Home / Romansa / Obsesi Seorang Calon Raja / BAB 8: Permata yang Tersembunyi

Share

BAB 8: Permata yang Tersembunyi

Author: Lifi Yamanaka
last update Last Updated: 2025-07-29 03:31:50

Kereta kuda yang ditumpangi Evelyne dan keluarganya akhirnya berhenti dengan halus di depan gerbang utama Istana Aerondale. Begitu pintu kereta terbuka, Evelyne langsung disuguhi pemandangan yang tak pernah ia bayangkan dalam mimpi terliarnya sekalipun. Gerbang besi tempa raksasa, dihiasi ukiran emas yang rumit, menjulang tinggi seolah menyentuh langit. Di belakangnya, istana itu sendiri tampak bagaikan gunung berlian yang bertabur bintang, memancarkan cahaya dari setiap jendela dan menara yang puncaknya menembus awan.

"Ini… ini nyata?" bisik Evelyne, matanya melebar tak percaya. Udara dipenuhi dengan gemuruh percakapan, tawa renyah, dan alunan musik orkestra yang mengalun anggun dari dalam aula. Puluhan pelayan berbusana rapi, dengan sigap membantu para tamu yang turun dari kereta kuda mewah. Lampu-lampu kristal dan obor-obor minyak menerangi setiap jengkal jalan, menciptakan jalur cahaya menuju pintu masuk utama istana.

Lyra tersenyum melihat reaksi Evelyne. "Selamat datang di Aerondale, Evelyne. Pemandangan ini memang selalu menakjubkan."

Harlan, adiknya, sudah melompat keluar kereta, matanya berbinar-binar seperti anak kecil di toko permen. "Kak, lihat! Indah sekali!"

Di kereta pertama, Lisette dan Cedric juga tampak sama terkesimanya. Wajah mereka memancarkan campuran kekaguman dan sedikit rasa canggung yang manis. Ny. Adara, dengan aura tenangnya, turun dari kereta pertama dan langsung disambut oleh beberapa penjaga istana yang membungkuk hormat. Dari sini, terlihat jelas bahwa status Nyonya itu bukanlah sembarangan.

"Mari, Evelyne," ajak Lyra, mengulurkan tangannya. "Kita sudah ditunggu."

Mengambil napas dalam-dalam, Evelyne melangkah keluar. Gaun gold putih lembut yang diberikan Ny. Adara terasa seperti awan di tubuhnya. Sentuhan riasan tipis dari Lyra membuat matanya tampak lebih bersinar, dan rambut blondenya yang dibiarkan tergerai natural memancarkan pesona yang murni. Begitu ia berdiri di antara kerumunan, beberapa pasang mata langsung menoleh ke arahnya. Bisik-bisik samar mulai terdengar.

"Siapa gadis itu? Belum pernah kulihat sebelumnya."

"Gaunnya sederhana, tapi lihatlah… dia begitu cantik."

"Apakah dia bangsawan dari wilayah yang jauh?"

Evelyne merasa sedikit tak nyaman dengan semua perhatian itu, namun Lyra menggenggam tangannya erat, memberinya keyakinan. "Jangan pedulilah, mereka hanya terkesima," bisik Lyra.

Ny. Adara berjalan di depan mereka, dan seolah ada aura tak terlihat yang membuat jalan terbuka. Penjaga gerbang tidak memeriksa undangan mereka, hanya membungkuk dalam-dalam saat Ny. Adara melintas, seolah statusnya sudah cukup menjadi izin masuk. Evelyne dan keluarganya mengikuti di belakang, tak percaya bahwa mereka, rakyat biasa dari Desa Elowen, benar-benar bisa masuk ke dalam istana.

Ketika mereka melangkah memasuki aula utama, pemandangan di dalamnya jauh lebih memukau daripada yang di luar. Langit-langit aula menjulang tinggi, dihiasi lukisan dewa-dewi mitologi yang tampak hidup. Lampu gantung kristal raksasa berkilauan seperti jutaan berlian yang tergantung di udara. Para bangsawan berbusana megah, dengan gaun-gaun yang berkerudung mutiara dan permata, serta setelan jas yang disulam benang emas, memenuhi lantai dansa yang luas.

Evelyne merasa seperti masuk ke dalam buku cerita fantasi. Setiap detail, dari ukiran di dinding hingga aroma bunga langka yang tersebar di sudut-sudut, semuanya terasa asing dan memabukkan. Harlan mencengkeram lengan ayahnya, matanya tak berkedip melihat kemewahan di sekelilingnya. Lisette mengulum senyum, mencoba menyembunyikan kekagumannya.

Mereka mengikuti Ny. Adara melewati kerumunan. Lagi-lagi, tatapan mata tertuju pada Evelyne. Beberapa wanita bangsawan melirik dengan rasa ingin tahu, ada juga yang tampak sedikit mencemooh gaunnya yang polos, namun banyak pria muda yang tak bisa melepaskan pandangan dari kecantikannya yang alami dan berbeda. Evelyne bukan tipe yang mencolok, melainkan memancarkan kelembutan dan ketenangan yang justru menarik perhatian lebih kuat.

