Share

Bab 2. Bertemu mantan

Author: Faiz bellzz
last update Last Updated: 2023-09-07 11:20:12

“Bersihkan semua area, jangan sampai ada kotor sedikit pun jika kalian tidak ingin mendapatkan hukuman!” seru kepala kebersihan pada para cleaning service.

Poppy yang baru seminggu bekerja di sana sontak merasa heran karena teman satu profesinya terlihat sibuk lebih dari biasanya. “Rexi, sebenarnya ada apa?”

“Kau tidak tahu? Aku dengar Pak Erza hari ini kembali dari luar negeri.”

“Pak Erza … dia bos kita?” tebak Poppy yang langsung dibalas anggukan oleh Rexi, teman satu profesinya. 

“Kau sudah mendengar bukan jika Pak Ezra merupakan pria yang cerewet? Segalanya harus bersih dan sempurna.”

“Ya … aku sudah mendengarnya dari yang lain.”

“Maka dari itu kau harus melakukan pekerjaan dengan baik.”

Poppy yang akhirnya mengerti pun mengangguk paham. “Baiklah, aku akan berusaha melakukan yang terbaik.”

Ia lantas mengerjakan pekerjaannya sebaik mungkin karena tidak ingin mendapatkan masalah.

Meski hanya sebagai cleaning service, ini adalah pekerjaan terbaik yang ia bisa lakukan karena semua dokumen masih ada di rumah mantan suaminya.

“Pak Ezra datang, ayo semuanya menunduk dan beri salam untuknya!” seru salah satu karyawan tak lama setelahnya.

Semua orang sontak menunduk untuk memberikan salam kepada seorang pria tampan dan gagah yang sedang berjalan dengan berwibawa.

Poppy yang sedang mengelap kaca, ikut menoleh karena penasaran dengan sosok Ezra.  

Hanya saja, matanya membulat kala melihat sosok pria yang dihormati semua orang merupakan mantan kekasihnya dulu. “Ezra?” gumamnya pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Rexi.

“Apa yang kau lakukan, Poppy? Cepat menunduk dan beri penghormatan untuknya!” tegur teman kerjanya dengan suara pelan.

Tidak mengindahkan, Poppy tetap menatap Ezra tanpa berkedip. Hingga tiba-tiba saja Ezra menoleh ke arahnya.

Buru-buru Poppy menunduk, menyembunyikan wajah agar Ezra tidak melihatnya.

“Dia sudah pergi.”

Setelah mendengar informasi dari temannya, barulah Poppy berani menegakkan kepalanya. “Jadi dia bos kita?” tanyanya masih tidak percaya.

“Iya, kau bisa melihatnya bukan jika dia pria tampan?”

“Hemm.” Poppy mengangguk kaku.

“Sayangnya, dia menyukai sesama jenis.”

“Benarkah?” Mata Poppy membola. Apa setelah putus darinya mantannya jadi belok?

“Itu yang aku dengar.”

Poppy mendengus, “Ternyata hanya kabar burung.”

“Ya … tapi kenyataannya sampai saat ini pria setampan dia masih lajang! Banyak yang ingin mendapatkannya tapi semua berakhir dengan penolakan.”

“Mungkin dia memiliki selera yang tinggi,” bela Poppy tanpa sadar.

“Kau benar, pria sempurna seperti dia pasti memiliki selera yang tinggi. Kita sebagai kaum di bawah standar bisa apa?”

“Memang apa yang kau harapkan? Lebih baik kita lanjutkan pekerjaan,” ucap Poppy menahan tawa setelah mendengar ucapan asal Rexy.

“Baiklah, itu memang lebih baik.”

Keduanya pun melanjutkan tugas mereka sebaik mungkin.

***

“Poppy, apa pekerjaanmu sudah selesai?” tanya kepala kebersihan saat melihat Poppy yang baru saja tiba di ruangan. 

“Ya, saya baru saja menyelesaikannya.” 

