Share

CEO Arogan

Author: Queen Mylea
last update Last Updated: 2025-12-16 15:14:34

Bianca terhenyak. Seluruh darahnya seperti ditarik ke bumi.

“Pe–pendeta…? Sekarang?” suaranya tercekat, tubuhnya mundur setengah langkah.

Pengawal itu menambahkan, “Beliau sudah menunggu instruksi Anda, Tuan. Pemberkatan akan dilaksanakan di ballroom utama sesuai permintaan."

Hening, berat dan rasanya mencekik. Bianca sendiri tidak menduga jika pernikahan ini resmi, tercatat oleh sipil. Ia pikir hanya pernikahan sederhana di gereja lalu pulang ke rumah. Karena yang ia tahu, dirinya hanya dijadikan alat oleh ayahnya agar pria yang mau dinikahkan dengannya itu menjadi investor di perusahaan keluarganya yang sedang collaps.

David perlahan membalikkan tubuhnya menghadap Bianca. Sorot matanya yang sejak tadi tajam kini berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap, lebih mengancam.

“Bagus,” gumamnya pelan, suara rendah itu mengguncang dada Bianca. “Semua berjalan sesuai rencana.”

Bianca menggeleng panik. “Tunggu! Aku—aku belum siap! Aku bahkan belum bilang apa pun! Aku gak mau menikah! Aku gak setuju! Gimana bisa pemberkatan dilakukan begitu saja?!”

David mendekat dengan langkah perlahan, namun aura tekanannya terasa menghantam.

“Untuk menikahimu, Nona Bianca,” bisiknya sambil mengangkat wajah gadis itu dengan ujung jarinya, “aku tidak memerlukan persetujuan."

Bianca menepis tangannya. “Aku tetap tidak mau! Sekalipun pendetanya sudah datang, aku tetap bisa menolak di depan dia! Aku masih bisa—”

Tangannya ditangkap David.

Pria itu menatapnya dengan tajam, seketika membuat nyali gadis barbar yang hobinya party dan foya-foya itu menciut.

“Cobalah,” desis David, wajahnya mendekat hingga napasnya menyentuh telinga Bianca. “Cobalah menolak di depan pendeta. Kita lihat … apa yang terjadi pada perusahaan keluargamu setelah itu.”

Bianca membeku. Tubuhnya gemetar. Darahnya seolah mendidih, ia mengepalkan kedua tangannya, bahunya nampak naik turun menahan geram.

Pengawal pertama masih menunggu perintah.

“Panggi perias itu lagi, suruh rapikan makeup wanita itu!” ucap David akhirnya. “Kita akan segera turun ke ballroom.”

“Baik, Tuan.”

Bianca menatap pintu yang kembali tertutup. Rasanya seperti pintu penjara yang terkunci.

Ia mencoba mengambil napas, tapi dadanya terasa sesak.

“Aku gak mau…,” bisiknya parau. “Tolong… jangan paksa aku…”

David menatapnya lama, dalam, seperti menilai apakah Bianca akan kabur lagi. Lalu ia menurunkan genggamannya di tangan Bianca, tapi tidak melepaskan. Sebaliknya, ia menggenggam lebih kuat.

“Kau milikku mulai malam ini,” ucapnya tegas.

Bianca ingin menjerit. Namun suaranya hilang. Cairan bening mengalir dari sudut matanya, tapi tak sedikit pun membuat CEO berwajah datar itu iba.

---

Satu jam kemudian.

Lampu-lampu koridor menyilaukan. Gaun berlapis Swarovski menyeret lantai. Bianca seperti boneka yang dipaksa melangkah.

Bianca berjalan diapit oleh dua pengawal. Ia seperti seorang tawanan. "Menyebalkan, kenapa sih aku harus dikawal seperti ini? Aku gak akan kabur! Gak usah berlebihan!" Pekik Bianca, namun dari pengawal itu hanya diam, memasang wajah datar.

Saat mereka mendekati lift menuju ballroom, Bianca melihat pantulan dirinya di permukaan logam pintu. Penampilan sempurna bagai seorang ratu, namun sayangnya ia hanya seorang budak di mata CEO kejam itu.

Lift tertutup dengan bunyi cling, membawa mereka turun menuju upacara yang tak bisa ia hindari.

“Silahkan, Nona Bianca.”

