Share

Sang Putra Mahkota

Siang itu, Alex duduk di dalam sebuah pesawat jet pribadi miliknya yang akan membawanya kembali ke Androva.

Meski ia telah dibuang dari keluarga kerajaan,  tapi kedua orang tuanya tetap memberikan fasilitas mewah untuk dinikmatinya selama ia diasingkan di Inggris.

Di sana ia menempuh pendidikan di tempat para bangsawan menyekolahkan anak-anak mereka. Setelah lulus, ia hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, berpesta dan membawa sederet wanita cantik nan sexy ke atas tempat tidurnya.

Ia sama sekali tidak mau repot-repot bekerja apalagi memikirkan masalah kenegaraan. Toh bukan ia yang akan mewarisi tahta kerajaan.

Nama 'Calon Pewaris kedua' itu hanya sebuah daftar tunggu yang panjang dan tidak mungkin diraihnya. Karena sang kakak yang hanya berbeda dua tahun tiga bulan darinya itu selalu lebih unggul darinya dalam segala hal.

Ayah dan ibunya selalu membuat dirinya dan sang kakak bersaing untuk menempati posisi nomor satu. Tentu saja kakaknya selalu menang. Buktinya ia menjadi pewaris Tahta kerajaankan. Sementara dirinya hanya menjadi seorang pecundang yang selalu membuat masalah hingga pada akhirnya disingkirkan.

                                 ****

'PRAANNGG!'

Sebuah piring pecah berhamburan di lantai dapur istana.

Shaunia buru-buru berjongkok dan mulai mengumpulkan pecahan piring tersebut.

"Aduh!" Erang shaunia ketika merasakan jarinya tergores oleh pecahan piring tersebut dan mulai mengeluarkan darah.

"Dia belum lagi pulang, namun aku sudah mengalami kesialan!" Keluh Shaunia sambil memegangi jarinya yang berdarah.

"Ada apa?" Tanya Gladys rekan kerjanya sesama pelayan.

"Mengapa belakangan ini kau menjadi ceroboh sekali, Shaunia?" Tanya Gladys sambil menggeleng kemudian mulai membantu Shaunia membereskan pecahan piring tersebut.

"Apakah itu karena berita mengenai kepulangan adikku?" Sebuah suara bariton namun lembut tiba-tiba terdengar di dalam dapur tempat mereka berdua.

"Yang mulia Pangeran Kiehl!" Gladys dan Shaunia terkejut ketika mendengar suara itu. Mereka segera memberi hormat kepada putra mahkota kerajaan Androva - Pangeran Kiehl Augustus Roland.

"Tak perlu formal seperti itu. Ini hanya aku," Kiehl berkata sambil berjalan mendekati kedua gadis pelayan itu.

Kemudian Kiehl meraih tangan Shaunia dan memeriksanya.

"Kau ceroboh sekali," kata Kiehl lagi.

Ia mengambil sehelai serbet dari atas meja dan mulai membersihkan luka sayatan pada jari Shaunia.

"Nah, sudah!" Seru Kiehl sambil memandangi jari Shaunia yang sudah bersih dari darah.

"Kau tolong bantu Shaunia bereskan pecahan itu ya!" Perintah Kiehl pada Gladys.

"Ikuti aku Shaunia!" Kata Kiehl lagi.

Shaunia dengan tidak enak hati terhadap Gladys, mulai berjalan mengikuti Kiehl di belakangnya.

Kiehl menghentikan langkah kakinya dan menoleh.

"Mengapa kau berjalan dibelakangku?" Tanya Kiehl.

"Eh, karena Anda adalah putra mahkota dan calon raja masa depan?" Jawab Shaunia dengan tidak yakin.

"Kau masih memikirkan status seperti itu diantara kita berdua?" Tanya Kiehl terkekeh.

"Tentu saja! Raja dan Ratu akan marah jika mengetahui bahwa saya telah berbuat lancang terhadap Anda," kata Shaunia lagi.

"Berjalanlah disebelahku! Ini adalah perintah!" Kata Kiehl dengan nada tak terbantahkan.

Dengan terpaksa Shaunia berjalan beriringan dengan Kiehl. 

"Apakah kau gugup mendengar bahwa Alex akan kembali?" Tanya Kiehl.

Jujur saja, memang itulah yang dirasakan oleh Shaunia saat mendengar kabar kepulangan Alex.

Pasalnya, semenjak kecil entah kenapa Alex memilihnya sebagai target sasarannya dan senang sekali membuat Shaunia menangis dan kesal. 

Padahal ia hanyalah anak dari seorang pelayan biasa. Almarhum ibunya, Bernadette, meninggalkan pesan padanya agar dapat menggantikan profesinya sebagai pelayan istana.

