Mata biru Raisa sayu, menatap pria tampan yang sedang mengemudikan mobil. Jambang pria tampan itu tampak seksi. Hidungnya mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal serta bibir merah dan sedikit tebal benar-benar membuatnya terlihat rupawan. Raisa merasa malaikat telah mendatangkan Dewa tampan di sampingnya.
“Tampan, wajahmu benar-benar tidak asing di mataku.” Raisa mendekati wajahnya ke wajah pria yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia mengendus, mencoba mengingat aroma perfume yang tak asing di indra penciumannya itu.
Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tak mengindahkan apa yang diucapkan oleh Raisa. Dia fokus melajukan mobil. Racauan Raisa sama sekali tidak didengarkan olehnya.
“Hey, jawab aku. Apa kita saling mengenal? Aroma tubuhmu seperti pernah aku cium.” Dengan berani, Raisa kembali mencium rahang pria yang sudah menyelamatkannya dari pria hidung belang. Dia terlihat sangat agresif, ini semua karena pengaruh minuman alkohol yang entah sudah berapa banyak dia minum tadi.
Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tersenyum tipis, dia mencoba merangkul tubuh Raisa agar tidak terbentur dashboard di saat dia menginjak rem. Pria itu menatap Raisa yang sudah menatapnya dengan sayu.
“Kau sudah mabuk. Istirahatlah.” Pria itu mencoba untuk membenarkan posisi duduk Raisa. Namun, sayangnya semakin dia berusaha menjauhkan tubuh Raisa, wanita cantik itu justru semakin tidak ingin jauh dari pria yang sejak tadi diciumnya.
“Raisa, cukup,” geram pria tampan itu yang nyaris tak bisa menahan gejolak gairah yang nyaris meledakan dirinya.
“Kau sangat tampan.” Raisa masih menikmati leher pria itu, bahkan jari-jari nakalnya mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang pria itu kenakan.
Raisa mengusap dada bidang yang terasa sempurna. Bentuk tubuh pria itu benar-benar membuat wanita mana saja pasti ingin menyentuh dan menikmatinya. Dia tidak terlalu sadar dengan tindakan yang dilakukannya saat ini sudah hampir melewati batasannya.
“Raisa …”
Raisa tidak mengindahkan ucapan pria yang ada di sampingnya. Gejolak yang ada di dalam tubuhnya terasa begitu mendidih. Wanita cantik yang sudah mabuk berat itu merasa ingin melakukan sesuatu yang selama ini sudah dia pendam.
“Shit!” Pria itu mengumpat di kala sudah tak bisa mengendalikan diri. Selanjutnya, dia membelokkan arah—menuju ke hotel terdekat dengan lokasi keberadaannya.
***
Pria tampan itu mendorong tubuh Raisa ke dalam kamar hotel, melumat dengan liar bibir Raisa dengan begitu liar dan agresif. Pun Raisa tak hanya diam saja. Akibat alkohol yang menguasai, membuat Raisa membalas ciuman pria itu dengan tak kalah liar.
Suara decapan terdengar. Mereka berciuman dengan penuh gairah dan hasrat yang tidak tertahankan. Lidah mereka saling membelit satu sama lain. Ciuman penuh tuntutan seakan tersirat penuh kerinduan mendalam.
Pria tampan itu menangkup kedua pipi Raisa, menikmati bibir manis wanita itu yang begitu candu. Mata mereka terpejam. Gejolak gairah yang sama sekali tak bisa tertahankan. Tampak manik mata biru pria itu, tak lepas menatap sayu manik mata biru Raisa.
Pria itu menelusuri bibir Raisa dengan jemarinya. Dia tidak pernah melihat Raisa serapuh ini. Biasanya wanita itu terlihat sangat bersemangat, tidak seperti malam ini. Seperti banyak beban yang sedang dipikulnya seorang diri.
“Aroma perfume-mu sangat enak.” Raisa membelai rahang pria tampan itu.
“Kau masih mengenali perfume-ku, Raisa?” bisik pria tampan itu serak, membuat bulu kuduk Raisa merinding tak karuan.
“Ya, aku mengenali aromamu. Tell me, who are you?” Raisa berjinjit, melingkarkan tangannya di leher pria tampan itu.