“Kalau begitu, buatkan kopi dan antarkan ke ruangan Pak Reza.”

Mendengar itu, Poppy seketika gugup. “Em … apa tidak sebaiknya yang lain saja, Pak? Saya masih baru–”

“Justru karena kamu masih karyawan baru! Lagipula, apa pantas kamu memilih untuk melakukannya atau tidak?” sentak pria di depannya tidak habis pikir.

Mata Poppy terpejam sebentar saat mendapatkan bentakan sang atasan. “Bukan seperti itu, maksud saya …  saya hanya karyawan baru yang belum mengetahui selera Pak Ezra bagaimana. Saya takut jika kopi buatanku tidak disukai olehnya.”

“Pak Ezra tidak menyukai kopi yang terlalu manis, jadi berikan sedikit gula. Biasanya jika tidak sesuai selera dia akan meminta untuk dibuatkan yang baru,” ujarnya cepat.

Ezra memang terkenal dengan bos yang rewel dalam segala hal. Untuk masalah kopi saja, ia akan meminta dibuatkan berulang kali sampai menemukan sesuai keinginannya. Padahal karyawan selalu membuatkan kopi dengan takaran yang sama.

Karena tidak memiliki pilihan lain, Poppy pun terpaksa membuatkan kopi sesuai instruksi atasannya itu. “Sekarang antarkan.”

“Baik, Pak.”

Poppy segera membawa kopi buatannya meski dengan perasaan gugup.

“Aku harus bagaimana,” gumamnya lirih. Dulu, saat Poppy minta putus, Ezra tampaknya begitu marah padanya.

Apakah pria itu sudah memaafkannya? 

Bersamaan dengan lamunan yang terhenti, Poppy sampai di lantai kerja sang Bos.

Namun, sepertinya nasib baik masih berpihak kepadanya untuk saat ini.

Tiba-tiba  ia bertemu dengan Rexi yang sedang mengeringkan lantai!

“Rexi, kau belum menyelesaikan pekerjaanmu?” 

“Seperti yang kau lihat, aku masih mengerjakannya.”

“Em … bagaimana jika aku yang mengerjakannya? Tapi sebagai gantinya kau antarkan kopi ke ruangannya Pak Ezra.”

“Tidak!” Rexi menggeleng dengan cepat. “Lebih baik aku menyelesaikan ini semua sendiri daripada harus berhadapan dengan Pak Ezra,” sambung Rexy cepat membuat Poppy seketika lemas.

“Jadi kau tidak mau?”

“Tentu saja! Lebih baik kau segera antarkan sebelum kopinya dingin.”

“Baiklah.”

Dengan langkah gontai Poppy menuju ruangan Ezra. Perempuan itu menarik napasnya dalam kemudian membuangnya secara perlahan sebelum mengetuk pintu. Tidak lupa Poppy menutupi wajahnya dengan masker agar Ezra tidak mengenalinya.

Setelah merasa aman, Poppy baru masuk. “Selamat siang, Pak, saya ingin mengantarkan kopi,” ujarnya dengan suara yang dibuat berbeda.

Ezra yang sedang berkutat dengan sebuah berkas pun mengalihkan perhatiannya kepada Poppy.

Satu alisnya terangkat saat melihat Poppy yang memakai masker dengan bagian mata yang tertutup rambut. “Simpan di meja,” perintahnya.

“Baik.”

Poppy segera menyimpannya di meja. Setelahnya ia berbalik dan berniat pergi.

Namun, baru akan melangkah ia malah mendengar pertanyaan dari Ezra.

“Mau ke mana kau?”

“Saya mau pergi, Pak.” Poppy menjawab dengan posisi yang membelakangi Ezra.

Tentu saja hal itu membuat Ezra kesal. Pria itu lantas menggebrak meja yang membuat Poppy kaget. “Siapa yang menyuruhmu untuk pergi? Berbalik!”

Patuh, Poppy pun berbalik meski gemetaran.