Ia tidak mengerti kenapa. Tapi demi baktinya kepada orang tua, maka ia menuruti pesan terakhir sang ibu dengan tetap berada di istana dan menjadi seorang pelayan.

Bernadette sendiri meninggal dunia tak lama  setelah ia menyelamatkan pangeran Kiehl yang waktu itu berusia lima belas tahun dari serangan ular berbisa yang entah bagaimana bisa memasuki taman istana.

Ibunya menggantikan Kiehl menerima patukan ular berbisa itu. Demi untuk menghormati sang ibu yang telah berjasa pada keluarga kerajaan, maka sang Raja dan Ratu memutuskan untuk membiayai sekolah Shaunia sampai ia lulus.

Namun setelah lulus, Shaunia malah lebih memilih untuk tetap menjadi pelayan di istana.

Tak lain tak bukan adalah karena ia mengagumi Pangeran Kiehl yang tampan dan lembut. Namun ia sadar bahwa status mereka berdua sangatlah berbeda jauh.

Awal mula Shaunia mulai menyukai Kiehl adalah sepeninggal ibunya, Shaunia yang merasa sedih berdiri melamun di depan kolam ikan istana. Dan tiba-tiba saja, Shaunia terpleset dan jatuh.

Tubuh kecilnya yang montok membuat ia tenggelam lebih cepat karena ia tidak bisa berenang. Kiehl yang pada saat itu berada didekatnya tanpa ragu langsung saja menceburkan diri ke dalam kolam tanpa mempedulikan siapa yang ditolongnya.

FLASHBACK : ON

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Kiehl terengah-engah kehabisan nafas setelah berhasil membawa Shaunia kecil yang montok ke tepi kolam.

"Pangeran! Anda tidak apa-apa?" 

"Pangeran!"

"Pangeran!"

Lebih banyak lagi pengawal dan pelayan yang datang mengerubungi Kiehl karena khawatir.

"Aku baik-baik saja, tapi anak itu sepertinya membutuhkan bantuan," Jawab Kiehl masih terengah. 

"Gadis itu berat sekali!" Kata Kiehl tak sengaja terdengar oleh Shaunia.

Meskipun sejak usia dua tahun Shaunia telah tinggal istana namun baru kali ini ia bertemu langsung dengan pangeran Kiehl.

Bahkan setelah ibunya meninggal karena melindungi sang pangeran.

Daripada Kiehl, Shaunia merasa hidupnya dikutuk karena yang ia temui selalu saja pangeran Alex, yang suka sekali mengusili dan mengatai-ngatai dirinya, "si gendut karat".

"Hei, siapa namamu?" Tanya Kiehl kepada Shaunia kecil.

"Sha ... Shaunia, Yang Mulia!" Kata Shaunia gugup.

Tanpa diduga, Kiehl langsung beranjak mendekati Shaunia. Tak peduli tubuhnya basah kuyup.

"Kau Shaunia? Putrinya Bernadette wanita baik hati yang telah menolongku dari serangan ular berbisa?" Tanya Kiehl.

"Betul! Beliau adalah ibuku!" Jawab Shaunia kembali teringat akan ibunya. 

"Aku akan menjagamu mulai sekarang!" Janji Kiehl dengan sungguh-sungguh.

FLASHBACK : OFF

Sejak saat itu Kiehl selalu berada di dekat Shaunia dan melindunginya.

Shaunia yang hidup sebatang kara di istana itu, merasa mendapatkan sambutan hangat. Pelan-pelan perasaan cinta mulai tumbuh dalam hatinya.

Demi mendapatkan perhatian Kiehl, Shaunia mulai membatasi makanannya dan melakukan diet.

Usahanya membawa hasil. Shaunia tumbuh menjadi wanita cantik dengan tubuh yang indah. Ia telah melepaskan kawat giginya dan kacamata tebalnya. Tak hanya sukses mengubah penampilannya.

Shaunia juga sukses menarik perhatian Kiehl. Kiehl secara terang-terangan menyatakan bahwa ia menyukai Shaunia.

Raja dan Ratu memang memenuhi keinginan Shaunia untuk tetap menjadi pendamping dan pelayan pribadi Kiehl.

Namun mereka tidak menyetujui hubungan keduanya karena perbedaan status mereka. Demi menghalangi keduanya, Raja Roland memutuskan untuk memberikan Kiehl seorang tunangan yang berasal dari kalangan bangsawan yakni, Chelsea Hart.

"Kau melamun lagi," panggil Kiehl dengan lembut kepada Shaunia.

"Hah, apa?" Tanya Shaunia setelah tersadar dari lamunannya.

"Bersiaplah, adikku sudah sampai!" Kata Kiehl.

To be continue ....


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status