“You know me, Raisa.” Pria tampan itu menyambar bibir Raisa, mencium kembali bibir wanita itu dengan liar dan penuh tuntutan.
“Ah—” Desah Raisa di kala merasakan ciuman pria itu yang begitu hebat dan dahsyat. Dia bisa merasakan panasnya embusan napas pria itu menerpa kulit mulusnya. Kedua manik mata mereka saling bertemu, membuat keduanya mulai kehilangan akal sehat mereka.
Suara pertukaran saliva semakin terdengar dengan jelas. Kedua tangan Raisa mulai melucuti kemeja yang digunakan pria itu. Tentu tak hanya diam, pria tampan itu merobek gaun yang dipakai oleh Raisa—hingga hanya meninggalkan bra dan celana dalam berenda.
Dua insan itu saling beradu pandang memuja tubuh masing-masing. Raisa memandang tubuh sempurna pria yang ada di hadapannya. Lengan kekar, otot perut, dada bidang tercetak begitu sempurna dan indah. Kewanitaan Raisa berkedut melihat pemandangan yang ada di hadapannya itu.
Sama halnya dengan Raisa, pria itu menatap damba tubuh indah Raisa. Tidak ada yang berubah sama sekali, wanita itu memiliki tubuh yang indah dan seksi. Payudara bulat padat selalu menggodanya. Lekuk tubuh sempurna. Kulit putih mulus indah. Satu hal yang tak terlupakan yaitu tahi lalat di payudara sebelah kiri yang membuat wanita itu semakin seksi.
Perlahan, pria tampan itu mendorong tubuh Raisa hingga tergeletak di ranjang megah. Dia menindih tubuh Raisa, menatap dalam manik mata biru wanita itu. Belum ada gerakan yang dia lakukan. Dia hanya terus menatap keindahan yang ada di hadapannya.
“Jangan hanya menatapku saja, apa kau tidak ingin menyentuhku?” Raisa menarik tangan pria itu agar menyentuh tubuhnya.
Pria tampan itu tak bisa menolaknya. Dia mulai menyentuh setiap inci tubuh Raisa. Pria itu mulai mencium leher jenjang Raisa. Bagian tubuh yang sangat disukainya.
Raisa memejamkan kedua matanya, dia mulai menahan napasnya saat kedua tangan pria itu mulai melepaskan bra yang dikenakannya. Dia meremas punggung pria kekar itu sambil mengeluarkan suara lenguhan dari bibir manisnya.
“Raisa …” Pria itu menatap kedua payudara Raisa yang berukuran padat dan kencang itu. Dia meremas payudara Raisa, sekaligus memainkan puting payudara wanita itu—membuat Raisa semakin tak bisa menahan hasratnya lagi.
Pria itu mulai memainkan bibirnya di atas tubuh Raisa, dia mencecapnya, menciumnya hingga membuat Raisa merasa hangat saat bibir basah pria itu menyentuh kulit tubuhnya. Wanita itu bergeliat, melenguh dengan penuh gejolak yang begitu membara.
Raisa mendesah saat pria itu mulai mengisap salah satu payudaranya. Wanita cantik itu semakin tak bisa menahannya lagi. Apa lagi setiap sentuhan yang pria itu lakukan membuat Raisa jadi terlihat lebih ganas.
Entah kekuatan dari mana, Raisa membalik posisi tubuh mereka. Pria yang sejak tadi menikmati tubuhnya itu langsung menatap tubuh indah Raisa. Pria itu kembali menyentuh kedua payudara Raisa. Dia memainkan jemarinya di puting payudara wanita itu. Raisa membungkuk, lalu mencium bibir pria itu dengan rakus.
Raisa menggerakkan pinggulnya di atas perut pria itu. Hal ini semakin membuat tubuh keduanya menjadi lebih tegang. Bahkan kejantanan pria itu sudah terlihat keras dan membesar. Bokong Raisa yang menyentuh kejantanannya langsung membuat Raisa melepaskan ciumannya. Dia menurunkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan tombak besar itu. Raisa menyentuhnya, tersenyum lalu memasukkan milik pria itu ke dalam mulutnya.
“Fuck, Raisa!” geram pria itu di kala Raisa mengisap kejantanannya begitu nikmat layaknya permen lollipop. Dia menjambak pelan rambut Raisa. Erangan, geraman, dan desahan lolos bercampur menjadi satu di bibir pria tampan itu.