“Apa kau tidak diajarkan sopan santun!” cerca Ezra murka.

“Mohon maaf, Pak,” ucap Poppy cepat.

Ezra yang kepalang emosi mengambil kopi yang dibawakan Poppy.

Ia meneguknya dengan rakus, tetapi beberapa detik kemudian gerakannya melambat.

Pria itu memejamkan mata seolah menikmati kopi tersebut. 

“Kau…” ujar Ezra menggantung.

Poppy sontak semakin ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2.Tamat

    Tidak bisa memutuskan begitu saja, Sesil diam. Sehingga Keenan kembali menocba meyakinkan. "Sesil, aku benar-benar lajang." "Meski begitu, kita bahkan tidak saling mengenal.""Kita bisa belajar mengenal satu sama lain lebih dulu jika begitu." "Lantas jika aku tidak merasa cocok denganmu, bagaimana?" tanya Sesil menatap Keenan dengan tajam."Kita tetap harus menikah."Tentu saja keputusan Keenan membuat Sesil mendengus sebal. "Jika keputusannya sama, untuk apa melakukan pendekatan?"Keenan terkekeh kecil dengan tangan yang mengusap ujung kepada Alice. "Karena aku yakin kau akan merasa cocok denganku." Begitu percaya dirinya Keenan mengatakan itu, sehingga membuat Sesil lagi-lagi mendengus. "Kau terlalu percaya diri!" cetus Sesil."Kau akan merasakannya jika sudah menjalani." "Sayangnya aku tidak mau," ujar Sesil masih teguh dengan pendirian. Mendensah pelan, Keenan menatap Sesil dengan serius. "Sesil, pertimbangkan baik-baik. Ini demi Alice. Lagipula ... apa yang mampu membiay

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Kali ini Sesil yang mengerutkan kening. Apa maksudnya Keenan mengatakannya bodoh? "Dari pada bingung, lebih baik kau ikut denganku!" ujar Keenan lantas mengajak Sesil untuk kembali ke restoran tempat ia berkumpul dengan teman-temannya.Tentu dengan tidak semerta-merta Sesil mau ikut. Wanita itu menggeleng lalu berkata, "Untuk apa aku ikut denganmu? Aku bahkan tidak memiliki kepentingan hingga harus mendengarkan penjelasanmu!" Mengusap wajahnya dengan kasar. Tentu Keenan sadar jika ini tidak akan mudah. Terlebih ia dan Sesil yang bahkan hanya berhungan ketika malam itu saja. "Tentu saja kita memiliki kepentingan! Apa kau tidak lihat Alice merindukanku? Merindukan papa kandungannya!" Menggeleng dengan cepat, Sesil menyangkal itu semua. "Tidak, Alice tidak merindukanmu." "Benarkah?" Keenan lantas menoleh ke arah Alice yang sekarang berada dalam gendongannya. "Alice, apa kau tidak merindukan papa?" Tentu Alice yang masih polos tidak mengerti jik mamanya tengah menghindari pria ya

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Sesil dan Alice langsung menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil. Keduanya tampak terkejut ketika mengetahui yang memanggil mereka adalah Keenan. Hanya saja mereka memiliki reaksi yang berbeda. Jika Sesil langsung pucat. Sangat bertolak berlakang dengan Alice yang sangat bahagia. Gadis kecil itu bahkan langsung memanggil Keenan sambil melambaikan tangan. "Papa!" Keenan membalas lambaian tangan Alice kemudian berjalan mendekat. Membuat Sesil yang menyadari itu lekas pergi dari sana.Sesil berbalik sambil menarik Alice sedikit kasar karena takut akan kehadiran Keenan yang semakin mendekat. "Alice, ayo kita pergi!""Tidak! Aku ingin bertemu Papa." Alice menahan sekuat tenaga, tetapi tenaganya sangat jauh dari sang mama. Alhasil Alice terseret yang membuat Keenan yang melihat itu tidak terima. Keenan berlari, mempercepat langkahnya untuk mengejar Sesil. Sehingga kakinya yang panjang berhasil menyusul. "Tunggu!" seru Keenan seraya menghadang jalan Sesil sambil merentangkan kedu

