LOGINSetelah pernikahan Anaya selesai, Ridho terus menatap Anaya seolah tak percaya dirinya telah menikahi Anaya, wanita yang selama ini dia idamkan sekaligus mantan pacarnya.
"Sampai kapan kau terus menatapku?" Ucap Anaya yang mulai menahan malu terus di tatap dari dekat oleh suaminya. "Aku hanya tidak percaya, apa ini mimpi?" Ucap Ridho sambil menepuk pipi Anaya dengan lembut. Mereka berdua pun saling menatap satu sama lain, Anaya sekilas melihat manik mata yang selama ini dia rindukan. Manik mata Ridho yang selalu perhatian padanya meski Anaya cuek dan acuh tak acuh karena sibuk memikirkan Bram. "Tapi Anaya, sejak kapan kamu mulai menyukaiku?" Tanya Ridho yang penasaran sambil memegang erat tangan Anaya seolah tak ingin melepasnya. "Sejak kamu menghilang!" "Apa? Kapan aku menghilang?" Ridho tampak bingung, Namun Anaya hanya tersenyum melihat tingkahnya. Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, setelah acara pernikahan sederhana Anaya dan Bram selesai, sejak saat itu Ridho menghilang dari hidup Anaya. Ridho yang setiap hari membawakan buah-buahan ke rumah Anaya, Ridho yang selalu memperhatikan Anaya dari jauh, Ridho yang selalu membantu Anaya ketika terjatuh dan kesusahan membuat Anaya sadar dirinya dulu pernah memiliki seorang yang diam-diam peduli padanya. Sejak saat itu, Anaya benar-benar sendiri. Suaminya Bram selalu berpihak pada Fanny dan terang-terangan berselingkuh di depan matanya bahkan berniat menjadikan Fanny sebagai istri membuat Anaya tak terima. Tetapi ketika meminta bantuan Neneknya, sang Nenek malah menyalahkan Anaya yang egois sampai menuduh Anaya lah penyebab kematian Mama Anindita. Saham yang seharusnya milik Mama Anindita di rebut paksa oleh keluarga Bram hingga mereka hidup enak, membiarkan Anaya hidup menderita. Setelah sampai di rumah orang tua Anaya, Mama Anindita menyambut Anaya dan Ridho dengan ramah. Mama Anindita malah tampak senang karena yang menikahi Anaya adalah Ridho, bukan Bram. Namun ketika Anaya dan Ridho berjalan masuk ke ruang tamu, anggota keluarga yang lain sudah menunggunya disana. Wajah Mama Anindita pun tampak tak nyaman ketika melihat tatapan Ridho yang begitu bingung melihat semua orang menatapnya sebelah mata. "Ridho, Dia ini adalah Nenek Anaya. Dan ini sepupunya Elis. Yang lain adalah Paman dan Bibi Anaya." Ucap Mama Anindita berusaha membuat Ridho tidak berpikir negatif, namun tanggapan keluarga begitu terang-terangan. "Hanya seorang kurir, Anaya memang pandai memilih pasangan!" "Aku pikir dia menikah dengan Bram, sang pujaan hatinya yang selama ini dia banggakan," "Masih untung bersama Bram daripada ini yang asal usulnya tidak jelas." Ejekan satu per satu terngiang di telinga Anaya, tetapi anak itu masih santai seolah ejekan ini sebelumnya sudah pernah dia dengar di kehidupan lalu. "Sebaiknya kita perjelas sekarang!" Kata Nenek Anaya membuat semua orang terdiam, Anaya dan Ridho pun di suruh duduk berhadapan dengan Neneknya. "Aku tidak akan memberimu saham meski sepeser, tetapi kamu bisa mendapatkan saham dari saham Ibumu!" Ujar Nenek Anaya dengan dingin. Mama Anindita ingin merespon, tetapi dia terdiam ketika melihat anaknya sendiri tersenyum tipis. "Aku tidak butuh saham dari Nenek. Tetapi aku hanya ingin minta yang sudah menjadi hakku. Lokasi tanah yang pernah di beli ayahku atas nama perusahaan Nenek, tolong berikan padaku. Karena tanah itu di beli dari uang pribadi ayahku