Home / Romansa / Obsesi Seorang Calon Raja / BAB 12: Reaksi Para Mata

Share

BAB 12: Reaksi Para Mata

Author: Lifi Yamanaka
last update Last Updated: 2025-07-29 17:20:30

Ketika Duke Leonhart Valezair menarik seorang gadis tak dikenal ke tengah lantai dansa, aula utama Istana Aerondale seolah membeku sesaat. Musik waltz yang mengalun anggun menjadi latar bisik-bisik yang mendadak menyeruak, seperti riak yang menyebar di permukaan kolam yang tenang. Semua mata kini tertuju pada pasangan yang baru saja memulai dansa mereka, sebuah pemandangan yang tak terduga dan mengejutkan bagi sebagian besar hadirin.

Di antara kerumunan bangsawan, bisikan-bisikan mulai bertebaran seperti benih dandelion tertiup angin.

"Siapa gadis itu? Belum pernah kulihat dia di pesta mana pun."

"Gaunnya begitu polos. Apakah dia pelayan baru?"

"Mustahil. Leonhart tidak akan berdansa dengan pelayan."

"Tapi dia bukan bangsawan. Lihatlah, dia terlihat begitu gugup dan canggung."

"Aku dengar dia dari desa terpencil. Bagaimana bisa dia masuk kemari, apalagi berdansa dengan Duke?"

"Jangan-jangan… dia punya niat terselubung. Gadis desa mana yang berani mendekati Leonhart?"

Beberapa bangsawan wanita, terutama yang muda dan berharap bisa menarik perhatian sang Duke, memandang Evelyne dengan campuran rasa iri, cemburu, dan sedikit penghinaan. Mereka memuji kecantikan alami Evelyne, namun dalam hati mencibir statusnya.

Di panggung kehormatan, Ratu Seraphina menatap pemandangan itu dengan senyum tipis yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya berbinar melihat putranya, Leonhart, yang biasanya dingin dan acuh tak acuh terhadap wanita, kini menarik seorang gadis ke dalam pelukannya untuk berdansa. Selama bertahun-tahun, Ratu telah mencoba menjodohkan Leonhart dengan berbagai putri dan bangsawati dari kerajaan lain, namun selalu gagal. Leonhart selalu menolak dengan alasan pekerjaan atau kurangnya minat. Melihatnya berdansa, bahkan dengan seorang gadis yang tidak ia kenali asalnya, adalah sebuah anugerah bagi sang Ratu.

"Alfonse, lihat itu," bisik Ratu Seraphina kepada suaminya, Raja Alfonse, yang juga ikut menatap dengan ekspresi terkejut. "Leonhart… dia berdansa."

Raja Alfonse mengerutkan kening, pandangannya tajam mengamati putranya. Ia mengenali gaun gold putih itu. Itu adalah gadis yang tadi ditanyakan Leonhart kepadanya. Namun, ia tidak menyangka Leonhart akan langsung menarik gadis itu untuk berdansa. Raja Alfonse adalah pria yang sangat berhati-hati, dan ia tahu betul reputasi Leonhart yang jauh dari romantis. Jika Leonhart melakukan sesuatu, pasti ada maksud tertentu. Namun, melihat betapa dekatnya Leonhart dengan gadis itu, dan cara Leonhart menatapnya, Raja Alfonse merasakan sesuatu yang baru. Sebuah gejolak emosi yang asing dari putranya yang selalu terkendali.

"Siapa gadis itu?" tanya Raja Alfonse, nada suaranya sedikit lebih keras dari biasanya. "Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Aku ingin tahu latar belakangnya." Meskipun ada nada perintah, ada sedikit rasa ingin tahu yang tersirat. Jika gadis ini mampu menarik perhatian Leonhart, mungkin dia memang memiliki sesuatu yang istimewa.

Di sudut aula, Ny. Adara mengamati dansa itu dengan senyum bijak di bibirnya. Matanya yang teduh memancarkan pemahaman. Ia sudah menduga sesuatu seperti ini akan terjadi. Sejak awal ia melihat Evelyne, ia sudah merasakan ada aura kemurnian dan kebaikan yang luar biasa pada gadis itu, sesuatu yang bisa menarik jiwa yang paling beku sekalipun. Ia tahu Leonhart adalah pria yang gelap dan obsesif, namun ia juga percaya bahwa cinta sejati, bahkan dari tempat yang tak terduga, bisa mengubah takdir. Lyra, cucunya, berdiri di sampingnya, memandang Evelyne dengan campuran bangga dan sedikit geli.

"Nenek, Evelyne benar-benar menarik perhatian Duke!" bisik Lyra, matanya berbinar. "Dia bahkan berdansa dengan Duke Leonhart!"

Ny. Adara hanya mengangguk pelan. "Kebaikan selalu menemukan jalannya, Lyra. Dan terkadang, benang takdir terjalin di tempat yang paling tidak terduga."