"Lihat dia," bisik seorang ksatria muda kepada temannya. "Seperti bunga desa yang tersesat di antara bunga-bunga istana."

"Tapi dia jauh lebih indah dari bunga-bunga itu," balas temannya, matanya terpaku pada Evelyne.

Evelyne hanya menunduk sedikit, merasa pipinya memerah. Ia mencoba fokus pada percakapan Ny. Adara dengan beberapa bangsawan senior yang menyambut mereka dengan hormat. Dari percakapan itu, Evelyne mendengar sekilas bahwa Ny. Adara adalah seorang penasihat rahasia yang sangat dihormati oleh kerajaan, dan Lyra adalah cucunya yang juga memiliki kedudukan penting. Ini menjelaskan mengapa mereka bisa masuk ke area bangsawan.

Mereka akhirnya tiba di sebuah sudut aula yang lebih tenang, dekat dengan pilar-pilar besar. Dari sana, Evelyne bisa melihat panggung kehormatan di mana Raja Alfonse dan Ratu Seraphina duduk, serta para pejabat tinggi lainnya. Jaraknya cukup jauh, dan banyak bangsawan yang menghalangi pandangan. Namun, ia tidak secara spesifik mencari satu sosok pun. Ia hanya menikmati pemandangan secara keseluruhan, mencoba menyerap setiap momen dari pengalaman luar biasa ini.

"Pestanya benar-benar megah, ya," gumam Harlan di sampingnya, masih sibuk mengagumi langit-langit aula.

Evelyne mengangguk, masih tak bisa berkata-kata. Ia tak tahu bahwa di tengah hiruk-pikuk pesta ini, benang takdir sudah mulai terjalin. Malam ini, hidupnya akan berubah sepenuhnya. Ia hanya belum tahu bagaimana atau mengapa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 37: Kengerian dan Kelembutan yang Kontradiktif

    Setelah adegan mengerikan di ruang bawah tanah, Leonhart menggendong Evelyne keluar dari tempat yang dingin dan lembap itu. Evelyne tidak bisa berbicara. Tubuhnya terasa kaku, pikirannya dipenuhi oleh gambaran Lady Thorne yang melepuh. Ia hanya bisa bersandar lemas di dada Leonhart, membiarkan Duke itu membawanya. Leonhart tidak mengatakan apa-apa, hanya terus berjalan dengan langkah mantap hingga mereka tiba di kamar utama. Leonhart menurunkan Evelyne dengan sangat lembut di atas tempat tidur, seolah gadis itu terbuat dari porselen yang rapuh. Ia menatap wajah Evelyne yang pucat, menyentuh lembut pipi gadis itu. "Aku akan mandi sebentar," katanya, suaranya kini kembali lembut dan penuh perhatian. "Kau bisa berbaring dan beristirahat." Sebelum masuk ke kamar mandi, Leonhart menunduk, dan dengan lembut, ia mengecup puncak kepala Evelyne. Sentuhan itu terasa kontradiktif, membuat Evelyne semakin bingung. Suara gemericik air dari kamar mandi mulai terdengar, menandakan Leonhart sudah m

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 36: Kengerian di Ruang Bawah Tanah

    Setelah makan malam yang diwarnai kecemasan, Evelyne kembali ke kamarnya. Jam dinding berdetak pelan, setiap detik terasa begitu panjang. Pukul sembilan malam, namun Leonhart tak kunjung kembali. Kekhawatiran merayapi hati Evelyne. Ia mondar-mandir di dalam kamar, lalu mendekat ke pintu, mencoba mendengar suara di luar. "Tuan Leonhart ke mana?" Evelyne bertanya lirih pada penjaga yang berdiri di depan kamarnya, suaranya dipenuhi kecemasan. "Maaf, Nona. Saya tidak tahu," jawab penjaga itu dengan nada formal. Evelyne menghela napas. Ia kembali duduk di tepi kasur, memandangi pintu dengan tatapan kosong. Beberapa saat kemudian, sebuah ketukan pelan terdengar. Jantung Evelyne berdegup kencang. Ia segera bangkit dan membuka pintu. Di ambang pintu, berdiri seorang prajurit Leonhart dengan seragam gelapnya. "Nona Evelyne Mireille?" Prajurit itu bertanya. Evelyne mengangguk. "Yang Mulia Duke Leonhart meminta Anda untuk mengikutiku ke ruang bawah tanah." Tubuh Evelyne langsung menegang

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 35: Misteri Ruang Bawah Tanah

