Share

Chapter 3: Rindu

Wajahnya masih terlihat cantik seperti dulu, dengan netra berwarna coklat jernih, bibir tipis, dengan kedua pipi yang bulat—ingin rasanya Devan kembali membuat kedua pipi perempuan itu kembali bersemu merah, ingin sekali Devan mengelusnya lembut, mencubitnya dengan gemas.

"Aunty Nay mana?" tanya Maya saat melihat putra sulungnya berjalan menuruni tangga beriringan dengan Kai.

"Nanti menyusul katanya," jawab Kai yang langsung berjalan cepat dan duduk dipangkuan Disya.

"Kai sudah besar, Mommy keberatan itu kalau Kai duduk di pangkuannya," kata Maya menggelengkan kepalanya dengan terkekeh pelan.

"Mommy nanti mau pulang, aku mau meluk dulu Mommy sebelum Mommy pulang!" Kai melingkarkan tangannya di leher Disya, dengan tangan kanan yang masih memakan coklat yang belum juga habis sedari tadi.

"Padahal seharian penuh ini Kai sudah bersama Mommy kan?" tanya Maya menatap cucunya.

Kai menampilkan cengirannya, dan malah semakin mengeratkan pelukannya.

Devan ikut duduk di single sofa, menatap Samudra yang juga menatapnya dengan tatapan dingin. Walaupun ini sudah tiga tahun, tapi sepertinya lelaki itu tidak pernah akan berlaku baik kepada Devan. Lelaki itu mengalihkan pandangannya untuk menatap Disya, menampilkan senyum seapik mungkin sembari menyapa mantan istrinya. "Hai, Sya..."

Disya mengangguk pelan, sembari menampilkan senyum kecil yang hanya bertahan beberapa detik. "Hai, Pak Devan."

Jantung Devan terasa berdetak dengan cepat, kedua matanya mendadak terasa panas karena ingin menangis.Sungguh, dia begitu sangat merindukan Disya... sangat!

"Ternyata Dokter Samudra adalah sepupu jauh Zara, Bang," kata Maya mencoba mencairkan suasana yang sudah pasti tidak menyenangkan ini.

Devan mengalihkan pandangannya menatap Maya, lalu menganguk pelan menanggapi ucapannya. "Dokter Sam juga datang di acara resepsi tadi?" tanya Devan basa-basi.

"Iya, tapi kita tidak bertemu tadi," jawab Maya.

"DIsya!" suara pekikan senang dari arah tangga membuat atensi semua yang ada di ruang tengah teralihkan menatap seorang perempuan yang dengan lincahnya menuruni tangga dengan raut bahagia.

"Naya," balas Disya tidak kalah sumringah.

"Kai, minggir dulu sana. Aunty Nay mau meluk dulu Mommy kamu," kata Naya dengan bibir yang pura-pura dikerucutkan, membuat Kai mengangguk pelan dan segera turun dari pangkuan Disya.

"Apa kabar Nay?" tanya Disya saat keduanya sudah berpelukan.

"Baik! Sangat baik. Kamu apa kabar?" balas Naya sesaat setelah keduanya melepas pelukan namun masih saling menatap.

"Aku baik...."

"Kamu tidak membawa sesuatu untukku? Kue buatanmu?" tanya Naya menaikkan satu alisnya bertanya.

Disya meringis, menggigit ujung lidahnya, menatap Naya dengan tatapan sungkan. "Aku ngga tahu kalau kamu pulang hari ini, Nay. Tahu tadi dari Mamah, akhirnya aku minta sama Bang Sam buat mampir ke sini, ketemu kamu," jawab Nesa.

"Kalau begitu aku harus ke toko kue kamu!" kata Naya melipat kedua tangannya di dada, dengan wajah yang pura-pura ngambek.

Disya terkekeh. "Boleh dong, kamu harus ke sana," katanya memegang erat kedua tangan Naya.

"Mah, aku ijin ke atas... mau bersih-bersih," kata Devan menatap Maya yang sedari tadi senyum-senyum dengan interaksi Disya dan Naya.

Perempuan paruh baya itu menatap putra sulungnya lalu mengangguk, mempersilahkan Devan untuk melakukan kegiatannya.

Devan bangun dari duduknya, berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya. Buru-buru memasuki kamar mandi, dan berdiri tepat di bawah shower yang sudahd ia nyalakan. Mendongakkan wajahnya, membiarkan air itu menyentuh wajahnya secara langsung. Boleh Devan menangis sekarang?

Devan rasanya ingin membawa Disya ke dalam pelukannya, tadi, memeluk perempuan itu erat-erat, menyalurkan rindunya yang sudah sekian lama ini menumpuk di hatinya. Namun, walaupun tadi mereka saling menatap dengan jarak hanya beberapa meter, bahkan berada di dalam satu ruangan yang sama dengannya, Devan tidak bisa melakukan apapun, hanya diam. Disya terasa jauh... sama sekali tidak boleh dia sentuh.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rina Wati
itu blm seberapa sakitnya buatmu Devan dibandingkan perbuatan mu yg sangat kejam pada disya yg tulus dan sangat polos sayang samamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status