Pengkhianatan sang tunangan membuat hidup Raisa hancur. Dia telah merancang pernikahan yang sempurna dengan tunangannya, tapi dalam sekejap semua sirna di kala dia memergoki tunangannya dengan adik kandungnya tidur bersama. Dunia Raisa terasa runtuh, dia mendatangi klub malam untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, siapa yang menyangka kesialan hadir di hidupnya. Dia mabuk berat hingga berakhir di ranjang dengan Rylan Blackburn—mantan kekasihnya yang meninggalkannya tanpa sebab. Raisa membenci Rylan yang pergi begitu saja tanpa ada penjelasan. Beberapa tahun sudah dia mencoba berdamai dengan kenyataan, dan bahkan membuka hatinya pada seorang pria, tapi semesta seakan tak mengizinkannya untuk hidup bahagia. Raisa terjebak cinta satu malam dengan mantan kekasihnya sendiri. Bagaikan terjebak di dalam lingkaran api, mampukah Raisa mengatasi ini? Atau dia membiarkan dirinya terjerat kembali oleh masa lalunya?
View MoreBandar Udara Internasional O'Hare, Chicago, Illinois, USA.
Pesawat tujuan Melbourne—Chicago baru saja mendarat. Wanita cantik yang memiliki wajah oval itu terlihat sedang menarik koper berwarna hitam miliknya. Penampilannya yang sempurna selalu membuatnya terlihat sangat cantik.
Raisa Marin, dia adalah wanita cantik yang baru saja kembali dari mengikuti pelatihan dari perusahaannya. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan pada sang tunangan. Sudah lama tidak berjumpa membuat Raisa dilanda rasa rindu yang hebat.
Raisa tersenyum saat dia bisa menikmati udara segar. Rambut pirang panjangnya terurai dengan bebas begitu memukau. Serta perpaduan manik mata birunya terlihat indah saat dia membuka kacamata hitam yang dikenakannya sejak tadi. Wanita cantik berdarah Indonesia dan Amerika itu memang memiliki paras yang sempurna.
“Pasti Garry sangat terkejut, karena aku kembali lebih awal, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya,” gumam Raisa pada dirinya sendiri.
Raisa memegang dadanya yang berdebar saat dia sudah berada di depan pintu apartemen tunangannya. Dia mengatur napasnya sebelum membuka kode akses. Raisa memiliki kode apartenen sang tunangan, karena dia sendiri yang membuat kode pintu apartemen tunangannya.
Wanita cantik itu membuka pintunya dengan sangat hati-hati. Lantas kedua manik matanya melebar melihat sepasang high heels yang Raisa tahu jika itu bukan miliknya, apa lagi posisi high heels tersebut berantakan.
Debaran di dada Raisa semakin cepat, dia bahkan mulai merasa sesak saat mendengar suara wanita dari arah kamar sang tunangan. Kedua tangan yang terkepal, Raisa masuk ke dalam. Dia bisa mendengar suara aneh dari dalam kamar.
Seketika kedua bola mata Raisa terbelalak terkejut saat melihat tunangannya dan adik kandungnya sedang melakukan hubungan yang tidak pernah Raisa bayangkan sebelumnya.
Garry yang sedang menikmati tubuh wanita yang ada di bawah kungkungannya itu terkejut melihat kedatangan Raisa.
“Raisa?” Mata Garry melebar panik.
“Kakak?” Jenny langsung menarik selimut untuk menutup tubuh polosnya.
Raisa memejamkan matanya sejenak sambil mengatur napasnya. Dia ingin menyangkal jika apa yang dilihatnya itu adalah salah. Namun sayangnya, saat kedua bola matanya terbuka. Apa yang ada di depan matanya benar-benar sangat nyata.
“Sayang … a-aku bisa menjelaskan semuanya,” ucap Garry sambil mengambil celana miliknya yang ada di lantai.
“Stop! Jangan mendekatiku dengan tubuh kotormu itu!” seru Raisa dengan penuh emosi, dan kedua matanya sudah memerah. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh membasahi pipinya.
“Tapi—”
“Kak—”
“Diam! Aku tidak sangka kalian tega melakukan ini padaku.” Mata Raisa sudah berkaca-kaca tak sanggup lagi menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah. Hatinya sesak luar biasa. Dadanya seakan diterpa oleh hantaman batu keras.
“Sayang, aku bisa menjelaskan. Ini tidak seperti yang kau pikir.” Garry hendak mendekat, tapi Raisa langsung menghindar dari pria itu. Dia terlalu jijik berada di dekat Garry.
“Tidak ada yang harus dijelaskan. Aku sudah melihat dengan jelas.” Raisa menjeda, menyeka air matanya seraya melanjutkan susah payah, “Kalian berdua cocok. Bahkan sangat cocok.” Dia memilih pergi meninggalkan apartemen itu.
“Raisa, tunggu.” Garry mengejar tunangannya, berusaha menahan lengan Raisa, tapi dengan cepat—Raisa menepis kasar tangan Garry.