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2

    Tiba di rumah, Sesil langsung memasukkan semua pakaiannya ke koper. Wanita itu tidak bisa diam saja karena takut jika Keenan akan merebut Alice darinya.Tidak, Sesil tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Ia yang mengandung dan melahirkannya. Sesil juga yang merawatnya sampai sekarang. Jadi yang berhak atas Alice adalah dirinya. "Mama, kita mau ke mana?" tanya Alice ketika Sesil selesai mengemasi pakaiannya, dan mengajak Alice untuk pergi. "Kita ke rumah nenek, Alice. Kau tau, Nenek sudah merindukan kita!" Dengan cepat Alice menggeleng. "Tidak! Aku akan tetap tinggal di sini," cetusnya."Alice---" "Papa sudah berjanji akan pulang, jadi aku akan menunggunya!" Sesil mendesah frustasi. Lagi-lagi anaknya itu bersikap keras kepala dalam keadaan genting seperti ini. Sehingga membuat Sesil semakin terpojok. "Kita bisa beritahu papa, biarkan papa menyusul nanti. Hemm?" Sekuat tenaga Sesil menahan dirinya untuk tidak marah kepada Alice. Karena bagaimanapun Alice tidaklah salah.

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 3. Tes DNA

    "Mohon maaf sebelumnya, tapi bisakah Anda tidak mengaku-ngaku sebagai papa dari anak saya?" Sesil menatap Keenan dengan tajam.Sementara Keenan tampak lebih tenang dari sebelum-sebelumnya. Banyak pelajaran yang pria itu ambil dari kejadian beberapa tahun terakhir. Sehingga ia bersikap lebih tenang. "Maafkan saya jika memang perbuatan saya tadi membuatmu tidak nyaman. Saya hanya ingin menyenangkan Alice," ucap Keenan begitu tenang.Sesil mendesah pelan lalu berkata, "Tetapi perbuatan Anda akan membuat Alice menjadi ketergantungan. Alice anak yang kadang keras kepala, jadi saya khawatir jika nanti Alice akan benar-benar menganggap Anda sebagai papanya." "Jika memang demikian ... saya tidak keberatan," ujar Keenan lagi-lagi membuat Sesil merasa pening. Seharusnya Keenan melakukan penolakan. Terlebih bagaimana jika istri dari pria itu salah paham andai melihat Alice yang memanggilnya dengan sebutan papa? Oh, ayolah! Sesil tidak tahu saja jika Keenan sudah menduda selama lima tahun ini

  • Office Girl Kesayangan CEO Tampan   S2. Bab 2. Papa!

    "Pak Keenan," tegur Gigi ketika melihat Keenan yang malah melamun. Sontak hal itu membuat Keenan terperanjat. Sehingga cangkir yang dipegangnya terjatuh. Prang! Pecahan kaca itu berserakan, membuat Keenan refleks menghindar. Pria itu mendesah sambil menunduk, menatap pecahan kaca tersebut dengan datar. “Dokter, tidak apa-apa?” tanya Gigi panik.“Hemm. Tolong panggilkan petugas kebersihan,” ujar Keenan sambil berlalu. Setelahnya Keenan mengembuskan napasnya dengan kasar. Entah kenapa senyum Alice terus menari-nari dalam pikirannya. Hingga dadanya berdebar-debar, seolah merasakan kerinduan yang mendalam. Padahal ia baru sekali bertemu dengan anak gadis itu! Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di rumah Sesil. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan mata. Pertemuannya dengan Keenan jelas membuat Sesil terganggu. Wanita itu bahkan menjadi teringat dengan malam panas bersama Keenan.“Mama,” panggilan dari Alice lantas menyadarkan Sesil. Buru-buru ia menggele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status