Bianca mematung saat dua pengawal membuka dua daun pintu ballroom yang tinggi dan berat. Cahaya kristal chandelier langsung menyilaukan matanya. Aroma bunga segar antara mawar putih dan lily terasa menyengat indra penciumannya.

Ballroom hotel bintang lima itu telah disulap menyerupai gereja megah dalam semalam. Bianca hampir tak percaya dengan pemandangan di depannya.

Meja-meja bundar penuh tamu undangan. Gaun-gaun glamor. Setelan jas mewah. Bisik-bisik penasaran. Ratusan pasang mata menoleh ke arah pintu saat ia muncul.

Setiap langkahnya terasa seperti hukuman mati perlahan. Dan Bianca makin terkejut ketika menyadari bahwa ia tidak mengenal satu pun tamu undangan itu.

Tidak ada teman. Tidak ada keluarga besar. Ini bukan pernikahan impiannya meski diadakan dengan sangat megah.

Semua orang terlihat asing. Kecuali dua wajah. Tuan Damian dan Nyonya Laurent, kedua orang tuanya yang duduk di barisan depan. Mereka tersenyum bangga. Senyum yang begitu rapi, begitu palsu hingga Bianca ingin muntah.

“Mereka benar-benar menjualku.” bibir Bianca bergetar.

Make-up yang baru saja di-touch up oleh tim MUA terasa mencolok. Ia menjadi pusat perhatian banyak orang karena kecantikannya.

Sementara di sisi panggung, David berdiri dengan setelan hitam elegan. Auranya tetap dingin dan mengintimidasi. Tatapannya terkunci padanya seperti perangkap besi.

Namun bukan hanya David yang membuat Bianca tercekat. Di sudut kiri panggung, duduk seorang pria tua dengan tongkat ukiran emas. Sorot matanya tajam, seperti mata elang.

Dialah laki-laki tua yang selama ini hanya muncul dalam rumor korporat.

Tuan Agra Bagaskara. Kakek David Angkasa Bagaskara. Pemilik kerajaan bisnis Angkasa Metropolitan Corp. Orang yang paling berpengaruh dan disegani para pengusaha elite.

"Bersikaplah yang sopan dan tersenyumlah, Nona. Beliau adalah Tuan Arga, kakek dari Tuan David," bisik salah satu pengawal.

Bianca merinding. 'Oh Tuhan… ini bukan acara pernikahan, ini transaksi bisnis berskala negara.'

Pendeta Mike berdiri di tengah altar yang didirikan di panggung ballroom, tersenyum ramah, senyum polos dari orang yang tidak tahu bahwa semua ini adalah paksaan.

Musik lembut mulai terdengar dari grand piano. Pengiring mempersilakan Bianca melangkah.

“Silakan, Nona. Semua orang menunggu.”

Bianca mengangkat roknya. Tangannya gemetar.

“Tersenyumlah,” salah satu pengawal menunduk di telinganya. “Jangan buat Tuan marah."

Bianca memaksakan bibirnya membentuk senyum. Senyum yang terasa seperti retakan kaca pada wajahnya.

Ia berjalan dengan langkah kecil, menyadari bahwa ratusan mata asing itu memperhatikan setiap geraknya.

'Apa kalian semua ikut menikmati pemaksaan ini?' batinnya.

Ketika melewati barisan depan, Nyonya Laurent meliriknya penuh kebanggaan.

“Tersenyumlah lebih cantik, sayang,” bisiknya lirih. “Jangan memalukan keluarga.”

Ekor mata Bianca melirik ibunya dengan tajam. Ingin rasanya mengumpat, namun David menunggu di ujung altar dengan tatapan yang tidak bisa ditolak.

Ketika Bianca naik ke panggung, Pendeta Mike tersenyum hangat.

“Selamat malam, Tuan David, Nona Bianca. Kita berkumpul di tempat ini untuk sebuah pernikahan yang indah dan dirahmati Tuhan."

'Indah?' Bianca hampir tertawa sumbang. Rasanya ingin muntah.

Sementara itu, Tuan Agra Bagaskara mengetuk lantai dengan tongkat emasnya.

Tok. Tok.

Suara itu bergema, membuat semua orang otomatis diam. Pria tua itu berbicara tanpa mikrofon, namun suaranya menggema.

