"Tolong, Mas cari tahu tentang perempuan ini. Namanya Zea. Dia sedang hamil. Dia mengaku hamil anak suami saya. Tapi, saya yakin, perempuan itu bohong. Saya kenal betul siapa suami saya."Aku sodorkan foto Anna yang ada di sosial medianya. Detektif Akbar mengangguk sambil mengamati foto Zea."Sepertinya saya tidak asing sama perempuan ini," ucap Akbar sembari meletakkan telunjuk tangannya di bawah dagu. Aku mengerutkan dahi karena mendengar pernyataan dari Akbar. Mengenal Zea? Apakah Akbar salah satu pelanggan Zea? Ah sesempit itukah dunia? Zea benar-benar menjijikkan. "Oh ya? Kenal di mana? Apa anda salah satu pelanggannya?" ucapku tanpa menyaring dulu apa yang akan aku katakan ini. Dapat kulihat Akbat membelalakkan matanya sedangkan aku menatapnya heran. Mataku beralih pada Anna dan ia pun sama membelalak menatqpku lebih tepatnya melotot. Ada apa sih mereka berdua? "Kok pada ngeliatin aku? Kenapa?" tanyaku pada akhirnya pada mereka. "Apa menurut anda, saya ada tampang penyuka
Kenapa sih dia benar-benar gak peka jadi suami? Sialan bener si Zea. Pelet apa yang dia pakai sampai-sampai mas Rama berubah 180° seperti ini? Enggak! Aku gak boleh kalah! Awas saja kau Zea, akan aku beri pelajaran kau nanti dan akan kupastikan kau akan benar-benar menyesalinya. Aku benar-benar merebahkan diri kali ini. Hamil muda dan kondisi emosi yang gak stabil membuatku cepat lelah. Tidak seperti kebanyakan wanita jika sedang hamil muda maka akan lemas dan tak bisa apa-apa. Aku bersyukur masih bisa makan dan masih bisa beraktivitas layaknya wanita yang sedang tidak hamil. Tidak seperti Zea yang sedikit-sedikit mengeluhkan sakit perut. Huft, jika mengingat perempuan itu rasanya sungguh geram sekali. Setelah kejadian kemarin aku membongkar video asusila Zea pada mami hingga detik ini mami tak pernah mengusikku. Padahal biasanya ada atau tak ada mas Rama di rumah ini terkadang mami suka kesini hanya untuk mengomentariku ini dan itu. Ditambah lagi aku sekarang sedang mengandung cu
"Udah deh duduk aja dulu nanti aku kasih tau." "Ada apa?" "Zea kan licik nah kita licikin dia lagi. Jangan main kasar karena itu gak akan mempan karena Zea itu licik." "Maksudnya kamu ada rencana?" tanya mas Rama dan kujawab anggukan kepalaku. "Apa?" "Mas sudah ajak Zea periksa ke dokter kandungan dan ajak usg?" Mas Rama menggeleng kepala dan benar dugaanku kalau Zea pasti tak akan mengajak mas Rama periksa. "Kenapa belum? Jadi Mas hanya tahu kehamilan Zea dari tespek yang dia tunjukkan sama kita waktu itu?" Mas Rama kembali mengangguk. Aku mendesah pelan. Duh, suamiku ini benar-benar polos atau benar-benar bodoh? Untung aku cinta coba kalau enggak udah aku tempeleng dia biar otaknya bener. Huh. "Ya Mas kemarin sempet sih ajak dia ke dokter dan ajak usg." "Terus?" "Ya dia gak mau alasan katanya usg di usia kehamilan dini itu hanya akan membahayakan janin dan usg hanya untuk usia janin besar sekitar tujuh bulanan gitu." "Dari situ saja sudah patut dicurigai. Usg itu pent
"M-maksud Mbak Anin apa sih? Aku enggak ngerti deh.""Tidak usah lagi banyak drama kenapa kau lakukan ini Zea!"Prang! Mas Rama membanting vas bunga yang ada di atas meja di ruang tamu ini. Tentu saja hal itu membuatku juga Zea berjingkat karena terkejut. Yah aku juga terkejut karena belum pernah melihat mas Rama yang sampai semarah ini. "M-Mas apa yang kamu dengar tadi itu tidaklah benar, i-itu semua hanya untuk mengelabui pria itu. Bukankah kau sudah tahu apa pekerjaanku.""Secara gak langsung kau mengakui kalau kau ini pelacur dong?" ejekku sembari tersenyum sinis. Tentu saja hal itu membuat Zea melotot ke arahku. "Ya gak gitu juga kali, Mbak, seenaknya saja berucap," ucap Zea yang tidak terima. "Jangan banyak sandiwara lagi di depanku karena aku tidak lagi percaya denganmu. Aku akui aku terlalu bodoh karena bisa masuk ke dalam jeratanmu dan tidak percaya dengan istriku sendiri. Mulai hari ini jangan lagi pernah usik hidupku atau kau akan tahu akibatnya!" ucap mas Rama penuh de
