Home / Romansa / Om Bule Kekasihku / Kilatan Cemburu di Senja Ubud

Share

Kilatan Cemburu di Senja Ubud

Author: Sabrina dewi
last update Last Updated: 2025-10-09 08:47:45

Senja turun pelan di Ubud. Cahaya oranye memantul pada kaca-kaca kecil jendela cafe Nadia, seperti lukisan yang belum selesai. Nadia berdiri di balik meja bar, berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi tak karuan. Bukan karena pelanggan, bukan karena hari yang panjang, tapi karena Daniel.

Lelaki itu duduk di meja luar, menatap layar kameranya sambil sesekali mengernyitkan dahinya, seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Atau… seseorang.

Nadia tahu ia harusnya mengabaikan Daniel. Konflik kecil mereka kemarin masih menggantung seperti kabut tipis: tajam tapi tak terlihat. Daniel ingin mengambil foto di area cafe tanpa izin, dan Nadia, yang perfeksionis soal privasi tempatnya langsung menegur dengan nada dingin.

Dan sejak itu, percakapan diantara mereka terasa penuh jarak. Namun entah kenapa, hari ini pria bule itu datang lagi. Seperti sengaja mencari sesuatu atau seseorang.

Nadia berusaha cuek, tapi matanya terus saja melirik ke arah Daniel. Dan ketika seorang perempuan bule berambut pirang pendek menghampiri meja Daniel dan mereka terlihat akrab, Nadia langsung merasakan sesuatu menusuk perutnya.

Perempuan itu tertawa kecil, menyentuh lengan Daniel sambil melihat foto di kameranya.

"Your photos looks so amazing, Dan (Fotomu terlihat begitu luar biasa Dan)" puji perempuan rambut pirang itu.

Daniel tersenyum kecil "Thanks. And I will use some of those photos for the exhibition next week.(Terimakasih. Dan aku akan menggunakan beberapa foto itu untuk pameran minggu depan)"

"Wow.. That's great" ucap perempuan rambut pirang itu.

Sentuhan itu dan keakraban mereka membuat dada Nadia bergetar. Kenapa aku peduli? Kenapa rasanya sesak sekali? Ada apa ini?

Daniel mendongak dan mendapati Nadia sedang memperhatikannya diam-diam. Mata mereka saling bertaut sepersekian detik, tajam, panas, seperti ada sesuatu yang ingin meledak. Namun Daniel segera kembali menatap perempuan berambut pirang itu.

Nadia menghela napas panjang dan terasa berat.

“Ya ampun, apa-apaan ini… Cemburu? Gila!” gerutu Nadia pelan.

Namun tubuhnya tak bisa berdusta. Ada dentuman halus di dadanya yang membuat dada terasa sesak setiap kali perempuan itu menyentuh Daniel lagi.

Tak tahan melihat keakraban Daniel dan perempuan itu, Nadia akhirnya keluar dengan dalih membersihkan meja teras yang tak jauh dari mereka duduk.

Daniel menoleh, tatapannya berubah, lebih fokus saat melihat Nadia mendekat. Perempuan pirang itu memanggil pelayan cafe, tak sadar bahwa ada ketegangan halus di antara dua manusia yang tak mau mengakuinya.

“Cafe kamu makin ramai,” kata Daniel tiba-tiba, suaranya rendah, seolah hanya ditujukan untuk Nadia.

Nadia mengangguk, berusaha netral. “Iya, mungkin karena sekarang musim liburan.”

Daniel memiringkan kepala, memperhatikannya lama. “Kamu terlihat… gelisah Nad. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?”

Nadia tertawa kecil, padahal itu sama sekali tidak lucu. “Kamu pikir semua hal tentangku bisa kamu baca?”

Daniel bersandar di kursinya, lengan kekarnya tertekuk. Ia menatap Nadia seperti seorang fotografer menatap subjek yang ingin ia pahami hingga ke retakan terdalamnya.

“Mungkin tidak semua,” katanya. “Tapi beberapa hal sepertinya.. iya” jawab Daniel.

Kalimat itu membuat Nadia panas. Bukan hanya wajahnya, tapi juga dadanya, tengkuknya, seluruh tubuhnya. Ada sesuatu pada suara Daniel: hangat, sedikit serak, sedikit… mengundang.

Perempuan berambut pirang itu kembali menoleh. “Dan? Could you show me the rest of the shots? (Dan? Bisakah kamu menunjukan sisa fotonya?)”

Daniel menatap perempuan itu sebentar. “Later. I need to check something first. (Nanti, aku harus cek sesuatu dulu)”

"Okay Dan" jawab perempuan berambut pirang.

"I have to talk to someone (Aku harus berbicara dengan seseorang)" ucap Daniel.

Lalu ia berdiri berjalan menuju Nadia.

“Boleh bicara sebentar Nad?” suaranya rendah, nyaris bergesekan dengan kulit Nadia.