“Perhatikan baik-baik,” ucapnya, menatap semua tamu. “Ini adalah pernikahan penerus keluarga Bagaskara. Nona Bianca-putri dari Damian akan menjadi bagian dari Angkasa Metropolitan Corp," ucapnya dingin, penuh wibawa.

Semua orang bertepuk tangan, tatapan mereka tertuju pada Damian yang kini berdiri lalu memberi salam hormat. Senyumnya nampak lebar, sepertinya puas karena telah menjual putrinya sendiri demi ambisinya.

Dada Bianca bergemuruh, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti permainan ini.

Pendeta Mike tertegun sejenak, lalu melanjutkan liturgi. "Baiklah… mari kita mulai.”

Bianca menunduk. Tangannya dingin. Perutnya terasa mual.

Dan saat pendeta baru saja akan memulai membaca kalimat pembuka pemberkatan, Bianca menelan ludah keras-keras ketika David berbisik di telinganya. "Lihatlah orang tuamu, mereka begitu bahagia. Mulai sekarang kau milikku. Apa yang keluar dari mulutku adalah perintah, dan kau harus patuh jika ingin hidupmu tenang!"

***

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oh, Ampun Pak CEO!   8. Kesucian yang Terenggut

    Tatapan David masih mengunci tubuhnya, seolah pria itu tak sekadar ingin melihat, melainkan menghitung, menilai, dan menentukan harga dari setiap napas yang Bianca embuskan. Kalimat barusan masih menggantung di udara, berat dan menekan."Sekarang… aku ingin merasakannya."Bianca makin gugup, namun ia mencoba untuk menegakkan bahunya, meski jantungnya berdegup liar. Ia menolak terlihat lemah. Tidak di hadapan pria seperti David.“Aku istrimu,” ulang Bianca, kali ini dengan suara lebih dingin. “Bukan barang uji coba.”David terkekeh pelan. Satu tangan dimasukkan ke saku celananya, santai, seolah situasi ini hanya permainan papan yang sudah ia menangkan sejak awal. “Istri?” ulangnya datar. “Kau baru mengingat status itu saat kau butuh uang. Kau bahkan tak menginginkan pernikahan ini."Ucapan itu menampar lebih keras daripada sentuhan apa pun.Bianca menggertakkan giginya. Muak. Jijik. Tapi juga… terjebak. Ia membenci fakta bahwa David benar.Di luar ruangan ini, Bianca dikenal sebagai Q

  • Oh, Ampun Pak CEO!   7. Boleh dicoba, Om!

    DEGH.Bianca terpaku.Kertas di tangannya bergetar. Huruf-huruf di sana seakan menari, menertawakannya. Gugatan cerai. Pembatalan perjanjian. Semua itu seperti palu yang menghantam kepalanya tanpa ampun. Padahal kedatangannya kali ini untuk merayu pria itu meskipun ia sendiri muak. Bianca ingin supaya David segera mengirimkan sejumlah uang sesuai kesepakatan waktu itu. Uang yang seharusnya sudah diterima sehari setelah pernikahan mereka. Namun nahas, tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa ayahnya terjadi dan membuat Bianca semakin terperangkap dalam jerat CEO kejam itu.Tapi sekarang, ia malah akan diceraikan? Apa-apaan ini? Bianca merasa sedang dipermainkan. “A–apa?” suaranya nyaris tak terdengar.David berdiri tegak di hadapannya. Tingginya menjulang, bahunya lebar terbalut kemeja hitam yang rapi. Wajahnya tenang, terlalu tenang untuk situasi sekejam ini.“Kenapa?” David menyahut datar. “Bukankah ini yang kau inginkan?”Ia melipat kedua tangannya di dada. “Ayahmu sudah tiada. Sa

  • Oh, Ampun Pak CEO!   Gugatan

    Langit siang itu masih kelabu saat prosesi pemakaman Damian Mahendra mencapai puncaknya. Keluarga besar Bianca pun hadir disana, namun bagi Bianca, semua itu terasa asing. Ia menyadari jika kedatangan mereka bukan benar-benar karena belasungkawa, namun karena bisnis keluarga yang sedang berada di ambang kehancuran. Dan hanya Bianca lah yang bisa menyelamatkan itu semua. Wanita itu tahu, keluarga besarnya bermuka dua. Dan sialnya, ia yang harus menanggung beban ini. Apalagi setelah ini, Ia lah yang akan menjadi penerus perusahaan itu. Proses pemakaman berjalan dengan lancar meskipun diiringi dengan tangisan buaya dari saudara-saudara dari ayahnya itu. "Seharusnya ini tidak terjadi padamu, Damian. Oh Tuhan... sungguh malang nasib adikku," ucap seorang wanita tua berambut kemerahan dengan tangisan histeris. Dia adalah Nyonya Ester, Kakak dari Damian.David Angkasa Bagaskara berdiri tak jauh dari liang lahat, mengenakan setelan hitam tanpa satu pun aksesori berlebihan. Kacamata hitam b

