Home / Romansa / Oh, My Ex! / Bab 2. Aku Tidak Bisa Berhenti

Share

Bab 2. Aku Tidak Bisa Berhenti

last update Last Updated: 2025-06-08 00:24:29

Mata biru Raisa sayu, menatap pria tampan yang sedang mengemudikan mobil. Jambang pria tampan itu tampak seksi. Hidung mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal serta bibir merah dan sedikit tebal benar-benar membuatnya terlihat rupawan. Raisa merasa malaikat telah mendatangkan Dewa tampan di sampingnya.

“Tampan, wajahmu benar-benar tidak asing di mataku.” Raisa mendekati wajahnya ke wajah pria yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia mengendus, mencoba mengingat aroma parfum yang tak asing di indra penciumannya itu.

Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tak mengindahkan apa yang diucapkan oleh Raisa. Dia fokus melajukan mobil. Racauan Raisa sama sekali tidak didengarkan olehnya.

“Hey, jawab aku. Apa kita saling mengenal? Aroma tubuhmu seperti pernah aku cium.” Dengan berani, Raisa kembali mencium rahang pria yang sudah menyelamatkannya dari pria hidung belang. Dia terlihat sangat agresif, ini semua karena pengaruh minuman alkohol yang entah sudah berapa banyak dia minum tadi.

Pria tampan itu tersenyum tipis, mencoba merangkul tubuh Raisa agar tidak terbentur dashboard di saat dia menginjak rem. Dia menatap Raisa yang sudah menatapnya dengan sayu.

“Kau sudah mabuk. Istirahatlah.” Pria itu mencoba untuk membenarkan posisi duduk Raisa. Namun, sayangnya semakin dia berusaha menjauhkan tubuh Raisa, wanita cantik itu justru semakin tidak ingin jauh darinya.

“Raisa, cukup,” geram pria tampan itu yang nyaris tak bisa menahan gejolak gairah yang nyaris meledakan dirinya.

“Kau sangat tampan.” Raisa masih menikmati leher pria itu, bahkan jari-jari nakalnya mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang pria itu kenakan.

Raisa mengusap dada bidang yang terasa sempurna. Bentuk tubuh pria itu benar-benar membuat wanita mana saja pasti ingin menyentuh dan menikmatinya. Dia tidak terlalu sadar dengan tindakan yang dilakukannya saat ini sudah hampir melewati batasannya.

“Raisa …”

Raisa tidak mengindahkan ucapan pria yang ada di sampingnya. Gejolak yang ada di dalam tubuhnya terasa begitu mendidih. Wanita cantik yang sudah mabuk berat itu merasa ingin melakukan sesuatu yang selama ini sudah dia pendam.

Shit!” Pria itu mengumpat di kala sudah tak bisa mengendalikan diri. Selanjutnya, dia membelokkan arah—menuju ke hotel terdekat dengan lokasi keberadaannya.

***

Pria tampan itu mendorong tubuh Raisa ke dalam kamar hotel, melumat dengan liar bibir Raisa dengan begitu liar dan agresif. Pun Raisa tak hanya diam saja. Akibat alkohol yang menguasai, membuat wanita itu membalas ciuman pria itu dengan tak kalah liar.

Suara decapan terdengar. Mereka berciuman dengan penuh gairah dan hasrat yang tidak tertahankan. Lidah mereka saling membelit satu sama lain. Ciuman penuh tuntutan seakan tersirat penuh kerinduan mendalam.

Pria tampan itu menangkup kedua pipi Raisa, menikmati bibir manis wanita itu yang begitu candu. Mata mereka sama-sama terpejam. Gejolak gairah yang sama sekali tak bisa tertahankan. Tampak manik mata biru pria itu, tak lepas menatap sayu manik mata biru Raisa.

Pria itu menelusuri bibir Raisa dengan jemarinya. Dia tidak pernah melihat Raisa serapuh ini. Biasanya wanita itu terlihat sangat bersemangat, tidak seperti malam ini. Seperti banyak beban yang sedang dipikulnya seorang diri.

“Aroma parfummu sangat enak.” Raisa membelai rahang pria tampan itu.  