“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu! Hubungan kita berakhir sampai di sini!” ucap Raisa tegas dengan mata yang memerah akibat air matanya yang tadi sudah keluar. Detik selanjutnya, dia pergi meninggalkan apartemen yang penuh dengan kenangan yang menyakitkan itu.
***
Dentuman musik dan kepulan asap rokok mulai menemani Raisa saat ini. Wanita cantik itu duduk di depan meja bar. Dia memesan segelas minuman beralkohol untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Raisa berdecih saat dia melihat pasangan muda mudi asik berdansa di dance floor. Dia mengumpati nasibnya yang tak beruntung seperti orang-orang di sana. Dia menenggak minumannya hingga tandas, lalu dia memesannya lagi. Wanita cantik itu menari mengikuti alunan musik.
Dari kejauhan ada beberapa pria yang mengawasi Raisa, tapi satu di antara mereka berani mendekati Raisa sambil membawa segelas minuman beralkohol. Pria yang menghampiri Raisa itu sejak tadi sudah tergoda dengan kecantikannya. Apa lagi gaun hitam seksi yang digunakannya membuat lekuk tubuh Raisa semakin terlihat sempurna.
“Hai cantik, sendirian saja?” sapa pria tersebut.
Raisa memilih mengabaikannya, dia sedang tidak ingin diganggu. Namun, sepertinya pria itu masih berusaha mencari celah agar bisa dekat dengan Raisa.
“Minumlah. Ini untukmu.” Pria itu menyodorkan minumannya, dan sayangnya Raisa malah menolak minuman tersebut.
“No, thanks.” Raisa berucap dengan nada ketus, meskipun alkohol sudah mengusainya, dia tetap berusaha untuk tetap sadar.
“Come on, jangan munafik.” Pria asing itu menyentuh tangan Raisa, tapi dengan cepat Raisa menepis kasar tangan pria asing itu.
“Jangan ganggu aku!” seru Raisa mengusir pria asing itu. Nadanya meracau. Kewarasannya masih ada di dalam otaknya meski hanya sedikit.
Pria asing itu berdecak. “Jangan munafik! Aku tahu kau menginginkan sentuhanku!” Dia hendak merengkuh bahu Raisa, tetapi …
“Jangan ganggu dia!” bentak seorang pria dari arah lain, dengan nada keras, tegas dan penuh wibawa.
“Siapa kau?” Pria asing yang mengganggu Raisa menatap tajam pria yang baru saja datang.
Pria tampan yang baru datang itu mendekat, menatap tajam dan penuh amarah pada pria asing yang mengganggu Raisa. “Tidak penting kau tahu siapa aku. Aku akan melenyapkanmu, jika kau tidak pergi dari hadapanku.”
“Kau pikir aku takut padamu?” Pria yang mengganggu Raisa tak terima pada pria yang baru saja datang—tapi malah sudah berani mengancamnya.
Pria tampan yang baru saja datang itu mendekat pada pria yang mengganggu Raisa. Dia melayangkan tatapan tajam penuh permusuhan dan emosi. “Lima pengawalku ada di belakangku. Jika kau menguji kesabaranku, mereka tidak segan-segan untuk menghabisi nyawamu!” desisnya tajam penuh ancaman yang tak main-main.
Pria asing yang mengganggu Raisa menatap lima pengawal yang berdiri tak jauh dari pria yang baru saja datang itu. Raut wajahnya berubah menjadi sedikit memucat akibat rasa takut. Detik selanjutnya, tanpa mengatakan apa pun dia segera pergi menjauh dari Raisa.
Raisa memicingkan matanya, menatap wajah pria tampan yang baru saja datang. “Hey, tampan. Apa kita saling mengenal? Aku seperti tidak asing saat melihat wajahmu.”
Pria yang baru saja datang itu segera menangkap tubuh Raisa di kala minuman telah menguasai Raisa.
“Hey, bicaralah. Apa kita saling mengenal?” racau Raisa mabuk sambil menciumi rahang pria yang baru saja datang. “Harum, kau sangat harum sekali. Aroma Perfume yang kau pakai sepertinya aku kenali.”
Pria itu tersenyum samar mendengar ucapan Raisa. “Kau sangat mengenal aroma tubuhku, Raisa.” Dia langsung menggendong tubuh Raisa gaya bridal—dan membawanya pergi meninggalkan kelab malam.
