-13 Tahun Lalu-
Ladang lavender yang sepi di sore hari, angin senja membuat harum lavender menguar di seiring jalan setapak di tengah ladang ini.
Sepasang anak kecil berjalan beriringan, saling menautkan tangan dan tertawa menikmati senja.
"Adam.. Apa kau akan menjadi teman Eva selamanya? "
"Tentu.. Selamanya, selama mungkin, Eva.. "
"Walau dengan Luka ini? " tunjuk Eva pada luka memanjang sekitar sepuluh senti di kelopak mata kirinya yang tertutup poni.
Adam menyingkirkan poni yang menutupi luka Eva, 'Kau yang tercantik Eva, untuku.. Hanya aku.. ' ucap Adam mengecup luka Eva yang mengering meninggalkan bekas.
"Adam juga... Banyak teman yang menyukai Adam, tapi mereka tak suka Eva.. " ucap Eva sedih.
"Aku suka, karena itu kau hanya memilikiku.. Tak ada yang lain.. Eva.. " lirih Adam.
*=*=*=
"Adam! Mama sudah bilang, jangan main bersama anak buruk rupa itu!" Ucap Sevia, Ibu Adam.
Sevia mendapati Adam dan Eva bergandengan tangan memakan gulali memutari air mancur di tengah kota.
"Tidak mama, tidak akan.. " ucap Adam tegas pada ibunya.
"Kemari kau, ayo pulang, kau mama hukum! Jangan bermain denganya lagi! Mama tak mau tahu! " Sevia menarik tangan Adam, dia masih anak-anak, tenanganya tak lebih kuat dari ibunya.
"Adam.. " lirih Eva dengan airmata yang mulai merembes. Semua orang disana menatap jijik ke arahnya.
"Eva! " teriak Adam yang mencoba memberontak dari cekalan ibunya.
Adam mulai menghilang ke dalam mobil hitam itu, dengan tangisan Eva dan tatapan jijik dari semua orang. Mereka mulai berbisik, membicarakan Eva.
"Hiks.. Adam.. " lirih Eva, ia berjalan meninggalkan taman. Ia melangkahkan kakinya ke gubuk kecil kumuh yang ia tinggali dengan Ibunya.
"Mama.. " panggil Eva pada ibunya yang sedang mengumpulkan ranting kayu untuk dijual.
"Eva.. Kau pulang cepat nak.. Temben sekali.. Eyy, kau menangis.. Sayang kemarilah.. " Risa nemeluk tubuh mungil putrinya.
"Ada apa Eva.. " tanya Risa lembut.
"Mama, kenapa Eva memiliki ini..? " tanya Eva menunjuk bekas luka memanjang di mata kirinya.
Risa menangis perlahan dengan pertanyaan Eva.
"Apa bekas luka ini bisa hilang mama..? " tanya Eva sedih.
Yaa.. Semuanya menjauhi Eva karena bekas luka ini, tak ada yang mau berteman denganya, kecuali Adam. Hanya Adam temanya, bahkan kini Ibu Adam selalu mencoba menjauhkan Adam dan Eva.
"Sayang.. Dengarkan mama.. Mama janji, mama akan menghapus bekas luka ini sayang.. Mama janji.. " tangis Risa sambil memeluk erat putri kecilnya.
"Mama berjanji..? "
"Janji.. Mama janji sayang.. "
Tiga hari kemudian, Adam tak lagi menemui Eva. Sungguh, Eva tak biasa tanpa Adam, teman satu-satunya.
"Eva.. Mama mendapat pekerjaan baru.." ucap Risa pada Eva yang sedang bermain dengan kura-kura mini piaraanya.
"Wah, mama pasti sangat senang.. " ucap Eva semangat.
"Eva.. Kita akan pindah dari kota ini, bagaimana apa kau setuju? " tanya Risa.
"Pindah? "
"Iya sayang.. "
Eva terdiam, jika ia pindah itu artinya ia tak akan bertemu Adam. Apa ia bisa? Kehilangan teman satu-satunya?
"Eva, disana mama janji, mama akan menghapus luka itu.. Mama akan bekerja keras, mengumpulkan uang agar kau bisa operasi dan menghilangkan luka ini.. " ucap Risa mengelus pelan bekas luka Eva.
Eva terdiam, ia bimbang, tapi ia tak bisa egois.. 'baiklah mama, Eva mau.. ' ucap Eva.
'Cup'
Risa mengecup pipi kanan Eva, 'Mama janji di kota baru nanti kau akan lebih bahagia.. Sayang.. '
'Cup'
Eva mengecup pipi kiri Risa, 'mama juga harus bahagia nanti.. Kita akan hidup bahagia.. Yeay! ' ucap Eva semangat.
