memang salah, tapi yang kamu lakukan sekarang juga tidak benar." Bosan terus dinasehati, Dayana semakin cemberut dan semakin memberontak. Gadis itu mengangkat dagunya dan berteriak, "Nasi sudah menjadi bubur, Ayah! Ini hidupku! Ayah tidak perlu ikut campur! Jika Ayah peduli padaku, sebaiknya Ayah pulang saja!" Melihat putrinya bersikap keras kepala, pria itu hanya bisa menggeleng tidak berdaya. Karena gagal menasehati putrinya, Moris pun memutuskan untuk pergi. Namun sebelum pergi, dia berkata dengan nada penuh peringatan, "Baiklah, Nak. Tapi ingat! Suatu saat nanti kamu pasti menyesal!" Moris melangkah pergi dengan membawa kegagalan dan rasa malu. Alih-alih mempertimbangkan nasehat ayahnya, gadis itu malah semakin menantang. Dia berkata dengan angkuh, "Ayah tenang saja! Ak
Renata mendongak, rahangnya terasa sakit. Dia mengerutkan dahi dan tetap menatap pria itu dengan keras kepala.Abimana semakin kesal melihat wanita itu tetap keras kepala. Tanpa sadar cengkramannya semakin kuat seolah ingin menghancurkan rahang wanita sialan ini. Namun, mata hitamnya menangkap sesuatu yang membuat hatinya perlahan luluh. Semakin dekat, mata Renata menyiratkan kesedihan dan putus asa. Tanpa sadar, cengkramannya mengendur lalu menggoyangkannya, "Kamu seharus bersikap baik pada suamimu."Ucapan Abimana terdengar ambigu.Renata menggerakan kepalanya dengan kuat hingga cengkraman pria itu terlepas dan berkata dengan acuh, "Kita baru saja tanda tangan surat cerai dan hanya menunggu akta cerai keluar. Bisa dikatakan kita akan menjadi orang asing!"Abimana mendengus, sorot matanya semakin gelap. Dia paling benci kata cerai keluar dari mulut wanita itu.Renata menyeruput kembali bobanya, namun alisnya kembali berkerut. Rasa matcha yang awalnya segar dan sedikit pahit, kini se
"Wah!!! Semua wanita harus punya alat seperti ini. Benar-benar sangat berguna!" ujar Renata dengan puas. Wanita itu memandangi tongkat listrik mini anti pemerkosa dengan kagum.Di lantai yang dingin dan kotor, Abimana meringkuk. Tubuhnya kaku, wajahnya begitu muram. Pria itu pun mengeram, "Kamu!"Sambil menyimpan kembali alat pertahanannya, wanita itu menunduk, ada kilatan kesedihan dan rasa iba yang melintas di mata hitamnya yang bening, namun menghilang dalam sekali kedip. Bukannya membantu Abimana, dia malah terkikik geli, "Hihi ... Aku menunggumu di parkiran, ABI!"Wanita itu mengangkat dagunya dengan angkuh sambil mengibas rambut panjangnya. Kakinya yang panjang dan ramping melangkahi tubuh Abimana yang tak berdaya. "Bisa balas dendam benar-benar sangat menyenangkan!" gumamnya.Tanpa ragu, Renata membuka pintu tangga darurat dan meninggalkan Abimana di ruangan yang dingin itu. "RENATA!!!" suara auman Abimana menggema, namun tertahan di ruang yang sunyi dan dingin.Di balik pintu
Renata tertawa getir, matanya yang jernih tampak mengembun lalu berkata dengan nada mencibir, "Kita sudah tanda tangan surat cerai. Ibumu juga pasti sudah membawanya ke kantor catatan sipil. Kamu juga pasti akan segera menikah. Jika aku tetap tinggal denganmu, itu sama saja dengan berselingkuh. Aku tidak mau jadi pelakor." Abimana menjatuhkan rokok yang masih menyala dan menginjaknya dengan kejam, wajahnya semakin masam, "Siapa yang berani mengataimu pelakor! Setelah menikahi Dayana, aku juga akan menikahimu lagi!" Renata tertawa hambar saat mendengar ucapan Abimana. Pria ini benar-benar bajingan. Memang siapa yang mau jatuh di lubang yang sama? Dahi Renata berkerut dan terlihat masam. Dengan nada mencibir, Renata berkata, "Saat menikah denganku, kamu menjadikan Dayana sebagai simpanan. Dan saat menikah dengan Dayana kamu mau menjadikanku simpanan. Kamu benar-benar tidak waras!" Abimana melotot pada gadis keras kepala di depannya dan berkata dengan dingin, "Aku hanya akan menikahi