Sementara itu, di sisi lain aula, keluarga Evelyne—Cedric dan Lisette, serta Harlan—menatap dengan perasaan campur aduk antara kebingungan, ketakutan, dan kebanggaan yang tak disangka.

"Ayah… Ibu… itu Kak Evelyne?" bisik Harlan, matanya terbelalak tak percaya. Kakaknya, yang beberapa jam lalu masih sibuk memotong bawang di dapur, kini berdansa dengan Duke paling berkuasa di Aerondale.

Lisette mencengkeram lengan Cedric, wajahnya pucat. "Cedric, ini… ini bahaya. Kita seharusnya tidak pernah datang ke sini." Ia khawatir akan reputasi putrinya, atau lebih buruk lagi, keselamatan Evelyne di tangan pria yang dikenal kejam itu. Ia tahu Duke Leonhart tidaklah seperti pangeran dalam cerita dongeng.

Cedric menatap putrinya di tengah kerumunan, hatinya berdenyut. Ia melihat bagaimana Leonhart mencondongkan tubuh, membisikkan sesuatu, dan bagaimana Evelyne tampak begitu kecil di pelukan pria itu. Ada rasa tidak nyaman yang kuat menguasainya. Namun, ia juga melihat putrinya tampak mempesona, dan entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang menarik mereka berdua. "Kita harus tenang dulu, Lisette," gumam Cedric, mencoba menenangkan istrinya dan dirinya sendiri. "Evelyne baik-baik saja."

Namun, ia tidak sepenuhnya yakin. Ia tahu bahwa satu dansa dengan Duke bisa mengubah segalanya bagi Evelyne. Baik itu menjadi berkah atau justru mengundang petaka. Pesta yang seharusnya menjadi perayaan perdamaian, kini berubah menjadi medan pengamatan bagi keluarga Mireille, yang hanya bisa berdoa agar putri mereka aman di tengah kilau dan intrik istana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 37: Kengerian dan Kelembutan yang Kontradiktif

    Setelah adegan mengerikan di ruang bawah tanah, Leonhart menggendong Evelyne keluar dari tempat yang dingin dan lembap itu. Evelyne tidak bisa berbicara. Tubuhnya terasa kaku, pikirannya dipenuhi oleh gambaran Lady Thorne yang melepuh. Ia hanya bisa bersandar lemas di dada Leonhart, membiarkan Duke itu membawanya. Leonhart tidak mengatakan apa-apa, hanya terus berjalan dengan langkah mantap hingga mereka tiba di kamar utama. Leonhart menurunkan Evelyne dengan sangat lembut di atas tempat tidur, seolah gadis itu terbuat dari porselen yang rapuh. Ia menatap wajah Evelyne yang pucat, menyentuh lembut pipi gadis itu. "Aku akan mandi sebentar," katanya, suaranya kini kembali lembut dan penuh perhatian. "Kau bisa berbaring dan beristirahat." Sebelum masuk ke kamar mandi, Leonhart menunduk, dan dengan lembut, ia mengecup puncak kepala Evelyne. Sentuhan itu terasa kontradiktif, membuat Evelyne semakin bingung. Suara gemericik air dari kamar mandi mulai terdengar, menandakan Leonhart sudah m

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 36: Kengerian di Ruang Bawah Tanah

    Setelah makan malam yang diwarnai kecemasan, Evelyne kembali ke kamarnya. Jam dinding berdetak pelan, setiap detik terasa begitu panjang. Pukul sembilan malam, namun Leonhart tak kunjung kembali. Kekhawatiran merayapi hati Evelyne. Ia mondar-mandir di dalam kamar, lalu mendekat ke pintu, mencoba mendengar suara di luar. "Tuan Leonhart ke mana?" Evelyne bertanya lirih pada penjaga yang berdiri di depan kamarnya, suaranya dipenuhi kecemasan. "Maaf, Nona. Saya tidak tahu," jawab penjaga itu dengan nada formal. Evelyne menghela napas. Ia kembali duduk di tepi kasur, memandangi pintu dengan tatapan kosong. Beberapa saat kemudian, sebuah ketukan pelan terdengar. Jantung Evelyne berdegup kencang. Ia segera bangkit dan membuka pintu. Di ambang pintu, berdiri seorang prajurit Leonhart dengan seragam gelapnya. "Nona Evelyne Mireille?" Prajurit itu bertanya. Evelyne mengangguk. "Yang Mulia Duke Leonhart meminta Anda untuk mengikutiku ke ruang bawah tanah." Tubuh Evelyne langsung menegang

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 35: Misteri Ruang Bawah Tanah