“Kau masih mengenali parfumku, Raisa?” bisik pria tampan itu serak, membuat bulu kuduk Raisa merinding tak karuan.

“Ya, aku mengenali aromamu. Tell me, who are you?” Raisa berjinjit, melingkarkan tangannya di leher pria tampan itu.

You know me, Raisa.” Pria tampan itu menyambar bibir Raisa, mencium kembali bibir wanita itu dengan liar dan penuh tuntutan.

“Ah—” Desah Raisa di kala merasakan ciuman pria itu yang begitu hebat dan dahsyat. Dia bisa merasakan panasnya embusan napas pria itu menerpa kulit mulusnya. Kedua manik mata mereka saling bertemu, membuat keduanya mulai kehilangan akal sehat mereka.

Suara pertukaran saliva semakin terdengar dengan jelas. Kedua tangan Raisa mulai melucuti kemeja yang digunakan pria itu. Tentu tak hanya diam, pria tampan itu merobek gaun yang dipakai oleh Raisa—hingga hanya meninggalkan bra dan celana dalam berenda.

Dua insan itu saling beradu pandang memuja tubuh masing-masing. Raisa memandang tubuh sempurna pria yang ada di hadapannya. Lengan kekar, otot perut, dada bidang tercetak begitu sempurna dan indah. Kewanitaan Raisa berkedut melihat pemandangan yang ada di hadapannya itu.

Sama halnya dengan Raisa, pria itu menatap damba tubuh indah Raisa. Tidak ada yang berubah sama sekali, wanita itu memiliki tubuh yang indah dan seksi. Payudara bulat padat selalu menggodanya. Lekuk tubuh sempurna. Kulit putih mulus indah. Satu hal yang tak terlupakan yaitu tahi lalat di payudara sebelah kiri yang membuat wanita itu semakin seksi.

Perlahan, pria tampan itu mendorong tubuh Raisa hingga tergeletak di ranjang megah. Dia menindih tubuh Raisa, menatap dalam manik mata biru wanita itu. Belum ada gerakan yang dia lakukan. Dia hanya terus menatap keindahan yang ada di hadapannya.

“Jangan hanya menatapku saja, apa kau tidak ingin menyentuhku?” Raisa menarik tangan pria itu agar menyentuh tubuhnya.

Pria tampan itu tak bisa menolaknya. Dia mulai menyentuh setiap inci tubuh Raisa. Lantas, dia mulai mencium leher jenjang Raisa—bagian tubuh yang sangat disukainya.

Raisa memejamkan kedua matanya, dia mulai menahan napasnya saat kedua tangan pria itu mulai melepaskan bra yang dikenakannya. Dia meremas punggung pria kekar itu sambil mengeluarkan suara lenguhan dari bibir manisnya.

“Raisa …” Pria itu menatap kedua payudara Raisa yang berukuran padat dan kencang itu. Dia meremas payudara Raisa, sekaligus memainkan puting payudara wanita itu—membuat Raisa semakin tak bisa menahan hasratnya lagi.

Pria tampan itu mulai memainkan bibirnya di atas tubuh Raisa, dia mencecapnya, menciumnya hingga membuat Raisa merasa hangat saat bibir basah pria itu menyentuh kulit tubuhnya. Tampak wanita itu bergeliat, melenguh dengan penuh gejolak yang begitu membara.

Raisa mendesah saat pria itu mulai mengisap salah satu payudaranya. Wanita cantik itu semakin tak bisa menahannya lagi. Apa lagi setiap sentuhan yang pria itu lakukan membuatnya jadi terlihat lebih ganas.

Entah kekuatan dari mana, Raisa membalik posisi tubuh mereka. Pria yang sejak tadi menikmati tubuhnya itu langsung menatap tubuh indah Raisa. Pria itu kembali menyentuh kedua payudara Raisa. Dia memainkan jemarinya di puting payudara wanita itu.

Raisa membungkuk, lalu mencium bibir pria itu dengan rakus. Dia menggerakkan pinggulnya di atas perut pria itu. Hal ini semakin membuat tubuh keduanya menjadi lebih tegang. Bahkan kejantanan pria itu sudah terlihat keras dan membesar. Bokongnya menyentuh kejantanan pria itu, dan langsung membuatnya melepaskan ciuman. Dia menurunkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan tombak besar itu. Detik itu juga, dia menyentuhnya, tersenyum lalu memasukkan milik pria itu ke dalam mulutnya.

Fuck, Raisa!” geram pria itu di kala Raisa mengisap kejantanannya begitu nikmat layaknya permen lollipop. Dia menjambak pelan rambut Raisa. Erangan, geraman, dan desahan lolos bercampur menjadi satu di bibir pria tampan itu.

Pengaruh minuman beralkohol membuat Raisa tidak sadar dengan tindakannya saat ini. Wanita cantik itu terus menunjukkan kehebatannya. Hal ini semakin membuat pria tersebut terpuaskan. Suara desahannya terdengar semakin keras, membuat Raisa merasa senang saat dia bisa membuat lawannya puas.

Pria itu menarik kepala Raisa, menatap wajah cantik wanita itu. Dia melihat apa yang sedang dilakukan wanita cantik itu. Dia merasa senang saat bisa bertemu dengan wanita yang sudah lama tidak dijumpainya itu. Namun entah kenapa, ada rasa sedikit bersalah jika dia melanjutkan kegiatan yang sedang dilakukannya itu dalam kondisi seperti ini.

“Aku tidak bisa berhenti jika ini dilanjutkan, Raisa,” bisik pria itu serak di depan bibir Raisa.

Raisa mencium bibir pria itu lembut sambil membelai rahang pria tampan itu. Matanya sayu penih dengan gelora hasrat seolah ingin meledak. Matanya sudah berkabut penuh hasrat membara.

Do it. Jangan ditahan. Puaskan aku,” bisik Raisa seraya meremas pelan lengan kekar pria tampan itu.

Pria itu tersenyum puas mendengar jawaban Raisa. “I will, Baby.” Dia mulai membuka kedua paha Raisa—menyatukan kejantanannya ke dalam liang sempit Raisa.

“Ah!” Raisa meremas lengan kekar pria tampan itu. Kuku panjangnya sampai menembus kulit lengan pria itu.

Pria tampan itu mulai menggerakkan pinggul, memberikan ritme lambat. Dia menikmati milik Raisa yang masih terasa sempit. Dia semakin bersemangat saat mendengar suara desahan yang lolos dari bibir Raisa.

Pria tampan itu masih mengatur gerakannya sambil memainkan kedua tangannya di payudara Raisa. Hal ini semakin membuat Raisa tak bisa berhenti mengeluarkan suara desahan. Bibir wanita itu terlihat merah itu semakin membuatnya semakin tergoda. Pria itu menikmatin, mencium dan mengisap bibir manis Raisa hingga membuat Raisa hampir saja kewalahan.

Pria tampan itu tidak menghentikan aktifitasnya, dia masih menggerakan pinggulnya dengan gerakan lambat. Bibirnya berada di atas payudara Raisa, memainkan ujung lingualnya serta bibirnya di atas puting payudara wanita itu.

“Ah, ah, ah.” Raisa sangat menikmati milik pria itu yang terasa sangat besar menembus miliknya yang sempit itu.

Suara erangan dan desahan terdengar saling bersahutan. Suhu udara yang tadi terasa sangat dingin kini berubah menjadi panas. Suara derit ranjang tidur juga terdengar dengan jelas. Buliran peluh mulai membasahi wajah dan tubuh mereka berdua. Namun, pria tampan itu masih berusaha untuk menuntaskan hasratnya yang masih terpendam, seakan tak pernah bisa terpuaskan.

Shit, kau masih sempit seperti dulu, Raisa,” geram pria tampan itu yang tak menghentikan hunjamannya.

Raisa merintih sambil memeluk erat punggung kekar pria tampan itu. Lantas, dengan sengaja, pria itu menyemburkan lahar panasnya ke dalam rahim Raisa. Dia berguling ke samping di kala sudah mencapai puncaknya. Detik selanjutnya, pria itu menarik tubuh Raisa masuk ke dalam pelukannya.

Raisa sudah tidak lagi bertenaga. Energy-nya seakan terkuras habis, membuat wanita itu kini langsung tertidur dengan lelap usai melakukan kegiatan panas. Tampak jelas dia terlihat sangat kelelahan.

“Kau tidak pernah berubah, Raisa,” bisik pria tampan itu sambil mengecupi bibir Raisa dengan penuh kelembutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
eee JD Raisa jg dah pernah jungkat jungkit ma laki2 toh..Brati dia gak Polor jg ya..apa ni mantan nya Raissa ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Oh, My Ex!   Bab 18. Rylan Blackburn Banyak Berubah

    “What? Jadi, Rylan berhasil melumpuhkan dua orang penjahat? Astaga, aku tidak menyangka dia tetap masih hebat dan keren!”Komentar Winona begitu kagum pada sosok Rylan. Dia baru saja diberi tahu oleh Raisa tentang kejadian penyerangan waktu itu. Meski awalnya Winona panik, tetapi Raisa menjelaskan dengan jelas bahwa Rylan mampu melawan bahkan melumpuhkan dua penjahat sekaligus.Ya, pagi itu Raisa sedang menikmati secangkir susu cokelat hangat, dan Winona ternyata datang ke apartemennya. Well, dia masih sama masih menjadi pengangguran. Dia masih tahu apa yang harus dia lakukan. Namun, tetap meski demikian dia mencoba untuk tetap menikmati kehidupan ini.“Jujur, aku ingin sekali tahu siapa penjahat yang ingin mencelakai Rylan,” jawab Raisa dengan embusan napas panjang.Winona menatap Raisa saksama. “Apa kau mencemaskan keadaan Rylan? Maksudku, kau takut Rylan dalam bahaya?” tanyanya meledek.Raisa yang menyadari pertanyaan Winona langsung menggelengkan kepalanya tegas. “Tentu saja aku t

  • Oh, My Ex!   Bab 17. Rylan Vs Garry

    Botol wine telah pecah dan berserakan di lantai. Aroma anggur mahal begitu kental di ruangan itu. Tampak Omari, asisten pribadi Garry nyari menjadi korban kemarahan Garry Lawson. Dia berdiri di dekat botol wine yang telah pecah akibat tuannya melempar botol wine—dan mengenai dinding. Bisa dikatakan nyaris mengenai dirinya.“Kenapa orang bayaran kita idiot sekali!? Bisa-bisanya kalah hanya melawa satu orang saja!” bentak Garry, dengan sorot mata tajam, dan napas memburu menunjukkan kemarahan yang berkobar di dalam diri.Omari menundukkan kepalanya, di kala mendapatkan amarah besar dari tuannya itu. “Tuan, maaf saya tidak tahu kalau ternyata Rylan Blackburn cukup hebat dalam bela diri. Jika saya tahu dari awal, saya pasti akan menyiapkan pembunuh bayaran lebih banyak lagi untuk melumpuhkannya.”“Aku tidak mau mendengar ucapan maafmu! Yang aku mau tahu adalah hasil dari rencana yang tersusun sempurna, Bodoh!” bentak Garry lagi.Omari tetap menundukkan kepala. “Tuan, dua pembunuh bayaran

  • Oh, My Ex!   Bab 16. Dugaan Rylan Tak Pernah Meleset

    Aroma anyir darah semerbak tercium. Penjahat yang menyerang Rylan tewas di tempat. Raisa yang melihat penjahat itu tewas di tempat, dia langsung dilingkupi ketakutan. Bahkan kakinya seakan seperti jelly yang tak bisa berdiri tegak. Tepat di kala Raisa nyaris pingsan—Rylan dengan sigap merengkuh bahu wanita itu. “R-Rylan—” Lidah Raisa mendadak kelu. Tenggorokannya tercekat melihat para penjahat yang menyerang Rylan telah merenggang nyawa. Hal yang paling mengejutkan adalah di kala satu orang penjahat tersisa, tapi ada tembakan dari jarak jauh—membuat penjahat yang tersisa itu juga merenggang nyawa.Rylan tak berkata apa pun. Pria tampan itu trus memeluk tubuh Raisa, seraya mengendarkan pandangan ke sekitar. Penembak jarak jauh sudah pergi, dan dia tak bisa mengejar. Alasan kuat dia memilih tak mengejar adalah agar Raisa tidak berada dalam bahaya.Rylan berada di tempat itu, diserang ketika bersama dengan Raisa. Dia ingin bertindak lebih, tetapi fokus utamanya adalah membuat Raisa aman