Pengaruh minuman beralkohol membuat Raisa tidak sadar dengan tindakannya saat ini. Wanita cantik itu terus menunjukkan kehebatannya. Hal ini semakin membuat pria tersebut terpuaskan. Suara desahannya terdengar semakin keras, membuat Raisa merasa senang saat dia bisa membuat lawannya puas.
Pria itu menarik kepala Raisa, menatap wajah cantik wanita itu. Dia melihat apa yang sedang dilakukan wanita cantik itu. Pria itu merasa senang saat bisa bertemu dengan wanita yang sudah lama tidak dijumpainya itu. Namun entah kenapa, ada rasa sedikit bersalah jika dia melanjutkan kegiatan yang sedang dilakukannya itu dalam kondisi seperti ini.
“Aku tidak bisa berhenti jika ini dilanjutkan, Raisa,” bisik pria itu serak di depan bibir Raisa.
Raisa mencium bibir pria itu lembut sambil membelai rahang pria tampan itu. Matanya sayu penih dengan gelora hasrat seolah ingin meledak. Matanya sudah berkabut penuh hasrat membara.
“Do it. Jangan ditahan. Puaskan aku,” bisik Raisa seraya meremas pelan lengan kekar pria tampan itu.
Pria itu tersenyum puas mendengar jawaban Raisa. “I will, Baby.” Dia mulai membuka kedua paha Raisa—menyatukan kejantanannya ke dalam liang sempit Raisa.
“Ah!” Raisa meremas lengan kekar pria tampan itu. Kuku panjangnya sampai menembus kulit lengan pria itu. Pria tampan itu mulai menggerakkan pinggulnya, memberikan ritme lambat. Dia menikmati milik Raisa yang masih terasa sempit. Pria itu semakin bersemangat saat mendengar suara desahan yang lolos dari bibir Raisa.
Pria tampan itu masih mengatur gerakannya sambil memainkan kedua tangannya di payudara Raisa. Hal ini semakin membuat Raisa tak bisa berhenti mengeluarkan suara desahannya. Bibirnya yang terlihat merah itu semakin membuat pria tampan itu semakin tergoda. Pria itu menikmatinya, mencium dan mengisap bibir manis Raisa hingga membuat Raisa hampir saja kewalahan.
Pria tampan itu tidak menghentikan aktifitasnya, dia masih menggerakan pinggulnya dengan gerakan lambat. Bibirnya berada di atas payudara Raisa, dia memainkan ujung lingualnya serta bibirnya di atas puting payudara wanita itu.
“Ah, ah, ah.” Raisa sangat menikmati milik pria itu yang terasa sangat besar menembus miliknya yang sempit itu.
Suara erangan dan desahan terdengar saling bersahutan. Suhu udara yang tadi terasa sangat dingin kini berubah menjadi panas. Suara derit ranjang tidur juga terdengar dengan jelas. Buliran peluh mulai membasahi wajah dan tubuh mereka berdua. Namun, pria tampan itu masih berusaha untuk menuntaskan hasratnya yang masih terpendam, seakan tak pernah bisa terpuaskan.
“Shit, kau masih sempit seperti dulu, Raisa,” geram pria tampan itu yang tak menghentikan hunjamannya.
Raisa merintih sambil memeluk erat punggung kekar pria tampan itu. Dengan sengaja, pria itu menyemburkan lahar panasnya ke dalam rahim Raisa. Dia berguling ke samping di kala sudah mencapai puncaknya. Detik selanjutnya, pria itu menarik tubuh Raisa masuk ke dalam pelukannya.
Raisa sudah tidak lagi bertenaga. Energy-nya seakan terkuras habis, membuat wanita itu kini langsung tertidur dengan lelap usai melakukan kegiatan panas. Wanita itu terlihat sangat kelelahan.
“Kau tidak pernah berubah, Raisa,” bisik pria tampan itu sambil mengecupi bibir Raisa dengan penuh kelembutan.
