Mike sudah bersiap, kakinya saling terhentak-hentak kecil karena rasa gugup melandanya saat ini. jantungnya meletup-letup seiring dengan pikirannya yang sudah berhalusinasi tentang bagaimana dia akan menyatakan perasaannya sendiri.
Menunggu Kejora dalam waktu satu jam bukanlah waktu yang lama. Pikirannya yang mulai bekerja ekstra sampai tak menyadari bahwa 60 menit sudah berlalu. Matanya semakin menatap detik jam yang terus berputar tanpa henti itu dengan harapan cemas.
Bahkan, teman kamarnya, Adam pun mengawasinya. Pria itu ingin tahu sekali bagaimana hasilnya, dan dia menjadi satu orang yang menjadi sasaran bagi Adam.
Matanya menatap 180 derajat arah depannya. Tepat menarik garis lurus pandangannya, Kejora datang sambil berlari kecil menyongsongnya. Senyumannya terkembang sempurna dengan dress yang dipakainya bergoyang-goyang indah.
Melihat senyum yang terbentuk di sudut bibir gadis itu, Mi
Kaki gadis itu semakin tertekan menapak di atas reumputan, seiring dengan matanya yang menatap ke depan dan tangannya memaku, terdiam di gandengan hangat telapak tangan milik Mike. Matanya berkedip-kedip sempurna. Mulutnya masih menganga, terbuka dengan napas yang ikut tertahan. Manik coklatnya memandangi dengan serius pemandangan di depannya. “I—ini?” Kejora tergagap. Di depannya sudah ada tenda transparan berbentuk bubble dengan tirai kain putih yang menutupi setengah dari tingginya. Ditambah jalur yang terpasang candle light jar, menampilka suasana intim yang eksotis. “Do you like it?” tanya Mike yang ikut memandang ke depan juga. “This is so beautiful!” pekik Kejora yang sudah kegirangan, tubuhnya dibawa berputar-putar, melihat sekelilingnya. “Bukan, bukan itu yang mau aku tunjukkan. Tapi ... lihat ke sana,” pinta Miek sambil mendekap bahu kecil milik Kejora. Kejora mengikuti arah tatapan Mike
Kejora merasakan bagaimana gelanyar nyaman itu saat kepala Mike berada di pahanya. Mereka hanya diam, yang satu tertidur dan yang satu lagi terdiam memandangi langit malam yang tiada habisnya. “That’s so beautiful and unlimited!” seru Mike yang tiba-tiba saja membuuka matanya, memandangi langit malam sekaligus wjaah Kejora yang berada di atas. “Hm!” Kejora mengangguk setuju. Langit itu nampak indah meski gelap. “Apa kita tak akan pulang Mike?” “Kau ini, kita nikmati saja di sini dulu, anggap saja kita tengah berkencan,” kilah Mike yang malah menuntun tangan Kejora di kepalanya. Kejora mengelus lembut rambut pirang pria itu, dia menyukai saat meraba mahkota seseorang seperti saat ini. telapak tangannya merasakan tusukan-tusukan kasar dari ujung rambut yang menghantarkan rasa geli tersendiri. “Kencan versi kamu tak romantis sekali,” gerutu wanita itu. “Versi romantisnya kamu denganku, akan sa
Kania masih berteriak kegirangan saat mendengar kabar dari mulut Kejora. Tak ada yang tak mungkin, ini menjadi salah satu kalimat andalan bagi sahabat Kejora itu. Namun, bagi Kejora sendiri saat ini malah merasakan hatinya gamang bukan main. Di dalam pikirannya terngiang-ngiang tentang bagaimana matanya menatap seorang Andromeda yang dengan mudahnya berganti-ganti pasangan dalam hitungan jam. Masih ada makian yang tersisa di benaknya ditambah dengan pemikirannya yang mensyukuri kehadiran Mike yang menjadi pasangannya. Gadis itu masih merasa bahwa pilihannya sangatlah benar tanpa tahu kalau ada satu sisi yang begitu mendamba kehadiran Andromeda. “Hah ... akhirnya, aku bisa tidur,” desah Kejora yang segera terbairng telentang di atas kasur yang empuk namun, tak ada bintang-bintang di atasnya. Lagi-lagi Kania merasa ingin tahu dengan apa yang tengah direncenakan oleh Kejora dan juga Mike. “Kau ... mema
Kepala Andromeda terlempar ke samping, saat telapak tangan milik ayahnya terlempar sampai membentur pipinya dan menghasilkan kelentingan, rasa panas dan perih yang menjadi satu sampai membuat telinga pria itu berdenging. Kelvin yang menampakkan raut wajah penuh amarahnya itu terengah-engah menahan jantungnya yang berpacu akibat emosinya sendiri saat ini. Bukan main dia kesalnya dengan Andromeda. Begitupun dengan Andromeda yang masih terkejut dengan kedatangan ayahnya sendiri. Raut wajahnya menegang, sampai urat di pelipisnya menonjol dan rahangnya mengetat. Merasakan kegeraman sampai membuat gigi-giginya bergemeletuk hebat. Tangannya yang menggantung terkepal sempurna. “Kau?! Seharusnya kau mendatangi rapat penting tapi malah membuat ulah di Bandara! Tak cukup kau permalukan Ayahmu ini hah?!” bentak Kelvin dengan nada tingginya. Andromeda masih diam saja. Lidahnya meraba sisi pipi bagian dalam, terasa asin saat ada darah