sendiri!" Ujar Anaya dengan jelas. Semua orang langsung tertawa, termasuk Elis yang semakin merendahkan Anaya. Tak menyangka Anaya akan meminta hadiah pernikahannya adalah tanah kosong yang tidak berharga. "Aku pikir kau bodoh awalnya, rupanya memang sangat bodoh, yaa!" Ucap Elis seketika. Mama Anindita pun menegur Anaya karena tahu tanah itu tidak ada apa-apanya di bandingkan saham perusahaan. Tetapi Anaya keras kepala dan terus meminta tanah kosong itu membuat Mama Andinta hanya bisa pasrah. Nenek Pun dengan cepat menyetujui karena dirinya merasa tidak rugi sedikit pun. Awalnya dia khawatir jika Anaya tetap teguh meminta saham, rupanya ke khawatirannya terlalu berlebihan. Sementara di dalam hati, Anaya begitu senang setelah diberikan tanah kosong itu. Dia ingat jelas di kehidupan sebelumnya, tanah itu akan sangat berharga karena rupanya tanah itu sangat subur dan akan tumbuh apa saja yang di tanam disana. Terlebih Anaya memilih Ridho sebagai suami bukan karena tanpa rencana. "Baiklah, besok aku akan datang ke perusahaan Nenek dan meminta sertifikat tanah itu. Aku dan suamiku berencana mengelolah tanah itu menjadi sebuah kebun kecil!" Jelas Anaya memberitahu sedikit rencananya. Namun lagi-lagi yang dia dapatkan hanyalah ejekan. "Aduh, Anaya. Jika dipikir-pikir, kamu memang pantas hidup miskin deh. Otakmu sangat bodoh!" Ucap Elis. "Karena itu aku lebih memilih Elis daripada dirinya, bahkan aku menganggap dia cucu yang memalukan!" Tambah Nenek Anaya sebelum bangkit lalu pergi. Mereka tidak tahu saja, beberapa hari ke depan perkataan itu pantas di ajukan pada diri mereka sendiri. . "Bodoh? Kita lihat saja siapa yang bodoh disini?!" Ucap Anaya dengan santai. Setelah acara kumpul bersama keluarga telah selesai, Anaya mengantar Ridho ke kamarnya. Memperlihatkan barang-barangnya pada Ridho. "Ini kan..." "Aku masih menyimpang nya. Aku tidak mungkin membuangnya karena tahu kamu membuatnya dengan segenap hati!" Ucap Anaya mulai merayu. "Aku pikir kau membuangnya waktu itu.." Ridho tampak tak percaya melihat lukisan yang di buatnya bersama Anaya sewaktu kecil masih ada di dalam kamar Anaya. Setelah memastikan suasana hati Ridho senang, Anaya pun mulai membahas masa lalu Ridho yang menyimpan rahasia. Di kehidupan sebelumnya, Anaya heran karena tidak pernah melihat Ridho lagi. Dan ketika Anaya mencarinya, dia mendengar kebar jika Ridho ada di luar negeri saat itu. Padahal jelas Anaya tahu, Ridho selama ini hidup susah dan dianggap miskin serta yatim. Tidak mungkin dia keluar negeri sendiri. Tetapi penemuan Anaya membuat dirinya tercengang, rupanya Ridho di jemput oleh beberapa orang yang berpakaian lengkap dan jet pribadi atas nama Ridho sendiri. Mengingat itu membuat Anaya sampai sekarang masih heran, apa Ridho punya identitas rahasia atau masih memiliki keluarga namun mengapa sampai di sembunyikan? "Kau sama sekali tidak punya orang tua?" Tanya Anaya baik-baik, mencoba memperhatikan wajah Ridho yang seketika berubah. "Aku anak yatim piatu, sejak kecil ditinggal orang tua. Kenapa kamu bertanya, bukannya kamu sudah tahu?" Tanya Ridho balik. Anaya langsung mencari alasan yang pas. "Tentu saja, tetapi aku hanya ingin memastikan. Bagaimana pun, suami istri tidak boleh menyimpan rahasia kan?" "Iya, aku tahu kok. Aku janji padamu istriku paling aku sayangi, tidak akan ada rahasia diantara kita!" Ujar Ridho sambil memberi kecupan pada Anaya. "Tetapi ngomong-ngomong malam pertama kita sudah berlalu, bolehkan menambah malam pertama untuk kedua kalinya?" Seketika wajah menggoda Ridho tampak jelas membuat Anaya jadi panik. Tetapi Ridho perlahan mulai bergerak dan langsung memeluk tubuh Anaya. Seketika sentuhan demi sentuhan membuat Anaya terlena ke dalam kenikmatan surga. Sementara Ridho tidak membiarkan Anaya beristirahat, terus melancarkan aksinya hingga beberapa ronde. Saat tubuh mereka berdua ambruk, setengah sadar Anaya mulai berbisik tepat di telinga Ridho. "Maaf karena membuatmu masuk ke dalam jebakanku. Sejujurnya aku ingin mengubah takdirku sendiri. Satu-satunya yang bisa membantuku adalah dirimu. Tolong jangan menghilang lagi, Ridho." Kata yang pelan namun menyimpan sejuta makna. Samar-samar Ridho mendengarnya, tetapi dia tidak bisa merespon dan langsung tertidur."Anaya keluar kamu!" Ketukan dan teriakan dari luar rumah membuat ketenangan Anaya seketika terganggu. Terlebih hari ini Anaya sedang sendiri di rumah, menikmati waktu luangnya. Lagi-lagi Bram kembali datang dan mencari masalah. Bukan hanya itu, Fenny tampak senang melihat Bram memasang wajah marah."Kak Bram, aku jadi takut. Bagaimana jika Anaya tidak mau mengembalikannya?" Ucap Fenny dengan ekspresi yang berubah drastis. Tampak kesedihan yang begitu mendalam dari balik wajahnya.Anaya sejujurnya malah membuat keributan, tetapi jika dirinya tidak muncul ketenangannya akan terus diganggu. Dia pun bermaksud mengusir Bram bersama Fenny, tetapi ketika membuka pintu...Plak...Anaya kaget sampai kedua matanya melotot. Tidak menyangka akan mendapat tamparan keras secepat ini.PLAK.. PLAK..Dua tamparan khas mendarat di pipi Bram, wajah Anaya kini memerah. Bahkan Fenny sampai membuka mulut ketika melihat Anaya dengan berani menampar Bram."Anaya... Kau?!" Seketika emosi Bram memuncak, ber
Setelah pernikahan Anaya selesai, Ridho terus menatap Anaya seolah tak percaya dirinya telah menikahi Anaya, wanita yang selama ini dia idamkan sekaligus mantan pacarnya."Sampai kapan kau terus menatapku?" Ucap Anaya yang mulai menahan malu terus di tatap dari dekat oleh suaminya."Aku hanya tidak percaya, apa ini mimpi?" Ucap Ridho sambil menepuk pipi Anaya dengan lembut.Mereka berdua pun saling menatap satu sama lain, Anaya sekilas melihat manik mata yang selama ini dia rindukan. Manik mata Ridho yang selalu perhatian padanya meski Anaya cuek dan acuh tak acuh karena sibuk memikirkan Bram."Tapi Anaya, sejak kapan kamu mulai menyukaiku?" Tanya Ridho yang penasaran sambil memegang erat tangan Anaya seolah tak ingin melepasnya."Sejak kamu menghilang!""Apa? Kapan aku menghilang?" Ridho tampak bingung, Namun Anaya hanya tersenyum melihat tingkahnya.Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, setelah acara pernikahan sederhana Anaya dan Bram selesai, sejak saat itu Ridho menghilang dari hid
Hari pernikahan tiba, Anaya hanya menggunakan setelah biasa saja, sama persis di kehidupan lalu. Tidak ada keluarga yang datang, hanya Mama Anindita yang terus menangis melihat anaknya dari kejauhan. Anaya melangkah mendekati Mamanya, dia tahu persis apa yang ada dipikiran sang Bunda. "Ma, berhenti menangis. Ini hari bahagiaku," Bujuk Anaya, namun tangisan Mama Anindita semakin keras. "Ma, aku tidak akan menikah dengan Bram!" Lanjut Anaya yang tahu seperti apa ke khawatiran Anindita. "Lalu apa ini jika kamu tidak ingin menikahi Bram? Buat apa kamu mengadakan pesta pernikahan, Anaya!" "Calonnya bukan Bram lagi, Ma!" "Cukup, Nak. Sampai kapan kamu dibutakan dengan cinta. Ini semua salah, harusnya kamu mengerti, Anaya!" Mama Anindita bersuara dengan keras.Tidak lama datang rombongan Bram, mereka semua tampak memperhatikan gedung ini yang tampak sederhana. Lalu tiba-tiba, wajah Bram menjadi tidak puas."Kau bahkan tidak mendekor pernikahanmu seindah yang aku harapkan," Ujar Bram s
Bram kini membawa teman-temannya ke rumah Anaya, disini dirinya akan membuat rencana besar. Beberapa orang sangat antusias menantikan adegan seru karena Bram masih nekad menemui Anaya meski sudah di tolak sebelumnya.Namun, tampak seseorang yang begitu gelisah, manik matanya terus melirik ke arah Bram, memutar malas seolah dirinya tidak senang. Bahkan ekspresi dan raut wajahnya menampilkan semua kegelisahan itu. Dia pun maju melangkah menghampiri Bram, dari lubuk hati terdalamnya muncul rasa iri yang begitu besar terhadap Anaya. Semakin dipikir, semakin marah dirinya."Kau tampak senang?" Tanya Fenny langsung, mulai tak tahan. "Kau tidak lihat begitu penurutnya Anaya padaku. Aku jamin setelah menikah nanti, Anaya akan terus seperti itu." Ujar Bram dengan penuh percaya diri. Benar-benar meremahkan Anaya."Apasih yang kau sukai dari wanita itu?" Guman Fenny yang tidak bisa melawan, hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya tepat di depan dada menunggu munculnya sosok Anaya, sosok
"Aku sudah mengurus semuanya, tolong berikan uang senilai 100 juta padaku!" Perintah Pak Arsyad dengan suara mengancam. "Atas dasar apa aku memberikannya, Pak?" Tanya balik Mama Anindita dengan wajah kesal. Dia paling benci di manfaatkan seperti ini oleh orang miskin. Meskipun dirinya sering membantu, tetapi dipaksa untuk membantu membuat dirinya tidak terima. "Anak ibu yang memaksa kami menikahkan anak kami padanya. Anda tahu sendiri, kami belum siap dan belum punya tabungan. Tetapi, dia berjanji akan membayar lunas semua biaya pernikahan bahkan menjanjikan uang 100 juta padaku!" Bu Larissa menyela, menjelaskan detailnya. Mama Anindita syok parah mendengarnya, mulutnya sampai terbuka membentuk oval. "Anaya!" Teriaknya dengan keras. Saat itu Anaya sudah tiba, dia panik melihat Mama nya yang emosi. Anaya tahu, di kehidupan sebelumnya Mama nya syok parah sampai terkena serangan jantung. Karena itu Anaya dibenci semua orang di keluarganya hingga terpaksa mempertahankan pernikah
Bibir Anaya memuntahkan dar-ah, tubuhnya menjadi lemas. Namun yang paling menyedihkan adalah dirinya ditusuk oleh suaminya sendiri. "Aku sudah ingatkan kamu tidak menyentuh Fenny. Meski dia hanya selingkuhan, tetapi aku jauh lebih mencintainya!" Bentak Bram sambil terus menusuk tubuh Anaya semakin dalam. "Akhhh..." "Aku sudah lama ingin melenyapkanmu, hanya saja diriku kasihan karena kamu sedang mengandung. Tetapi kali ini kamu sudah kelewatan batas!" Teriak Bram, suaranya semakin menggema. Saat itu, tangan Anaya terkepal keras. Hatinya semakin menjerit kesakitan, suaminya benar-benar tega membunuh dirinya dan calon anaknya hanya karena Anaya mengusir Fenny dari rumah. Padahal rumah ini milik Anaya seutuhnya, rumah yang diberikan langsung oleh orang tuanya. "Mas, sepuluh tahun kita menikah dan baru kali ini diriku hamil, tetapi kamu malah..." Dengan suara lemah, Anaya berusaha menyampaikan keluh kesannya. Tetapi tatapan Bram sama sekali tidak iba, bahkan manik matanya se