Keputusan besar yang Raisa ambil adalah pindah kerja. Dia sudah muak bertemu dengan Garry. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan pria berengsek itu. Tidak akan pernah Raisa mau mendengar penjelasan dari pria bajingan itu.Raisa bekerja di Lawson Group menjabat sebagai Direktur Marketing—yang mana Lawson Group adalah milik Garry. Bukan tak mau bersikap professional, tapi Raisa merasa sudah cukup untuk melihat Garry.Jika Garry berselingkuh dengan wanita lain, pasti hancurnya hati Raisa tidak akan seperti sekarang ini. Perselingkuhan calon suami dan adik kandungnya sendiri adalah hal yang paling menyakitkan. Sampai detik ini saja, Raisa enggan datang ke keluarganya. Pun dia menghindari telepon dari kedua orang tuanya.Pagi-pagi sekali Raisa sudah ada di kantor, rapi dengan pakaian formalnya, wanita cantik itu selalu terlihat elegant dan juga menawan. Blouse berwarna putih dengan pita besar di bagian dada, serta rok berwarna pink cerah berbentuk A-line itu membuat penampilan Raisa tampak m
Raisa pergi meninggalkan hotel dengan menggunakan taksi. Tadi dia dipaksa diantar Rylan, tapi dia menolak dengan tegas. Beruntung Rylan tidak memaksanya lagi. Sekarang tatapannya menatap keluar jendela—memperhatikan pemandangan di luar sana dengan tatapan mata kosongnya.Air mata yang sejak tadi ditahan itu lolos juga. Raisa sudah tak mampu membendungnya lagi, dia mengusap kedua pipinya dengan kasar. Luka yang masih basah, kini semakin basah dengan hadirnya Rylan—pria yang tidak pernah ingin dia jumpai. Rylan adalah pria yang dirinya anggap sudah mati dan tak layak untuk diingat lagi.Raisa turun dari taksi usai tiba di lobby apartemennya, lalu tiba-tiba raut wajahnya terkejut melihat mantan tunangannya ada di hadapannya.“Raisa tunggu! Aku bisa jelaskan semuanya padamu!” seru Garry sambil menahan tangan Raisa.Raisa menepis kasar tangan pria itu. “Dan aku pikir tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!”Garry tampak putus asa melihat kemarahan di wajah Raisa. “Raisa, dengarkan aku du
Raisa mulai terusik saat matahari pagi mulai menyentuh wajahnya. Pun dia merasa sekujur tubuhnya terasa sakit, kepalanya juga terasa sangat berat. Dia menyentuh dahinya sambil memijatnya. Perlahan-lahan dia mulai membuka kedua matanya—mengedipkan kedua matanya beberapa kali, dia memperhatikan dirinya bukan berada di kamarnya. Lantas di mana ini? Raisa menoleh ke samping, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali dirinya dengan kondisi yang terlihat kacau.Seketika raut wajah Raisa berubah melihat banyak pakaian berserakan di lantai. Napasnya tercekat. Jantungnya berpacu tak karuan seakan ingin berhenti berdetak. Kepalanya semakin memberat. Dia menurunkan pandangannya, melihat tubuhnya telanjang tanpa memakai sehelai benang pun—hanya selimut tebal yang membalut tubuh. Dia menelan salivanya susah payah menatap banyak tanda kemerahan di payudaranya.Otak Raisa berusaha berpikir jernih. Namun, sayangnya dia benar-benar sangat kacau. Ingatan Raisa teringat akan kejadian kemarin. Kejadian yang
Mata biru Raisa sayu, menatap pria tampan yang sedang mengemudikan mobil. Jambang pria tampan itu tampak seksi. Hidungnya mancung menjulang melebihi bibir. Alis tebal serta bibir merah dan sedikit tebal benar-benar membuatnya terlihat rupawan. Raisa merasa malaikat telah mendatangkan Dewa tampan di sampingnya.“Tampan, wajahmu benar-benar tidak asing di mataku.” Raisa mendekati wajahnya ke wajah pria yang sedang mengemudikan mobilnya. Dia mengendus, mencoba mengingat aroma perfume yang tak asing di indra penciumannya itu.Pria tampan yang sedang mengemudikan mobil itu tak mengindahkan apa yang diucapkan oleh Raisa. Dia fokus melajukan mobil. Racauan Raisa sama sekali tidak didengarkan olehnya.“Hey, jawab aku. Apa kita saling mengenal? Aroma tubuhmu seperti pernah aku cium.” Dengan berani, Raisa kembali mencium rahang pria yang sudah menyelamatkannya dari pria hidung belang. Dia terlihat sangat agresif, ini semua karena pengaruh minuman alkohol yang entah sudah berapa banyak dia minum
Bandar Udara Internasional O'Hare, Chicago, Illinois, USA. Pesawat tujuan Melbourne—Chicago baru saja mendarat. Wanita cantik yang memiliki wajah oval itu terlihat sedang menarik koper berwarna hitam miliknya. Penampilannya yang sempurna selalu membuatnya terlihat sangat cantik.Raisa Marin, dia adalah wanita cantik yang baru saja kembali dari mengikuti pelatihan dari perusahaannya. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan pada sang tunangan. Sudah lama tidak berjumpa membuat Raisa dilanda rasa rindu yang hebat.Raisa tersenyum saat dia bisa menikmati udara segar. Rambut pirang panjangnya terurai dengan bebas begitu memukau. Serta perpaduan manik mata birunya terlihat indah saat dia membuka kacamata hitam yang dikenakannya sejak tadi. Wanita cantik berdarah Indonesia dan Amerika itu memang memiliki paras yang sempurna. “Pasti Garry sangat terkejut, karena aku kembali lebih awal, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya,” gumam Raisa pada dirinya sendiri.Raisa memegang d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments