Share

Oh, My Prince
Oh, My Prince
Penulis: Miss M

Surat Dari Kerajaan

"Balikin nggak!" Ucap Alex kecil dengan nada marah.

"Nggak mau! Ini punya aku!" Teriak Shaunia kecil sambil memeluk dan melindungi mainannya dengan sungguh-sungguh. Bibir merah mungil milik Shaunia Evangeline yang berusia tujuh tahun, memberengut marah dengan sangat menggemaskan.

"Dasar si karat gendut!" Ejek Alex kepada Shaunia. Shaunia kecil memang berperawakan sangat montok dan ia mengenakan behel (baca : kawat gigi) serta kacamata super besar.

"Apapun yang kuinginkan, harus menjadi milikku!" Kata Alex lagi dengan angkuhnya.

Meskipun masih baru berusia sembilan tahun, Pangeran Alexander Phillip Roland III, Putra kedua sekaligus bungsu dari pasangan Raja Roland dan Ratu Sophia dari negara Androva, sudah menunjukkan sikap angkuh menyebalkan yang luar biasa.

"Nggak bisa. Mainan ini diberikan oleh ayahku sebelum meninggal," Shaunia masih bersikeras.

"Milikku!" Ujar Alex sambil menarik mainan tersebut dari pelukan Shaunia.

"Punyaku!" Shaunia mati-matian berusaha mempertahankan mainan miliknya dengan sekuat tenaga.

Alex mencubit pipi chubby Shaunia sampai pipinya terasa sakit.

"Siniin nggak! Kalau nggak nanti aku akan panggil pasukan ayahku untuk menangkapmu, nih!" Ancam Alex lagi.

"Pokoknya tetap nggak!" Shaunia bersikeras.

"Aduh, sakit tahu!" Teriak Shaunia. Matanya berair.

"Apa? Mau menangis? Dasar cengeng!" Bentak Alex.

"Pengawal! Tangkap dia dan ambil mainannya!" Teriak Alex kepada para pengawalnya.

"Kamu curang! Masa pakai pasukan ayahmu untuk merebut mainan!" Ujar Shaunia dengan marah.

"Aku ini Pangeran. Aku bebas berbuat sesuka hatiku!" Sahut Alex dengan pongahnya.

Lima orang pria berpakaian seragam resmi kenegaraan langsung masuk dan mendekati Shaunia.

"Adik kecil! Serahkan mainanmu untuk Pangeran Alex ya," bujuk salah satu pengawal.

Shaunia kecil tetap tidak gentar dan terus memeluk mainannya.

"Masa mengambil mainan dari anak kecil itu saja kau tidak bisa?" Bentak Alex pada pengawalnya.

"Kalau begitu mana bisa kau melindungiku? Akan kupecat dan kukirim kau ke penjara!" Teriak Alex murka.

Sang pengawal yang mendengar bahwa dirinya akan dipecat dan dikirim ke penjara langsung ciut. Ia bergegas membujuk Shaunia sambil mulai menarik paksa mainan mobil-mobilan yang terbuat dari kayu tersebut.

"Ayo, serahkan mainannya padaku!" Kata pengawal itu.

Bernadette, ibu Shaunia yang bekerja sebagai  pelayan di istana, datang dengan terburu-buru menghampiri putrinya. Ia telah diberitahu oleh salah seorang rekannya bahwa lagi-lagi putrinya bermasalah dengan Pangeran Alex.

"Maafkan anak saya, Pangeran!" Seru Bernadette sambil membungkuk mohon ampun.

"Shaunia, kemarikan mainannya!" Perintah Bernadette kepada Shaunia sambil memberikan kode, bahwa Shaunia akan kena marah jika tidak menuruti perkataan ibunya.

Akhirnya dengan berat hati, Shaunia mulai melonggarkan pelukannya terhadap mainan itu, namun ia belum melepaskannya.

Salah seorang pengawal yang melihat kesempatan itu langsung mengambil mainan tersebut dari tangan Shaunia.

"Silahkan Pangeran. Ini mainannya," kata pengawal itu sambil membungkuk ketika menyerahkan mainan tersebut.

Alex mengambilnya dengan wajah penuh kemenangan dan menatap ke arah Shaunia dengan pandangan meremehkan.

Bibir Shaunia kecil mulai bergetar dan akhirnya ia menangis sambil digendong pergi oleh ibunya.

"Aku benci kamuuuu!!!!" Teriak Shaunia kecil, suaranya semakin menjauh.

                              ****

Tujuh belas tahun kemudian .....

Alex terbangun dan membuka matanya sambil mengerjap-ngerjap.

Bulu matanya yang tebal ikut bergerak-gerak dengan indahnya.