  • Oh, My Ex!   Bab 15. Pencobaan Pembunuhan

    Raut wajah Raisa berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Rylan. Lidahnya tak tahan untuk menyela, tetapi semua itu seakan tertahan di tengorokannya—tak mampu mengeluarkan kata sedikit pun. Dia memilih untuk membuang muka, dan tak mau lagi menatap Rylan.Rylan tersenyum, melihat Raisa membuang pandangan padanya. Dia selalu gemas akan sifat Raisa. Dia memutuskan untuk tak lagi menggoda wanita itu. Dia menikmati makanan terhidang sembari menatap wanita itu yang tampak memasang wajah ketus.Tak selang lama, tepatnya ketika makanan sudah habis disantap, Rylan membayar bill makanan. Lantas, tanpa permisi, dia menggenggam tangan Raisa, membawa wanita itu masuk ke dalam mobilnya.Raisa memasang wajah dingin, di kala tangan Rylan menggenggam tangannya. Dia bermaksud untuk melepaskan genggaman tangan pria itu, tetapi entah dia tak mengerti kenapa hatinya seakan tak ingin genggaman itu terlepas.Raisa bagaikan hewan yang patuh di kala tangan Rylan terus memberikan genggaman erat. Dia mengumpat

  • Oh, My Ex!   Bab 14. Masih Tetap Naif

    Pagi menyapa, Raisa bersantai di apartemen seraya menonton salah satu film action. Wanita cantik itu sudah bangun sejak awal, akibat pikiran yang sedang kacau. Perkataan Jenny, adiknya yang sialan itu berputar di pikirannya. Sialnya, dia belum mendapatakan petunjuk tentang bukti perselingkuhan Garry dan Jenny.Raisa menyesal saat memergoki Garry dan Jenny berhubungan intim, dia tak mengambil gambar. Ah, betapa bodohnya dia. Pun dia tak pernah tahu adiknya akan balik menyerang dirinya. Dia terlalu bodoh, berpikir adiknya pasti akan merasa tersudut. Ternyata di sini keadaan bisa diputar.Suara bell berbunyi. Raisa berdecak kesal. Wanita itu berharap yang datang bukan adiknya. Oh, God, jika adiknya yang datang, rasanya dia ingin menusuk belati ke jantung adiknya yang sialan itu. Andai saja membunuh tidak dihukum penjara, maka dia pasti akan membunuh adiknya yang berhati iblis.“Semoga bukan kau yang datang, Jalang!” gumam Raisa kesal, sambil berdoa bukan adiknya yang datang. Dia lelah ji

  • Oh, My Ex!   Bab 13. Jenny Adalah Wanita yang Sangat Licik

    “Apa rencanamu, Raisa?” Winona, sahabat baik Raisa, mendatangi Raisa lagi ke apartemen. Wanita itu dilanda keterkejutan akan fakta di mana Raisa one night stand dengan Rylan Blackburn. Pun dia bermaksud ingin selalu di samping sahabatnya itu dalam kondisi rumit seperti sekarang ini.“Aku ingin sekali meninggalkan kota ini,” jawab Raisa dengan embusan napas panjang, dan memejamkan mata lelah. Dia merasa lelah, dengan segala masalah yang ada dalam dirinya.Kening Winona mengerut dalam. “Kau ingin ke mana? Keluargamu tinggal di sini, Raisa,” ujarnya dengan nada bingung.“Pilihanku jatuh pada New York. Aku ingin segera meninggalkan Chicago, dan menetap tinggal di New York.”“Kau yakin?”“Ya, sangat yakin.”“Oke, katakan padaku, apa yang akan kau lakukan di New York?”“Mungkin aku akan membuka usaha sendiri. Aku masih memiliki tabungan. Aku bisa bertahan hidup dari tabunganku.”Winona berdecak kesal. “Come on, ayahmu bahkan memiliki perusahaan cukup besar. Kenapa kau harus bersusah payah s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status