"Tapi, mama.. Kapan kita pindah? "
"Besok pagi sayang.. "
Eva terkejut, mengapa cepat sekali, ia bahkan belum membicarakan hal ini pada Adam.
"Aku harus bertemu Adam dulu mama.. " ucap Eva, bergegas mengunjungi rumah Adam.
Eva berlari dengan sepatu lusuh berwarna coklat miliknya, melewati padang lavender, di ujung padang ini rumah megah Adam berada.
Gerbangnya terkunci.
"Adam.. Adam.. " panggil Eva.
Tak ada sahutan. Rumah megah itu terasa kosong.
"Adam kemana.. " lirih eva sedih.
Eva melangkahkan kaki mungilnya pergi ,sepertinya tak ada siapapun disana.
Berjalan pelan melintasi padang lavender yang ungu, kepalanya tertunduk ia menangis kecil di sore yang tenang ini.
"Adam.. Adam pergi, padahal besok Eva akan pindah.. Hiks.. " tangis Eva, ia duduk di pinggir padang, tempat favoritnya bersama Adam untuk menikmati senja.
"Adam... Semoga kau menemukan kalung ini... " Eva meletakan kalung dengan bunga dandelion kering sebagai bandulnya, itu adalah kalung kesayangannya, Adam membuatkan kalung itu spesial untuk Eva sebagai hadiah ulang tahun ke tujuh, tahun lalu.
"Adam... Eva pergi dulu.. "
*=*=*=
Hari telah berganti, selasa pagi yang mendung.
Adam berlari menuju rumah Eva. Tiga hari yang lalu ia tak bisa bertemu dengan Eva, keadaan ayah Adam kritis di rumah sakit, itu menyebabkan ia dan ibunya harus tinggal disana.
"Eva.. Eva.. " panggil Adam.
Adam mulai panik, rumah itu terasa sangat sepi. Padahal ini masih pagi, lalu kemana Eva dan ibunya?
"Tuan Adam.. Ada apa pagi-pagi kemari.. " tanya salah seorang kakek tua yang tinggal di sebelah rumah Eva.
"Dimana Eva? " tanya Adam langsung.
"Eva? Dia sudah pergi kemarin.. Ia dan ibunya pindah.."
'Deg'
"Kemana? " lirih Adam dengan suara dingin.
"Aku tak tahu, mereka pergi pagi-pagi sekali kemarin.. "
"Eva.. " lirih Adam.
Adam langsung berlari pergi, ia menuju padang lavender, airmatanya jatuh menetes, ia menangis.
Ini kali pertama Adam menangis.. Karena Eva kecilnya tak lagi mampu ia lihat.
"Eva... "
"Eva... "
Di padang lavender yang sepi, mendung lalu hujan turun membasahi, membuat tangis Adam tersamar akan derasnya hujan.
"Eva!!! " Adam berteriak nyaring, ia menangis, sedih, marah, kecewa, takut menjadi satu.
Adam selalu bersama dengan Eva, mereka satu tubuh. Adam percaya jika Eva adalah miliknya. Eva adalah teman, sahabat, dan cintanya.
Tanpa sadar tangan Adam mengusak rerumputan yang mulai becek hasil dari hujan pagi ini. Dia menemukan sesuatu.. Sesuatu yang sudah jelas milik Eva.
Adam menemukan kalung pemberianya untuk Eva di rerumputan tempat mereka biasa duduk untuk menikmati senja.
"Eva.. " Adam mencium kalung itu.
"Eva, sejauh apapun kau pergi kita pasti akan kembali bersama.. Kau ingat.. Adam dan Eva adalah satu.. Kau hanya akan kembali padaku.. Secepatnya.. Aku janji Eva.. "
"Eva miliku.. Kapan pun dan dimana pun... Eva hanya untuk Adam.. " ucap Adam dengan suara lirih yang sarat akan kebencian.
"Ini semua gara-gara mama.. "
"Mama membuat Evaku pergi.. Mama harus membayarnya..." Adam berjalan diringi suara petir, ia menuju rumah mewahnya dengan tatapan kosong, raut wajahnya dipenuhi emosi.
"Mama.. "
"Adam..? "
'Akhhh'
"Sudah lunas... Mama.. "
Pagi itu, saat hujan telah usai, pelangi muncul dan Adam berdiri menghadap padang lavender di depanya dengan wajah dan pakaian penuh darah dan pisau tajam di tangan kananya.