Nadia menelan ludah. “Untuk apa? Bukankah kita sudah bicara?”

Daniel menatapnya dalam-dalam, mata birunya memerangkap. “Untuk menjelaskan hal yang harusnya sudah kamu tahu… tapi kamu pura-pura tidak peduli.”

Nadia diam terpaku.

“Dan itu apa?” tanya Nadia.

Daniel mendekat setengah langkah. Dekat sekali. Hangat tubuhnya terasa, membuat Nadia kehilangan napas. Ia menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh telinga Nadia.

“Nadia, tolong kamu percaya sama aku. Aku datang ke sini hari ini… bukan untuk dia” bisik Daniel.

Nadia memejamkan mata sepersekian detik, tubuhnya bergetar halus dan nafasnya berat.

Daniel menambahkan, suaranya lebih rendah lagi, vokal yang hampir seperti bisikan nakal, namun tetap elegan:

“Aku datang kesini hari ini… untuk kamu” ucap Daniel dengan nada rendah.

Jantung Nadia serasa berhenti.

Namun sebelum ia sempat menjawab, seseorang dari dalam cafe memanggil Nadia, memecah ketegangan yang hampir meletup itu.

Nadia mundur setengah langkah. “Aku sibuk, aku… harus kerja.”

Daniel menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dibaca.

“Baik. Tapi pembicaraan kita belum selesai, Nad. Aku akan menunggu kamu disini” jawab Daniel dengan suara pelan.

"Terserah" jawab Nadia dengan singkat.

Ia kembali duduk, meninggalkan Nadia dengan dada yang masih berdegup keras dan otak yang penuh tanda tanya.

Di balik meja kasir, Nadia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa panas.

“Ya Tuhan… apa yang sedang terjadi?” gunam Nadia dengan suara pelan yang nyaris tidak bisa didengar.

Satu hal jelas:

Hubungan mereka baru saja mengambil arah baru, lebih dekat, lebih berbahaya, dan lebih menggetarkan

Dan babak selanjutnya tidak akan semudah mengabaikan rasa yang mulai tumbuh di antara mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Om Bule Kekasihku   Sentuhan Yang Belum Bernama

    Pagi di Ubud muncul dengan lembut, menyelinap lewat jendela rumah Nadia sebagai cahaya keemasan yang memantul di dinding. Nadia terbangun dengan kepala masih bersandar pada sofa. Selimut tipis menyelimuti tubuhnya. Ia mengerjap pelan. Selimut itu bukan miliknya. Lalu ia mendengar suara samar dari dapur. Daniel. Lelaki itu berdiri membelakangi Nadia, masih dengan kaus putih tipis yang menempel di tubuhnya, sedikit berkerut karena semalaman basah hujan. Rambutnya yang belum sepenuhnya kering terlihat lebih acak, membuatnya tampak lebih muda dan… memikat. Nadia menelan ludah, merasakan jantungnya bergerak lebih cepat dari biasanya. Daniel mengen noticed her. Ia berbalik, tersenyum kecil. “Pagi, sleepyhead” sapa Daniel. Nadia memeluk dirinya sendiri, bingung tapi hangat. “Kamu… masih di sini?” ucap Nadia dengan nada pelan. “Hmm.” Daniel menunjuk pintu. “Hujan baru berhenti sekitar jam empat tadi. Aku tidak mau kamu bangun sendirian dengan pintu belakangmu yang semalam terbuka b

  • Om Bule Kekasihku   Malam Yang Membuka Pintu

    Pintu belakang yang tiba-tiba terbuka itu menciptakan desiran udara dingin menerpa punggung Nadia. Ia memegang lengan Daniel tanpa sadar, mencari keseimbangan. Daniel menatapnya dengan cemas, namun kebahagiaan halus juga tampak di matanya: untuk pertama kalinya, Nadia mencari perlindungan pada dirinya tanpa ragu. “Tidak apa-apa,” ucap Daniel lembut, jari-jarinya masih menyentuh bahu Nadia, memberi kehangatan. “Biar aku yang tutup pintunya.” Ia berjalan ke belakang, menutup pintu yang berderit pelan. Nadia memperhatikan punggung Daniel, postur tegap itu, cara ia mengamati ruangan untuk memastikan semuanya aman. Tidak ada laki-laki lain dalam hidupnya yang pernah sepeduli itu. Daniel kembali mendekat. “Kamu sering sendirian di rumah sebesar ini? Apa keluarga kamu tidak pernah kesini?” Nadia mengangguk pelan. “Tidak. Aku suka sepi.” Daniel tersenyum tipis. “Sama. Tapi malam ini… aku lega tidak kamu alami sendirian.” "Kalau boleh aku tahu, dimana keluargamu saat ini?" tanya D