Semuanya berjalan semestinya, gangguan-gangguan kecil dari perasaan yang muncul tanpa diduga seringkali menghampiri Kejora maupun Andromeda. Mereka sama-sama memikirkan satu sama lain meskipun tanpa tahu satu sama lainnya untuk saat ini.Seperti Andromeda yang masih memiliki rasa marah yang teramat besar bagi Kelvin dan seperti Kejora yang memikirkan di mana ayah dan kakaknya berada untuk saat ini.Keduanya sama-sama terbelenggu masa lalu, mencoba menemukan kepingan-kepingan memori untuk melengkapi sejarah yang teringat dalam otak.***Kejora berlari keluar rumah, menyongsong seseorang yang sudah menjanjikan untuk mengantarnya bekerja hari ini.Rasanya masih asing dan baru baginya. Dijemput, diperlakukan spesial, bertukar kabar dan juga berkencan. Sudah lama dia tak merasakannya, bahkan sang Ibu yang diam-diam diceritakan oleh Kania turut berbahagia karenanya.“Goede morgen,” sapa Kejora sambil membuka
“Di—dia bercanda?!” desis Kania yang ikut terbelalak terkejut dengan berdirinya seorang pria berjas hitam Armani itu.Andromeda tengah tersenyum, menatap karyawan-karyawan yang hadir di ruangan itu. Rata-rata saling berbisik mengagumi fisiknya dan para jajaran direksi yang terus menerus ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.Kejora masih diam saja. Baru saja dia memantapkan hatinya untuk Mike, tapi sekrang sudah berdiri orang yang mampu memporak porandakan hatinya kurang dari sehari. Bahkan matanya memanas tanpa tahu karena apa.“Ya, akan kami perkenalkan perwakilan pemimpin perusahaan yang baru, Bapak Kelvin Wijaya yang diwakili oleh putranya sekaligus sebagai ketua pengawas perusahaan, Bapak Andromeda Wijaya.” Salah satu staf moderator memperkenalkan sosok Andromeda.Kejora hanya bisa diam membeku, tak mencerna sama sekali pidato sambutan yang tengah Andromeda lakukan saat ini. Dia ha
Kejora menguap lega, dia tak habis pikir bahwa rapat pengangkatan pemimpin baru saja hampir satu hari penuh karena ditambahi dengan agenda rapat pleno. Rapat di negara kelahirannya sungguh berbeda dibanding rapat saat dia bekerja di Belanda.“Aku tak suka!” serunya melalui telpon genggam yang tengah menempel di telinga kanannya.Kejora berjalan menuju kantin masih dengan saling bertukar cerita atau lebih tepatnya dia yang mengeluh pada Mike. Dan pacarnya itu hanya menanggapinya dengan tertawa sambil terus mendengarkan ocehan sampah dari mulut gadisnya sendiri.“Bagaimana bisa rapat tetapi banyak membual begitu? Menghabiskan waktu saja, padahal jobdesk ku masih banyak yang harus dikerjakan untuk saat ini.” Lagi-lagi, Kejora menggerutu.Dia berjalan di sepanjang lorong, tidak ada staf yang berkeliaran karena memang masing-masing tengah fokus rapat. Lorong yang sepi membuatnya berani berucap banyak tak seperti biasanya.
Mendengar satu bualan aneh itu, Kejora sudah mencebikkan bibirnya sendiri. Dia tak pernah mendapatkan gombalan aneh dari mulut pria sebegitu percaya dirinya. Matanya bahkan memicing, saat otaknya kembali mengingat ketika dia melihat bagaimana Andromeda menggandeng lengan wanita cantik, bukan satu. Melainkan dua sekaligus dalam pertemuan singkat mereka.“Wah, begitukah? Memangnya kamu menyukai temanku ini?” tanya Kania menyambar ucapan Andromeda sambil menampilkan senyuman ter-ramah miliknya.Andromeda terkekeh mendengarnya. Manik matanya bahkan selalu mengarah pada wajah cantik Kejora yang selalu menunduk itu.Dia merasa gemas sampai-sampai tangannya ingin sekali dia angkat agar bisa menyentuh pipi wanita yang duduk di hadapannya itu. Namun, yang dilakukannya melainkan mengangkat sendok dan garpunya lantas memakan hidangannya.“Ya, aku tertarik padanya.”Glek!Uhuk! Uhuk!Suara batuk