Dia bocah yang baru remaja, tertawa dalam hening mengamati pelangi samar di luar sana, 'Eva, aku sudah menghancurkan satu kuman ini, dia yang membuatmu pergi kan?' Adam memandang pada lantai yang dibanjiri darah milik Ibunya.
"Selamat datang di neraka... Mama.. Semoga kau bahagia!" Adam pergi begitu saja meninggalkan Sevia yang sangat mengenaskan bermandikan darah.
Adam pergi, ia pergi dari sana, mencari Evanya, hingga takdir akan mengembalikan apa yang sudah menjadi milik Adam.
"Eva milik Adam, itu mutlak.." gumam Adam sambil berjalan dengan wajah datarnya, ia pergi meninggalkan rumah mewah yang nampak kosong itu.
Adam Giorgio Maxine. Namanya terdengar agung bagi para bawahanya, dia Adam, seorang lelaki yang saat ini menginjak dua puluh tahun.Sebatang kara? Tapi kaya raya, tampan sudah pasti, cerdas? Dia itu licik. Segala keburukan terlihat kontras pada diri Adam walau hanya Keburukan, tapi semua orang memujanya. Hebat.Perayaan! Merah.. Hitam dan.. Emas adalah hal yang paling mencolok dari pesta ini."Permisi tuan ... Pesanan yang anda inginkan telah sampai.. " ucap Leo, si tangan kanan Adam."Benarkah? Kau yang terbaik Leo... Bawakan itu kemari.. Aku tak sabar melihatnya.. " Adam menghisap dalam-dalam aroma wine merah di tanganya.Lalu, sebuah box besar seukuran manusia di dorong oleh beberapa bawahan Adam, Apa isinya? Pikir tamu-tamu undangan itu."Hadiahku telah tiba.. Akhirnya.. " Adam berdiri, berjalan pelan mendekati box besar itu dengan raut wajah yang tak terba
Happy Reading! ♡*-*-*-*-*-*-*-Hiruk piruk keramaian di kota besar adalah hal biasa bagi seorang gadis yatim piatu yang kini tengah bekerja keras menjajakan jualanya.Dia.. Eva. Evalina Wilson. Gadis yatim piatu yang mengadu nasib sebatang kara di keramain kota. Dia si cantik dan sederhana dengan segudang bakat yang menganggumkan."Mari.. Kue beras, cupcake, mari.. " dia berdiri di stan tempatnya berjualan, dia berteriak sehingga orang yang berjalan di sekitarnya tertarik dan ingin membeli salah satu dari dagangannya.Syukurlah, ia cukup terkenal disini, banyak pelanggan yang jatuh hati dengan rasa kue buatanya.Dia baik, cantik dan ramah hampir semua pelangganya bahkan jatuh hati bukan hanya pada rasa kezat kue buatan Eva, tapi juga paras Eva yang bak dewi."Wah.. Nak Eva.. Sudah hampir habis nih.. Bibi mau cheesecake nya ya.. " uja
Pagi yang cerah membuat sebagian orang merasa bahagia, tapi tidak dengan Adam. Ia sangat membenci suasana yang cerah dan panas. Memuakan.Semua orang hanya akan mendatangimu jika kau diperlukan.. Itu yang Adam pikirkan. Tak ada yang benar benar tulus dalam segala hal."Tapi tidak denganmu.. Eva.. Evaku adalah yang paling tulus.. " gumam Adam seraya meminum teh chamomile , di belakang mansionya yang menampilakan pemandangan penuh hamparan bunga lavender.Lavender.. Padang lavender bahkan Adam membuat nya begitu indah hanya demi mengenang Evanya.. Eva adalah lavender yang begitu menenangkan bagi Adam."Eva.. Bahkan sekarang aku memiliki lavender itu.. Aku akan mewujudkan segala keinginanmu.. Eva.. " Adam memejamkan matanya menikmati desiran memori lama yang membara tentang Eva.-Flashback On-Dua anak kecil terlihat begitu bahagia, tawa sederhan