    Evelyne Mireille telah selesai membersihkan diri. Noda anggur di gaun birunya telah diganti dengan gaun ungu muda yang baru dan bersih. Rasa dingin di tubuhnya sudah hilang, namun sisa-sisa kemarahan dan rasa malu masih melekat. Saat ia duduk di ujung kasur, ia baru menyadari ada sedikit perih di telapak tangannya. Ia melihatnya, ada luka gores kecil akibat gesekan dengan lantai saat ia didorong tadi. "Ah, cuma luka kecil," pikirnya, tidak terlalu mempermasalahkannya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan dorongan pelan. Leonhart Valezair berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya tidak lagi marah seperti sore tadi, melainkan dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. Matanya langsung tertuju pada Evelyne, memindai dirinya dari atas ke bawah. Tanpa berkata-kata, Leonhart melangkah cepat ke arah Evelyne, lalu berlutut di hadapan gadis itu. Raut wajahnya menunjukkan campur aduk emosi. "Aku mendengar laporan dari pelayan," suaranya serak dan tegang. "Lady Thorne… dia menyerangmu." Evelyne menu

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 34: Kecemburuan Sang Bangsawan dan Api Evelyne

    Sinar mentari pagi mengintip dari balik tirai sutra tebal, perlahan membangunkan kamar tidur megah itu. Kali ini, Leonhart Valezair-lah yang terbangun lebih dulu. Ia tidak langsung bangkit, melainkan berbaring miring, mengamati wajah Evelyne yang terlelap dalam pelukannya. Rambut gelap Evelyne tergerai di bantal, pipinya merona lembut, dan bibirnya sedikit terbuka. Dalam tidurnya, Evelyne terlihat begitu damai, begitu polos, begitu… sempurna. Sebuah senyum tipis, penuh kelembutan yang jarang ia tunjukkan kepada siapa pun, terukir di bibir Leonhart. Ia mengangkat tangannya, dan dengan sangat perlahan, ia mengecup dahi Evelyne, lalu turun ke pipinya, dan kemudian ke bibirnya, sentuhan-sentuhan ringan yang penuh kasih. Ia mengulanginya beberapa kali, menikmati kelembutan kulit Evelyne di bawah bibirnya. Evelyne menggeliat pelan, matanya mengerjap. Ia terkejut saat menyadari betapa dekatnya wajah Leonhart, dan sensasi lembut ciuman di wajahnya. Pipi Evelyne langsung merona merah sempur

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 33: Penyesalan Sang Duke dan Pengakuan Terlarang

    Pintu kamar utama terbuka dengan suara berderit, dan Leonhart Valezair melangkah masuk. Aura marahnya masih terasa kuat, namun kini bercampur dengan sesuatu yang lain—kekalutan dan keraguan. Matanya yang tajam langsung tertuju pada Evelyne yang duduk di meja makan kecil di sudut kamar, makanannya belum habis, dan bibirnya masih bengkak akibat ciuman brutal sore tadi. Evelyne yang mendengar suara pintu, langsung mengangkat kepalanya. Begitu melihat Leonhart, tubuhnya menegang. Rasa takut kembali menyelimutinya, membuatnya menunduk, tidak berani menatap mata Duke itu. Ia menunggu kemarahan berikutnya. Leonhart tidak langsung mendekat. Ia berdiri di ambang pintu selama beberapa saat, matanya mengamati Evelyne yang tampak begitu kecil dan rapuh. Pikirannya dipenuhi oleh perkataan Eldrin di ruang makan tadi: "Cepat atau lambat, Evelyne akan muak, dia akan menemukan cara untuk meninggalkanmu, Leonhart." Kalimat itu menusuknya dalam-dalam, menyentuh ketakutan terbesarnya. Ia tidak akan pe

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 32: Badai di Meja Makan Raja

    Malam itu, di ruang makan utama Istana Aerondale, meja makan yang biasanya ramai kini terasa hampa bagi Evelyne. Setelah insiden di dapur dan hukuman brutal Leonhart, Evelyne tidak diizinkan keluar kamar. Leonhart sendiri yang memerintahkan para pelayan untuk membawa makan malam ke kamarnya. Evelyne makan dalam keheningan yang mencekam, bibirnya masih perih dan bengkak, menjadi pengingat pahit akan kemarahan Duke. Ia merasa terkurung, sendirian, dan sangat ketakutan. Sementara itu, di ruang makan utama, Raja Alfonse, Ratu Seraphina, dan Pangeran Eldrin sudah duduk di kursi mereka. Suasana makan malam seharusnya tenang, namun kecemasan terpancar jelas dari wajah Ratu. Ia terus-menerus melirik kursi di sebelah Leonhart yang kosong, tempat Evelyne biasanya duduk. "Leonhart," Ratu Seraphina memulai, suaranya terdengar cemas. "Di mana Evelyne? Kenapa dia tidak ikut makan malam?" Ada nada kekhawatiran yang jelas dalam pertanyaannya, mengingat apa yang ia saksikan di dapur sore tadi. "Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status