    Evelyne Mireille telah selesai membersihkan diri. Noda anggur di gaun birunya telah diganti dengan gaun ungu muda yang baru dan bersih. Rasa dingin di tubuhnya sudah hilang, namun sisa-sisa kemarahan dan rasa malu masih melekat. Saat ia duduk di ujung kasur, ia baru menyadari ada sedikit perih di telapak tangannya. Ia melihatnya, ada luka gores kecil akibat gesekan dengan lantai saat ia didorong tadi. "Ah, cuma luka kecil," pikirnya, tidak terlalu mempermasalahkannya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan dorongan pelan. Leonhart Valezair berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya tidak lagi marah seperti sore tadi, melainkan dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. Matanya langsung tertuju pada Evelyne, memindai dirinya dari atas ke bawah. Tanpa berkata-kata, Leonhart melangkah cepat ke arah Evelyne, lalu berlutut di hadapan gadis itu. Raut wajahnya menunjukkan campur aduk emosi. "Aku mendengar laporan dari pelayan," suaranya serak dan tegang. "Lady Thorne… dia menyerangmu." Evelyne menu

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 34: Kecemburuan Sang Bangsawan dan Api Evelyne

    Sinar mentari pagi mengintip dari balik tirai sutra tebal, perlahan membangunkan kamar tidur megah itu. Kali ini, Leonhart Valezair-lah yang terbangun lebih dulu. Ia tidak langsung bangkit, melainkan berbaring miring, mengamati wajah Evelyne yang terlelap dalam pelukannya. Rambut gelap Evelyne tergerai di bantal, pipinya merona lembut, dan bibirnya sedikit terbuka. Dalam tidurnya, Evelyne terlihat begitu damai, begitu polos, begitu… sempurna. Sebuah senyum tipis, penuh kelembutan yang jarang ia tunjukkan kepada siapa pun, terukir di bibir Leonhart. Ia mengangkat tangannya, dan dengan sangat perlahan, ia mengecup dahi Evelyne, lalu turun ke pipinya, dan kemudian ke bibirnya, sentuhan-sentuhan ringan yang penuh kasih. Ia mengulanginya beberapa kali, menikmati kelembutan kulit Evelyne di bawah bibirnya. Evelyne menggeliat pelan, matanya mengerjap. Ia terkejut saat menyadari betapa dekatnya wajah Leonhart, dan sensasi lembut ciuman di wajahnya. Pipi Evelyne langsung merona merah sempur

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 33: Penyesalan Sang Duke dan Pengakuan Terlarang

    Pintu kamar utama terbuka dengan suara berderit, dan Leonhart Valezair melangkah masuk. Aura marahnya masih terasa kuat, namun kini bercampur dengan sesuatu yang lain—kekalutan dan keraguan. Matanya yang tajam langsung tertuju pada Evelyne yang duduk di meja makan kecil di sudut kamar, makanannya belum habis, dan bibirnya masih bengkak akibat ciuman brutal sore tadi. Evelyne yang mendengar suara pintu, langsung mengangkat kepalanya. Begitu melihat Leonhart, tubuhnya menegang. Rasa takut kembali menyelimutinya, membuatnya menunduk, tidak berani menatap mata Duke itu. Ia menunggu kemarahan berikutnya. Leonhart tidak langsung mendekat. Ia berdiri di ambang pintu selama beberapa saat, matanya mengamati Evelyne yang tampak begitu kecil dan rapuh. Pikirannya dipenuhi oleh perkataan Eldrin di ruang makan tadi: "Cepat atau lambat, Evelyne akan muak, dia akan menemukan cara untuk meninggalkanmu, Leonhart." Kalimat itu menusuknya dalam-dalam, menyentuh ketakutan terbesarnya. Ia tidak akan pe

  • Obsesi Seorang Calon Raja   BAB 32: Badai di Meja Makan Raja

    Malam itu, di ruang makan utama Istana Aerondale, meja makan yang biasanya ramai kini terasa hampa bagi Evelyne. Setelah insiden di dapur dan hukuman brutal Leonhart, Evelyne tidak diizinkan keluar kamar. Leonhart sendiri yang memerintahkan para pelayan untuk membawa makan malam ke kamarnya. Evelyne makan dalam keheningan yang mencekam, bibirnya masih perih dan bengkak, menjadi pengingat pahit akan kemarahan Duke. Ia merasa terkurung, sendirian, dan sangat ketakutan. Sementara itu, di ruang makan utama, Raja Alfonse, Ratu Seraphina, dan Pangeran Eldrin sudah duduk di kursi mereka. Suasana makan malam seharusnya tenang, namun kecemasan terpancar jelas dari wajah Ratu. Ia terus-menerus melirik kursi di sebelah Leonhart yang kosong, tempat Evelyne biasanya duduk. "Leonhart," Ratu Seraphina memulai, suaranya terdengar cemas. "Di mana Evelyne? Kenapa dia tidak ikut makan malam?" Ada nada kekhawatiran yang jelas dalam pertanyaannya, mengingat apa yang ia saksikan di dapur sore tadi. "Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status