Keputusan besar yang Raisa ambil adalah pindah kerja. Dia sudah muak bertemu dengan Garry. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan pria berengsek itu. Tidak akan pernah Raisa mau mendengar penjelasan dari pria bajingan itu.Raisa bekerja di Lawson Group menjabat sebagai Direktur Marketing—yang mana Lawson Group adalah milik Garry. Bukan tak mau bersikap professional, tapi Raisa merasa sudah cukup untuk melihat Garry.Jika Garry berselingkuh dengan wanita lain, pasti hancurnya hati Raisa tidak akan seperti sekarang ini. Perselingkuhan calon suami dan adik kandungnya sendiri adalah hal yang paling menyakitkan. Sampai detik ini saja, Raisa enggan datang ke keluarganya. Pun dia menghindari telepon dari kedua orang tuanya.Pagi-pagi sekali Raisa sudah ada di kantor, rapi dengan pakaian formalnya, wanita cantik itu selalu terlihat elegant dan juga menawan. Blouse berwarna putih dengan pita besar di bagian dada, serta rok berwarna pink cerah berbentuk A-line itu membuat penampilan Raisa tampak m
Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.Raisa turun dari taksi usai tiba di lobby apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!”Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, dengarkan aku du
Raisa mulai terusik saat matahari pagi mulai menyentuh wajahnya. Pun dia merasa sekujur tubuhnya terasa sakit, kepalanya juga terasa sangat berat. Dia menyentuh dahinya sambil memijatnya. Perlahan-lahan dia mulai membuka kedua matanya—mengedipkan kedua matanya beberapa kali, dia memperhatikan dirinya bukan berada di kamarnya. Lantas di mana ini? Raisa menoleh ke samping, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali dirinya dengan kondisi yang terlihat kacau.Seketika raut wajah Raisa berubah melihat banyak pakaian berserakan di lantai. Napasnya tercekat. Jantungnya berpacu tak karuan seakan ingin berhenti berdetak. Kepalanya semakin memberat. Dia menurunkan pandangannya, melihat tubuhnya telanjang tanpa memakai sehelai benang pun—hanya selimut tebal yang membalut tubuh. Dia menelan salivanya susah payah menatap banyak tanda kemerahan di payudaranya.Otak Raisa berusaha berpikir jernih. Namun, sayangnya dia benar-benar sangat kacau. Ingatan Raisa teringat akan kejadian kemarin. Kejadian yang
Mata biru Raisa sayu, menatap pria tampan yang sedang mengemudikan mobil. Jambang pria tampan itu tampak seksi. Hidungnya mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal serta bibir merah dan sedikit tebal benar-benar membuatnya terlihat rupawan. Raisa merasa malaikat telah mendatangkan Dewa tampan di sampingnya.“Tampan, wajahmu benar-benar tidak asing di mataku.” Raisa mendekati wajahnya ke wajah pria yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia mengendus, mencoba mengingat aroma perfume yang tak asing di indra penciumannya itu.Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tak mengindahkan apa yang diucapkan oleh Raisa. Dia fokus melajukan mobil. Racauan Raisa sama sekali tidak didengarkan olehnya.“Hey, jawab aku. Apa kita saling mengenal? Aroma tubuhmu seperti pernah aku cium.” Dengan berani, Raisa kembali mencium rahang pria yang sudah menyelamatkannya dari pria hidung belang. Dia terlihat sangat agresif, ini semua karena pengaruh minuman alkohol yang entah sudah berapa banyak dia minum
Bandar Udara Internasional O'Hare, Chicago, Illinois, USA. Pesawat tujuan Melbourne—Chicago baru saja mendarat. Wanita cantik yang memiliki wajah oval itu terlihat sedang menarik koper berwarna hitam miliknya. Penampilannya yang sempurna selalu membuatnya terlihat sangat cantik.Raisa Marin, dia adalah wanita cantik yang baru saja kembali dari mengikuti pelatihan dari perusahaannya. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan pada sang tunangan. Sudah lama tidak berjumpa membuat Raisa dilanda rasa rindu yang hebat.Raisa tersenyum saat dia bisa menikmati udara segar. Rambut pirang panjangnya terurai dengan bebas begitu memukau. Serta perpaduan manik mata birunya terlihat indah saat dia membuka kacamata hitam yang dikenakannya sejak tadi. Wanita cantik berdarah Indonesia dan Amerika itu memang memiliki paras yang sempurna. “Pasti Garry sangat terkejut, karena aku kembali lebih awal, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya,” gumam Raisa pada dirinya sendiri.Raisa memegang d