  • Om Bule Kekasihku   Jarak Yang Semakin Tipis

    Langkah mereka menyusuri jalan kecil Ubud yang licin oleh hujan. Nadia berjalan di depan, Daniel beberapa langkah di belakang, sesuai janjinya, tidak memaksa, hanya menjadi bayangan pelindung yang diam, lembut, dan sangat sulit diabaikan. Setiap kali Nadia menoleh, Daniel selalu ada di sana. Tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh. Seperti ia tahu persis jarak yang tepat untuk membuat Nadia merasa aman dan tanpa mengekang. Ketika Nadia sampai di depan rumah kecilnya, sebuah lampu kuning temaram dari teras menerangi wajahnya. Ia menoleh ke Daniel yang berhenti di bawah pohon. “Terima kasih… sudah mengantar,” ucap Nadia, suaranya pelan tapi tulus. Daniel mengangguk. “Anytime.” Hujan turun lebih deras, membuat Nadia harus berteriak sedikit, “Kamu mau berteduh sebentar? Hujannya makin deras.” Daniel menatapnya lama. “Kamu yakin?” Nadia merasakan jantungnya melonjak. Pertanyaan itu sederhana, tetapi caranya mengucapkan begitu dalam, rendah, seperti memberinya kesempatan un

  • Om Bule Kekasihku    Degup Yang Tak Bisa Disembunyikan

    Hujan turun pelan malam itu, merembes dari atap jerami cafe dan jatuh seperti tirai tipis di depan pintu. Nadia menutup cafe lebih cepat dari biasanya. Entah kenapa, hari itu terasa lebih berat baginya. Atau mungkin.. terlalu penuh dengan perasaan yang tidak ia pahami. Ia sedang mengunci pintu ketika sebuah payung hitam tiba-tiba terbuka di belakangnya. Daniel. Lelaki itu berdiri hanya satu langkah darinya, jaket kulitnya sedikit basah di bagian bahu, rambut cokelat terang itu terpercik hujan, membuatnya terlihat lebih dewasa, lebih maskulin, lebih… memabukkan. “Kamu pulang jalan kaki?” tanya Daniel, suaranya lembut tapi terdengar seperti teguran manis. Nadia menghindari tatapannya. “Iya. Rumahku tidak jauh dari sini.” Selama mereka dekat, Daniel belum pernah berkunjung kerumah Nadia. Daniel mendekat, menurunkan payung agar melindungi mereka berdua. “Aku antar.” Nadia menggeleng cepat. “Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa pulang sendiri”"Sekarang sedang

  • Om Bule Kekasihku   Kilatan Cemburu di Senja Ubud

    Senja turun pelan di Ubud. Cahaya oranye memantul pada kaca-kaca kecil jendela cafe Nadia, seperti lukisan yang belum selesai. Nadia berdiri di balik meja bar, berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi tak karuan. Bukan karena pelanggan, bukan karena hari yang panjang, tapi karena Daniel. Lelaki itu duduk di meja luar, menatap layar kameranya sambil sesekali mengernyitkan dahinya, seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Atau… seseorang. Nadia tahu ia harusnya mengabaikan Daniel. Konflik kecil mereka kemarin masih menggantung seperti kabut tipis: tajam tapi tak terlihat. Daniel ingin mengambil foto di area cafe tanpa izin, dan Nadia, yang perfeksionis soal privasi tempatnya langsung menegur dengan nada dingin. Dan sejak itu, percakapan diantara mereka terasa penuh jarak. Namun entah kenapa, hari ini pria bule itu datang lagi. Seperti sengaja mencari sesuatu atau seseorang. Nadia berusaha cuek, tapi matanya terus saja melirik ke arah Daniel. Dan ketika seorang perempuan

  • Om Bule Kekasihku   Ketika Hasrat Mulai Membawa Masalah

    Siang di Ubud mulai padat. Jalanan dipenuhi turis, suara motor bersahut‑sahutan, dan angin membawa aroma rempah dari warung sekitar. Di dalam kafe, suasananya tampak normal, pelanggan datang dan pergi, tapi hati Nadia masih belum tenang. Daniel, sebaliknya, terlihat sangat tenang. Bahkan terlalu tenang. Ia duduk di pojok ruangan dekat jendela sambil mengedit foto di laptopnya. Sesekali, ia mengangkat kepala dan menatap kearah Nadia, tatapan yang selalu berhasil membuat Nadia kehilangan fokus. Dan ia tahu Daniel melakukannya sengaja. Setelah pelanggan terakhir di jam makan siang pergi, suasana menjadi lebih hening. Ia meminta karyawannya untuk beristirahat sebentar. Nadia sedang membersihkan meja ketika suara kursi digeser membuatnya menoleh. "Nadia... " ucap Daniel pelan. "Apa? Kamu mau espresso? Sebentar" jawab Nadia tanpa menoleh, ia melanjutkan untuk membersihkan meja. Daniel berdiri, menyampirkan kamera di bahunya dan berjalan kearah Nadia, "Nadia, kita perlu ngomong sekara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status