  • Oh, Ampun Pak CEO!   Grand Heaven

    Langit pagi di atas Grand Heaven tampak kelabu, seolah turut berduka atas kepergian seseorang yang begitu berarti untuk Bianca. Seseorang yang menjadi pion penting bagi PT. Maheswari Corp- perusahaan milik keluarga Bianca yang di mana sanak saudara dari Damian berkecimpung di sana. Bangunan pemakaman mewah itu dipenuhi karangan bunga berderet rapi, sebagian besar bertuliskan nama-nama konglomerat, pejabat, hingga jajaran petinggi perusahaan ternama. Aura duka bercampur dengan kemegahan. Di aula utama, peti jenazah mendiang Damian Mahendra terbaring anggun, dikelilingi bunga lili putih dan mawar hitam. Di sisi lain, ruang khusus disiapkan untuk keluarga inti, dijaga ketat oleh pengawal berseragam hitam. Semua tamu berpakaian serba hitam. Direksi Angkasa Group hadir lengkap. Begitu pula jajaran petinggi Maheswari Corp, perusahaan yang kini kehilangan nahkodanya. Bisik-bisik tertahan terdengar di antara mereka, bukan sekadar belasungkawa, melainkan juga hitung-hitungan kepentingan

  • Oh, Ampun Pak CEO!   Kabar Duka

    David menyeringai tipis saat tatapannya menyapu tubuh Bianca yang gemetar. Sorot matanya tajam, liar seperti singa yang akhirnya berhasil menjebak mangsa dan membuatnya tak berdaya.Air mata Bianca mengalir tanpa henti. Tubuhnya menegang, kedua tangannya refleks menutupi diri yang kini terasa begitu terhina.Gadis bar-bar, idola kampus yang hobinya party itu, nyatanya kini tak berdaya di hadapan CEO kejam bernama David Angkasa Bagaskara. Laki-laki yang beberapa jam lalu telah resmi menjadi suaminya.“Jangan…” suaranya pecah. “Please ... Jangan sentuh aku!"David tidak menjawab. Ia justru semakin mendekat, membuat napas Bianca semakin sesak. Jarak di antara mereka kian menyempit, hingga wanita itu bisa merasakan napas pria itu yang hangat di kulitnya.“Menangis pun percuma,” ucap David datar. “Kau sudah sah menjadi istriku.”Bianca menggeleng kuat-kuat. “Itu tidak memberimu hak untuk memperlakukanku seperti ini!”David mendengus kecil, sinis. “Hak?” Ia mencondongkan wajahnya lebih deka

  • Oh, Ampun Pak CEO!   Ampun, Om!

    "Om, please jangan apa-apain aku!" Begitulah teriakan Bianca ketika dua pengawal menyeretnya ke kamar megah yang akan menjadi saksi malam pahitnya, bukan malam indah selayaknya malam pengantin."Om?" David mendengus. "Tak bisakah memanggilku Sayang seperti saat kau menyapa para tamuku?" sinisnya.Bianca memalingkan wajahnya. Jika saja ia tidak mendapatkan ancaman dari ibunya selepas pemberkatan tadi, mana mau ia bersandiwara dengan begitu manis di hadapan Tuan Arga dan para tamu asing itu."Tutup dan tinggalkan kami berdua! Ini akan menjadi malam yang panjang dan pastinya ... tak akan bisa dia lupakan seumur hidup," titah David pada dua pengawalnya."Baik, Tuan. Selamat menikmati," ucap salah satu pengawal itu yang membuat Bianca geram.'Sialan, dia pikir aku makanan!'Pintu suite presiden di lantai teratas hotel itu menutup dengan bunyi klik yang terdengar seperti bunyi palu hakim menjatuhkan vonis. Bianca berdiri mematung di dekat pintu, jantungnya berdegup kencang seperti ingin me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status