Home / Romansa / Om Duda! 2 / Chapter 1: Bucin

Share

Om Duda! 2
Om Duda! 2
Author: Anaa

Chapter 1: Bucin

Author: Anaa
last update Last Updated: 2023-01-27 19:28:50

"Wah! Disya lo benar-benar luar biasa! Bisa buat seseorang kaya Bang Devan jadi bucin banget gini," komentar Gio yang baru saja membuka pintu kamar kakak sepupunya.

Kamar luas dengan nuansa monokrom, hampir semua furniture dan segala pernak-pernik di dalamnya berwarna gelap. Namun, siapapun yang memasuki kamar ini pasti matanya akan langsung tertarik untuk menatap beberapa boneka yang ada di atas kasur. Warnanya bermacam ada pink, biru, purple—tentu saja warna-warna cerah seperti itu akan terlihat menonjol.

Gio menggeleng-gelengkan kepalanya menatap sekitar, namun kakinya kembali melangkah menuju pintu yang akan mengantarkannya ke dalam ruang kerja Devan. Lelaki itu ditugaskan oleh Devan untuk mengambil map berwarna merah maroon di meja kerjanya.

Gio mengeluarkan handphonenya, memotret kamar Devan sambil terkekeh lucu. "Ini kalau gue sebar di media bakal geger nih, seorang Devan Zayn Ganendra ngoleksi boneka-boneka warna pink di kamarnya...." Setelah selesai dengan kegiatan memotretnya, Gio langsung keluar dari dalam kamar itu, sembari melihat-lihat hasil jepretannya sambil terkikik geli.

"Apa yang kamu lakukan?!"

Gio terperanjat kaget, bahkan handphone yang sedang dipegangnya juga hampir terlepas dari genggamannya, untung saja dengan gerakan cepat dia berhasil memegang handphonenya dengan benar. Gio menatap Devan dengan menampilkan cengiran tanpa dosanya. "Bang Dev, ini udah gue ambilin," kata Gio memperlihatkan map merah maroon yang ada ditangannya.

"Kau memotret kamar saya?!" Devan masih melirik layar handphone Gio dengan wajah datar. Dengan cepat Gio langsung mematikan layar handphonenya. "Ngga, Bang...," elak Gio yang tentu saja berbohong. Namun, saat matanya menangkap wajah Devan yang terlihat tidak bisa dibohongi itu, pada akhirnya Gio mengangguk mengiyakan. "Iya, Bang. Ini kan nanti anak-anak kelas mau ada rencana reunian, nanti gue tunjukkin deh foto ini sama Disya, gue bakal ngasih tahu sama dia kalau lo bener-benar ngga bisa move on sama dia, terbukti dari semua boneka-boneka punya Disya yang masih ada di kamar," kata Gio menjelaskan.

Devan hanya mengangguk sekilas. "Kasih tahu dia juga, kalau saya rindu."

Gio mengangguk, lalu menepuk pelan bahu Devan. "Siap, nanti gue kasih tahu Disya kalau lo bucin banget sama dia."

Keduanya kembali berjalan beriringan menuju halaman samping. Ada banyak sekali keluarga Ganendra di sini. Hari ini tepat malam tahun baru, dan mereka merayakannya bersama-sama di kediaman Devan. Setelah sekian lama rumah ini sangat sepi, hari ini terasa sangat ramai. Devan yang menghuninya sendirian, Bi Siti masih bekerja di rumah Devan, tapi ia hanya datang pagi-pagi, setelah pekerjaannya selesai ia akan kembali pulang ke rumahnya, tidak menginap seperti dulu. Kai juga jarang berada di rumah, kadang dia menginap di rumah Omanya, atau di rumah Disya.

Perkumpulan kali ini juga seluruh keluarga menyetujui kalau rumah Devan akan menjadi tempat yang paling sering akan digunakan untuk acara kumpul keluarga, ya... kalian pasti tahu apa alasannya.

Devan terlihat miris.

"Bang Dev!"

Keduanya menghentikan langkahnya tepat di depan sliding door menuju halaman samping, Devan menatap Gio dengan kening mengernyit bingung. "Ini kan mau tahun baru, kenapa masih bahas kerjaan sih di sini!" Gio protes dengan suara yang cukup keras, bahkan semua keluarga langsung menatap ke arahnya.

"Kebetulan semua keluarga datang di sini, saya hanya ingin memberi tahu projek tahun depan agar semua keluarga tahu."

Gio berdecak sebal. "Dasar ya pikirannya uang mulu, ini lagi malam tahun baru Bang, seneng-seneng bentar kenapa sih?!"

"Uang itu salah satunya, isi pikiran saya semuanya penuh sama Disya."

Dio yang sedang memanggang beberapa sosis dan daging, langsung menyemburkan tawanya, diikuti yang yang lain.

"Dasar Bucin!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rina Wati
tau rasa Devan kan,,jgn mau balikan lg disya nya,,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Om Duda! 2   Chapter 74: Hadiah

    Disya menekuk bibirnya main-main, berpura-pura kesal ketika membuka kotak kecil yang diberikan oleh suaminya. "Kenapa? Kamu tidak menyukainya, Sya?" tanya Devan, kembali memperhatikan raut wajah istrinya yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi bahagia. "Pak Devan tahu hadiah kecil ngga sih?" tanya Disya sedikit ketus. "Ini kecil, Sya—" "Ya ini harganya mahal banget pasti, bukan ratusan ribu lagi!" Devan membasahi bibirnya, lalu meraih kedua tangan Disya untuk digenggamnya. "Saya bingung ingin memberikan kamu apa, jadi saya membelikan ini—" Satu tangannya bergerak untuk menyentuh hidung Disya dengan jari telunjuknya. "Hey! Tapi tetap saja tidak baik menolak hadiah dari siapapun, Sya." Kembali mencebikkan bibirnya, Disya pada akhirnya mengangguk, menerima hadiah itu. Bentuknya memang kotak kecil tetapi harganya cukup fantastis—itu bukan ketentuannya, kesepakatannya tidak seperti itu. Jadi, beberapa hari yang lalu Disya menyarankan untuk bertukar hadiah. Perempuan itu s

  • Om Duda! 2   Chapter 73: Double Date - II

    Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B

  • Om Duda! 2   Chapter 72: Double Date - I

    Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny

  • Om Duda! 2   Chapter 71: Titik Terang

    "Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya

  • Om Duda! 2   Chapter 70: Istri Kedua?

    Alif menjelaskan bahwa dia bertemu dengan Layla di salah satu club malam, keduanya tertarik secara fisik satu sama lain sehingga terjadihal hal yang tidak diinginkan, apalagi keduanya dalam pengaruh alkohol malam itu, nafsu benar-benar menguasai mereka. Disya percaya? Tidak— Yang benar saja? Bisa jadi Alif hanya ingin menutupi kesalahan Samudra. Tidak masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Layla, Disya memilih untuk pergi dari sana setelah Alif menjelaskan tentang Layla dan bayinya. Hatinya masih gundah. "Maaf menunggu lama sayang," kata Devan yang baru saja memasuki ruang kerjanya, tersenyum menatap sang istri, lalu melangkah menghampiri Disya yang sedang duduk di sofa seorang diri. Disya menatap Devan, memanyunkan bibirnya, bahkan maniknya sudah berkaca sekarang. "Kenapa, hm?" Perempuan itu menggeleng pelan, kedua tangannya terulur untuk meminta pelukan dari suaminya yang baru tiba setelah menyelesaikan meeting dengan beberapa pekerjanya. Disya memilih untuk me

  • Om Duda! 2   Chapter 69: Bayi Layla

    Sekali lagi Devan memperhatikan wajah Disya, keningnya mengernyit seolah sedang menelisik wajah cantik itu yang tampak terlihat sendu—mendung, seperti cuaca di luar pagi ini. "Sya, kamu benar tidak apa-apa?" Kembali mengajukan pertanyaan yang jelas mendapatkan jawaban yang sama dari Disya— "Aku ngga papa, Pak Devan." Disya mendongak untuk menatap suaminya sambil tersenyum manis, lalu detik berikutnya kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasangkan dasi di leher sang suami. "Selesai!" ucap Disya menatap puas hasil tangannya, mengusap bagian pundak Devan dengan lembut. "Semoga hal-hal baik selalu menyertai Pak Devan, dan semua urusan Pak Devan hari ini dilancarkan." "Terimakasih sayang," balas Devan mengusap bagian atas kepala Disya, lalu memeluk tubuh perempuan itu. "Kamu berjanji akan menceritakan apapun yang kamu rasakan kepada saya, jangan memendamnya sendiri ya." Disya terkekeh pelan. "Pak Devan, Disya beneran ngga papa kok," jawabnya, perempuan itu tahu ini masih tentan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status