'Aneh! Mengapa aku bisa mimpi tentang masa kecilku lagi?' Tanya Alex dalam hati.

'Padahal hal itu sudah lama berlalu.'

'Mimpi tentang anak itu pula!'

"Lex! Kau sudah bangun, tampan?" Sebuah tangan yang putih dan lembut menyapu rahangnya yang kokoh.

"Baru saja!" Jawab Alex sambil menengok ke arah seorang wanita cantik bertubuh sexy yang terbaring disebelahnya, tanpa mengenakan pakaian apapun.

Ia langsung mencium wanita itu dengan penuh nafsu, kemudian menindihnya dan memulai permainan yang menggelora di pagi hari itu diiringi erangan dahsyat si wanita yang diserang secara gila-gilaan oleh Alex.

Ketika akhirnya Alex selesai menikmati 'sarapan pagi' yang nikmat, wanita itu mendesah puas kelelahan dengan permainan panas mereka.

"Oh, Alex! Kau memang sungguh hebat dalam bercinta," Kata wanita itu.

"Itu karena kau hot sekali ...." Perkataan Alex terhenti.

"Siapa namamu?" Tanya Alex pada wanita itu.

"Oh, Alex. Masa kau tidak mengingat namaku? Aku Tatiana!" Jawab wanita itu setengah kesal dengan nada manja sambil memukul main-main dada bidang Alex.

"Maafkan aku, Tanya sayang. Kurasa terlalu banyak wanita yang mampir di atas tempat tidur ini," Jawab Alex tak acuh. 

"Tatiana, Alex! Namaku Tatiana bukan Tanya," seru wanita itu dengan kesal.

"Terserah siapapun namamu, Babe! Yang penting kau sudah dapat memuaskan diriku," jawab Alex.

Sesaat kemudian, Ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia berguling dari atas tubuh Tatiana dan mengenakan jubah kimono putih dan bergerak untuk membuka pintu.

"Ada apa?" Katanya dengan gaya malas.

"Maaf, Pangeran! Ada sebuah surat dari Ayahanda Anda," Jawab seorang pelayan membungkuk sambil menyerahkan sepucuk surat.

Alex mengambilnya kemudian membanting pintu kamarnya di depan pelayan itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Si pelayan langsung mencibir dengan kesal sebelum berbalik pergi. Jika saja gajinya tidak sebesar ini, ia tak akan sudi menjadi pelayan pria itu. Dia adalah bangsawan paling brengsek sedunia.

"Pangeran?" Tanya Tatiana tiba-tiba sudah berada di dekat Alex dan sudah berpakaian.

"Apa kau seorang pangeran?" Tanya Tatiana dengan antusias.

"Aku telah bercinta dengan seorang pangeran?" Tatiana berteriak kegirangan.

"Mimpi kau! Aku bukan pangeran, Tara!" Tukas Alex dengan ketus. Ia memang tidak pernah mengungkapkan siapa sesungguhnya dirinya selama berada di Inggris.

"Tatiana! Namaku Tatiana!" Kata wanita itu lagi mencoba untuk memeluk Alex dengan manja.

Namun yang terjadi adalah Alex mengelak dan kemudian mendorong Tatiana keluar dari pintu kamarnya dan membanting pintunya.

"Alex! Alex! Alex!" Tatiana menggedor-gedor pintu.

"Dasar pengganggu!" Omel Alex kemudian duduk di atas tempat tidurnya.

Alex membolak balik surat resmi dari ayahnya yang seorang raja.

"Dasar kakek tua! Jaman seperti ini masih saja menggunakan surat. Pakai telepon sajakan bisa!" Alex tertawa sinis.

Ia membuka segel kerajaan pada amplop surat itu kemudian mengeluarkan sepucuk surat dari dalamnya, kemudian mulai membaca.

###

Dear Alexander,

Anakku, segeralah kembali ke Androva. Ada hal spenting yang harus Ayah beritahukan kepadamu!

Tertanda,

King Roland

###

Alex menatap surat itu lama sekali. Ada apa gerangan sehingga dirinya dipanggil untuk kembali ke istana?

Bukankah ia sudah diasingkan dari negaranya sendiri bahkan oleh kedua orang tuanya sendiri?

Apakah ada sesuatu yang genting sedang terjadi di sana?

Haruskah ia menuruti perintah ayahnya setelah ia dibuang dari anggota keluarga kerajaan?

"Baiklah! Aku akan kembali untuk melihat ada apa sesungguhnya yang sedang terjadi di sana!" Alex akhirnya mengambil keputusan.

Ia bangkit dan kemudian mulai beranjak untuk mengemas pakaiannya. Kemudian ia memanggil salah seorang ajudannya.

"Siapkan pesawat untukku! Aku harus kembali ke Androva!"

To be continue ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status