Share

Obsessive Psychotic Men
Obsessive Psychotic Men
Author: Eve Mira

1- Time To Go

-13 Tahun Lalu-

Ladang lavender yang sepi di sore hari, angin senja membuat harum lavender menguar di seiring jalan setapak di tengah ladang ini.

Sepasang anak kecil berjalan beriringan, saling menautkan tangan dan tertawa menikmati senja.

"Adam.. Apa kau akan menjadi teman Eva selamanya? "

"Tentu.. Selamanya, selama mungkin, Eva.. "

"Walau dengan Luka ini? " tunjuk Eva pada luka memanjang sekitar sepuluh senti di kelopak mata kirinya yang tertutup poni.

Adam menyingkirkan poni yang menutupi luka Eva, 'Kau yang tercantik Eva, untuku.. Hanya aku.. ' ucap Adam mengecup luka Eva yang mengering meninggalkan bekas.

"Adam juga... Banyak teman yang menyukai Adam, tapi mereka tak suka Eva.. " ucap Eva sedih.

"Aku suka, karena itu kau hanya memilikiku.. Tak ada yang lain.. Eva.. " lirih Adam.

*=*=*=

"Adam! Mama sudah bilang, jangan main bersama anak buruk rupa itu!" Ucap Sevia, Ibu Adam.

Sevia mendapati Adam dan Eva bergandengan tangan memakan gulali memutari air mancur di tengah kota.

"Tidak mama, tidak akan.. " ucap Adam tegas pada ibunya.

"Kemari kau, ayo pulang, kau mama hukum! Jangan bermain denganya lagi! Mama tak mau tahu! " Sevia menarik tangan Adam, dia masih anak-anak, tenanganya tak lebih kuat dari ibunya.

"Adam.. " lirih Eva dengan airmata yang mulai merembes. Semua orang disana menatap jijik ke arahnya.

"Eva! " teriak Adam yang mencoba memberontak dari cekalan ibunya.

Adam mulai menghilang ke dalam mobil hitam itu, dengan tangisan Eva dan tatapan jijik dari semua orang. Mereka mulai berbisik, membicarakan Eva.

"Hiks.. Adam.. " lirih Eva, ia berjalan meninggalkan taman. Ia melangkahkan kakinya ke gubuk kecil kumuh yang ia tinggali dengan Ibunya.

"Mama.. " panggil Eva pada ibunya yang sedang mengumpulkan ranting kayu untuk dijual.

"Eva.. Kau pulang cepat nak.. Temben sekali.. Eyy, kau menangis.. Sayang kemarilah.. " Risa nemeluk tubuh mungil putrinya.

"Ada apa Eva.. " tanya Risa lembut.

"Mama, kenapa Eva memiliki ini..? " tanya Eva menunjuk bekas luka memanjang di mata kirinya.

Risa menangis perlahan dengan pertanyaan Eva.

"Apa bekas luka ini bisa hilang mama..? " tanya Eva sedih.

Yaa.. Semuanya menjauhi Eva karena bekas luka ini, tak ada yang mau berteman denganya, kecuali Adam. Hanya Adam temanya, bahkan kini Ibu Adam selalu mencoba menjauhkan Adam dan Eva.

"Sayang.. Dengarkan mama.. Mama janji, mama akan menghapus bekas luka ini sayang.. Mama janji.. " tangis Risa sambil memeluk erat putri kecilnya.

"Mama berjanji..? "

"Janji.. Mama janji sayang.. "

Tiga hari kemudian, Adam tak lagi menemui Eva. Sungguh, Eva tak biasa tanpa Adam, teman satu-satunya.

"Eva.. Mama mendapat pekerjaan baru.." ucap Risa pada Eva yang sedang bermain dengan kura-kura mini piaraanya.

"Wah, mama pasti sangat senang.. " ucap Eva semangat.

"Eva.. Kita akan pindah dari kota ini, bagaimana apa kau setuju? " tanya Risa.

"Pindah? "

"Iya sayang.. "

Eva terdiam, jika ia pindah itu artinya ia tak akan bertemu Adam. Apa ia bisa? Kehilangan teman satu-satunya?

"Eva, disana mama janji, mama akan menghapus luka itu.. Mama akan bekerja keras, mengumpulkan uang agar kau bisa operasi dan menghilangkan luka ini.. " ucap Risa mengelus pelan bekas luka Eva.

Eva terdiam, ia bimbang, tapi ia tak bisa egois.. 'baiklah mama, Eva mau.. ' ucap Eva.

'Cup'

Risa mengecup pipi kanan Eva, 'Mama janji di kota baru nanti kau akan lebih bahagia.. Sayang.. '

'Cup'

Eva mengecup pipi kiri Risa, 'mama juga harus bahagia nanti.. Kita akan hidup bahagia.. Yeay! ' ucap Eva semangat.

"Tapi, mama.. Kapan kita pindah? "

"Besok pagi sayang.. "

Eva terkejut, mengapa cepat sekali, ia bahkan belum membicarakan hal ini pada Adam.

"Aku harus bertemu Adam dulu mama.. " ucap Eva, bergegas mengunjungi rumah Adam.

Eva berlari dengan sepatu lusuh berwarna coklat miliknya, melewati padang lavender, di ujung padang ini rumah megah Adam berada.

Gerbangnya terkunci.

"Adam.. Adam.. " panggil Eva.

Tak ada sahutan. Rumah megah itu terasa kosong.

"Adam kemana.. " lirih eva sedih.

Eva melangkahkan kaki mungilnya pergi ,sepertinya tak ada siapapun disana.

Berjalan pelan melintasi padang lavender yang ungu, kepalanya tertunduk ia menangis kecil di sore yang tenang ini.

"Adam.. Adam pergi, padahal besok Eva akan pindah.. Hiks.. " tangis Eva, ia duduk di pinggir padang, tempat favoritnya bersama Adam untuk menikmati senja.

"Adam... Semoga kau menemukan kalung ini... " Eva meletakan kalung dengan bunga dandelion kering sebagai bandulnya, itu adalah kalung kesayangannya, Adam membuatkan kalung itu spesial untuk Eva sebagai hadiah ulang tahun ke tujuh, tahun lalu.

"Adam... Eva pergi dulu.. "

*=*=*=

Hari telah berganti, selasa pagi yang mendung.

Adam berlari menuju rumah Eva. Tiga hari yang lalu ia tak bisa bertemu dengan Eva, keadaan ayah Adam kritis di rumah sakit, itu menyebabkan ia dan ibunya harus tinggal disana.

"Eva.. Eva.. " panggil Adam.

Adam mulai panik, rumah itu terasa sangat sepi. Padahal ini masih pagi, lalu kemana Eva dan ibunya?

"Tuan Adam.. Ada apa pagi-pagi kemari.. " tanya salah seorang kakek tua yang tinggal di sebelah rumah Eva.

"Dimana Eva? " tanya Adam langsung.

"Eva? Dia sudah pergi kemarin.. Ia dan ibunya pindah.."

'Deg'

"Kemana? " lirih Adam dengan suara dingin.

"Aku tak tahu, mereka pergi pagi-pagi sekali kemarin.. "

"Eva.. " lirih Adam.

Adam langsung berlari pergi, ia menuju padang lavender, airmatanya jatuh menetes, ia menangis.

Ini kali pertama Adam menangis.. Karena Eva kecilnya tak lagi mampu ia lihat.

"Eva... "

"Eva... "

Di padang lavender yang sepi, mendung lalu hujan turun membasahi, membuat tangis Adam tersamar akan derasnya hujan.

"Eva!!! " Adam berteriak nyaring, ia menangis, sedih, marah, kecewa, takut menjadi satu.

Adam selalu bersama dengan Eva, mereka satu tubuh. Adam percaya jika Eva adalah miliknya. Eva adalah teman, sahabat, dan cintanya.

Tanpa sadar tangan Adam mengusak rerumputan yang mulai becek hasil dari hujan pagi ini. Dia menemukan sesuatu.. Sesuatu yang sudah jelas milik Eva.

Adam menemukan kalung pemberianya untuk Eva di rerumputan tempat mereka  biasa duduk untuk menikmati senja.

"Eva.. " Adam mencium kalung itu.

"Eva, sejauh apapun kau pergi kita pasti akan kembali bersama.. Kau ingat.. Adam dan Eva adalah satu.. Kau hanya akan kembali padaku.. Secepatnya.. Aku janji Eva.. "

"Eva miliku.. Kapan pun dan dimana pun... Eva hanya untuk Adam.. " ucap Adam dengan suara lirih yang sarat akan kebencian.

"Ini semua gara-gara mama.. "

"Mama membuat Evaku pergi.. Mama harus membayarnya..." Adam berjalan diringi suara petir, ia menuju rumah mewahnya dengan tatapan kosong, raut wajahnya dipenuhi emosi.

"Mama.. "

"Adam..? "

'Akhhh'

"Sudah lunas... Mama.. "

Pagi itu, saat hujan telah usai, pelangi muncul dan Adam berdiri menghadap padang lavender di depanya dengan wajah dan pakaian penuh darah dan pisau tajam di tangan kananya.

Dia bocah yang baru remaja, tertawa dalam hening mengamati pelangi samar di luar sana, 'Eva, aku sudah menghancurkan satu kuman ini, dia yang membuatmu pergi kan?' Adam memandang pada lantai yang dibanjiri darah milik Ibunya.

"Selamat datang di neraka... Mama.. Semoga kau bahagia!" Adam pergi begitu saja meninggalkan Sevia yang sangat mengenaskan bermandikan darah.

Adam pergi, ia pergi dari sana, mencari Evanya, hingga takdir akan mengembalikan apa yang sudah menjadi milik Adam.

"Eva milik Adam, itu mutlak.." gumam Adam sambil berjalan dengan wajah datarnya, ia pergi meninggalkan rumah mewah yang nampak kosong itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shara
Sungguh sadis sekali ini anak ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status