"Aku pikir kau ini pintar. Nyatanya kau jauh lebih bodoh dariku. Dengarkan ini!" Aku memutarkan rekaman video saat dirinya tadi menelpon seseorang yang sudah kuduga kalau itu adalah ayah biologis dari janin yang Zea kandung. Mata Zea tentu saja membelalak karena dia tentu tidak menyangkal jika aku memiliki rekaman dirinya sedang menelpon tadi. "Ups jangan pingsan dulu. Aku punya satu lagi kejutan buatmu!?" Kuputarkan lagi sebuh rekaman cctv di mana Zea masuk ke dalam kamar hotel suamiku. Wajah perempuan itu semakin memucat. Perlahan dia terdiam tak berkutik. Dia pikir aku bodoh? terbuktilah kalau aku lebih cerdik darinya. Bahkan, detektif yang aku suruh, bisa dengan mudah mengungkap kasus di hotel. Akbar tampaknya mempunyai jaringan yang luas. Hanya dalam waktu beberapa jam, anak buahnya yang ada di kota tempat suamiku menginap, bisa membongkar kelicikan Zea. "Tidak, itu pasti rekayasa.""Hahaha, masih mau ngelak. Sebentar, masih ada video lagi."Aku pegang Zea kuat-kuat agar tida
Sebenarnya aku sedikit curiga sih, apakah Anin tahu kalau anak yang kukandung ini bukan anaknya Rama? Tapi dari mana dia tahu? Apakah dia sudah menyimpan kecurigaan itu?Aku yakin dia belum tahu, hanya saja dia memang tipe wanita yang tidak mau mengalah sehingga dia benar-benar ingin menguasai Rama sendirian.Karena aku kesal aku akhirnya keliling dapur untuk mencari makanan, mungkin dengan cara mengemil maka kekesalanku ini akan berkurang.Akan tetapi, kesialanku lagi-lagi terjadi, aku sudah membuka kulkas dan semua laci yang berada di dapur tapi sama sekali tidak ada camilan yang dapat kutemukan.Aku benar-benar kebingungan, ingin rasanya aku menelpon Rama saat ini juga, tapi aku jadi ragu karena setiap kali aku menelpon Rama, maka aku harus membuat alasan baru, tentu saja itu sangat merepotkan.Karena aku tidak bisa menemukan apa yang aku cari, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke ruang depan, Aku ingin menghibur diriku sendiri. kata orang kalau lagi hamil tidak boleh marah-marah
Tadi juga lelaki yang aku sayang itu langsung mengiyakan permintaanku, tentu saja tidak ada kebahagiaan lain selain mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang."Bereslah itu, ya sudah aku segera meluncur ke sana, pokoknya dijaga baik-baik anak kita karena dengan anak itu lahir dengan selamat di dunia maka selamatlah juga keuangan kita. Bukankah memang itu tujuan kamu?" ucap Dani padaku. "Tentu saja Sayang, anak ini aset buatku juga buat kita. Memang dasar si Rama itu bodoh mau-maunya saja aku bodoh-bodohi kalau anak ini anak dia. Memangnya dia gak bisa mikir apa masa iya hamil satu bulan tapi perut udah segede ini. Kan kalau satu bulan biasanya masih rata. Hahahaha," ucapku sembari terkikik. "Hahahaha kamu benar-benar pintar Sayang. Aku tidak sia-sia menitipkan benih itu padamu. Yah meskipun aku harus menahan rasa cemburuku yang menggebu-gebu tapi tidak mengapa semua ini kita lakukan demi masa depan kita. Ya Sudah aku tutup dulu ya. Aku ada orderan masuk nih biasalah buat sen
Masih terekam jelas di otakku bagaimana murkanya Mas Rama pada Zea. Wanita gila itu berhasil menipu aku dan suamiku. Kejadian ini sungguh menyisakan trauma bagi kami berdua. Aku hanya berharap, semoga masalah ini bisa cepat terselesaikan.Karena bosan menunggu kemacetan, aku pun menyalakan Radio. Memutar-mutar, mencari saluran lagu yang semoga saja bisa menenangkan pikiranku yang sedang kusut. Aku terkejut saat Mas Rama mengganti saluran di saat aku sedang asyik mendengarkan salah satu lagu.“Kenapa diganti, sih, Mas!” omelku kesal. Wajahku juga semakin bertambah masam.“Sebentar. Aku mau mendengarkan berita ini,” sahut Mas Rama padaku. Wajahnya berubah kaku, fokus mendengarkan berita di Radio itu.Aku pun melakukan hal yang sama. Menyimak dengan baik berita yang sedang disiarkan. Dari berita Radio yang aku dan Mas Rama dengar, ada pembacokan yang dilakukan oleh istri pada suami yang ketahuan sedang berselingkuh. Berita itu membuat aku dan Mas Rama mematung sejenak. Lalu kami saling