Senja menjadi saksi antara Adam dan Eva, mereka menumpahkan segala rasa rindu dalam pelukan tanpa kaca. Eva yang sama sekali tak menyangka akan bertemu dengan Adam di sini. Dan Adam yang begitu terkejut menyadari Evanya ada di mansion miliknya.Awalnya Adam sedikit tak mengenali Eva, awalnya ia kira gadis yang sedang membelai lavendernya adalah salah satu pelayan, namun.. Saat Adam menyadari tatapan mata Eva. Dia yakin dan tak akan pernah salah untuk mengenali Eva.. Teman kecilnya.. Cintanya.. Eva miliknya.."Hiks.. Adam..kau.. Aku tak menyangka.. " tangis Eva yang sedari tadi di pelukan Adam."Eva.. My Eva.. Akhirnya.. " Adam mempererat pelukanya. Sungguh ia begitu merindukan gadis kecilnya itu. Berkali kali Adam menyesap harum rambut Eva yang berbaur dengan lavender.Adam menatap Eva, menatap bagaimana mata sayu itu memerah karena tangis. Tanganya secara perlahan menghapus jejak airmata di wajah manis Ev
"Bibi.. Apa Eva belum pulang? Sedari tadi aku menghubunginya tapi tak tersambung.. ""Bibi juga tak melihatnya sedari tadi Rean, bibi pikir Eva sedang bersamamu mengigat sekarang hari libur.. ""Tidak bi.. Astaga dia dimana? Sekarang sudah larut.. "Si pria bernama Rean, ya... Dia adalah tunangan yang Eva maksud. Pria baik, sederhana, dan penyayang itulah Rean.Sedari sore Rean mencari Eva mengelilingi tempat yang sering didatangi Eva, namun tak sama sekali ia menemukan keberadaan Eva. Ditambah lagi Eva yang tak bisa dihubungi, Rean sangat khawatir akan keadaan gadis tunangannya itu."Rean.. Apa kau sudah mencari ke tempat Armita? Siapa tahu Eva mengibap disana.. " usul nenek Rene, seorang wanita tua yang tinggal di sebelah kontrakan sederhana Eva."Ah.. Kau benar bi.. Aku akan mencoba menemui Armita.. Terimakasih sarannya bi.. Aku pergi dulu.. "Lal
Di sana, di sebuah ranjang yang nampak sangat nyaman, Adam memeluk Eva dengan penuh rasa."Eugnhh.. " Eva mulai membuka matanya, rasanya ia tertidur begitu nyenyak.Eva menelisik dan menemukan Adam disebelahnya tertidur damai dengan tangannya memelul pinggang Eva penuh kepemilikan. Eva bersemu malu, sungguh Eva tak suka berdusta, tapi,"Adam tampan sekali.. " gumam Eva mengamati wajah Adam, lalu tanpa Eva sadari, sedari tadi Adam sudah terbangum.'Cup'"Adam! " rajuk Eva kaget, pasalnya Adam tanpa permisi mengecup bibirnya bahkan dengan mata yang masih tertutup.Kecupan ringan yang sedikit renyah. Ah.. Sebut saja frenchkiss"Kau.. ""Kau manis Eva.. Sangat manis.. " Adam membuka matanya, dan kini jarak diantara mereka sudah kandas, bahkan hidung mereka bersentuhan.Eva dapat dengan jelas melihat bagaimana rupawanya seorang
"Eva!! " panggil seseorang dari belakang Adam dan Eva."Siapa? " ucap Eva lirih sambil menatap wajah orang itu."Aku Rean.. Tunanganmu.. "'Deg'"Rean? " beo Eva binggung, lantas bangkit dan mengamati Rean.Adam mengepalkan jarinya, ini di luar perkiraan. Ia tak menyangka akan ada orang yang mengenal bahkan mengatakan jika dia adalah tunangan Eva?! Hell no!! Eva akan selalu menjadi milik Adam."Eva.. Kau kemana saja? Aku mencarimu semenjak tiga hari yang lalu.. Eva.. " Rean mendekati Eva yang menatapnya penuh tanya.'Grep'Rean memeluk Eva secara reflek, baru satu detik Adam sudah menendang keras tulang kering Rean hingga membuat Rean jatuh ke tanah dan meringis kesakitan."Akkhsss""Rean" Amrita mendekati Rean dan membantu temanya itu.Amrita mema
"Bi, aku akan membantumu... " Eva saat ini sedang berada di dapur mansion itu dengan niat ingin membantu Helen dan pelayan lain menyiapkan makan malam."Eva, tak perlu... Kami akan mengerjakanya.." tolak Helen secara lembut, bukan apa-apa, mereka hanya takut jika Eva tergores pisau, atau terciprat minyak panas saat membantu mereka di dapur, bisa-bisa Adam akan mencambuk mereka satu-persatu."Ayolah bi, aku sangat bosan... Aku juga akan memasak saja bersama kalian.. ""Tapi tuan Adam akan marah nanti.." celetuk salah seorang pelayan muda disana."Kalian tenang saja, aku nanti akan berbicara pada Adam. Lagipula aku kan calon istri Adam, aku harus memasak untuknya" senyum Eva secerah matahari p