Share

Chapter 5: Perkataan Menyakitkan

Kaki Disya bergerak mondar-mandir di depan ruangan dosennya. Ini sudah jam empat sore namun dosennya tidak kunjung datang.

"Aish! Katanya jam satu, ini sudah jam empat kenapa calon suami aku belum datang juga sih?" dumel Disya.

"Kamu lagi apa ya?!" tanya seorang dosen wanita menghampiri Disya.

"Emm... ini Bu, saya mau ketemu sama Pak Devan."

Dosen wanita di hadapan Disya itu menatap Disya dengan tatapan seolah-olah tidak suka dengan Disya.

"Oh!" Dosen itu sudah akan melenggang pergi, tetapi Disya buru-buru menghentikannya.

"Bu Selly, boleh minta tolong hubungin Pak Devan. Handphone saya ketinggalan di rumah," ucap Disya menatap salah satu dosen itu dengan tatapan memelas. Ini terkesan tidak sopan sih, tapi mau bagaimana lagi? Karena keteledoran dirinya sendiri hingga ia lupa membawa handphonenya.

"Ya nanti saya hubungi Pak Devan!" ucapnya ketus lalu melenggang pergi meninggalkan Disya.

"Terimakasih ya Bu."

Disya mendengus kesal karena dosen wanita itu mengabaikan ucapan Disya.

Jam berlalu dengan cepat, Disya sudah benar-benar pegal hanya berdiam diri menunggu Devan datang, namun laki-laki itu tak kunjung datang juga.

"Mommy?"

Disya kenal dengan suara ini, baru saja Disya berbalik, seorang bocah laki-laki terlihat berlari menghampirinya. "Kai!" Disya tersenyum sumringah, dia berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Kai, dan Kai langsung melingkarkan tangannya ke leher Disya, memeluk gadis itu erat.

"Mommy."

Disya mengelus rambut Kai lembut, ia menampilkan senyumnya.

"Sedang apa?" tanya Devan menatap Disya ketus.

"Sebentar ya Kai," ucap Disya melepaskan pelukannya, lalu dia berdiri dan mendongak menatap Devan.

"Pak Devan kan nyuruh Disya buat ngumpulin tugas."

Devan masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Disya dan Kai di luar. Disya menghela napasnya jengah, Devan benar-benar lelaki yang sangat dingin.

"Ayo Kai!" ajak Devan memegang tangan Kai lalu dia berjalan hendak meninggalkan tempat itu. Devan hanya mengambil sebuah binder dari ruangannya.

Disya langsung berjalan cepat menghampiri Devan. "Pak Devan Disya mau ngumpulin makalah."

"Saya bilang simpan di meja saya bukan? Kenapa kamu menunggu saya?!"

Disya bungkam, dia ingat dengan ucapan Devan yang menyuruhnya untuk menyimpan makalahnya di meja, ini hanya akal-akalannya saja agar bisa bertemu dengan Devan.

Devan kembali melangkah pergi, namun rengekan Kai membuatnya memberhentikan langkahnya. Devan berjongkok lalu menggendong tubuh Kai.

"Mommy." Kai merengek dia merentangkan kedua tangannya seolah meminta Disya untuk menggendongnya. Disya berjalan menghampiri Devan dan Kai, lalu tangannya terulur untuk mengambil alih Kai dari gendongan Devan.

Kai tersenyum sumringah. Ketiganya kini sudah berjalan menuju parkiran, dan Disya ikut naik mobil milik Devan karena permintaan Kai tentu saja. Devan sepertinya masih tidak rela jika Disya menaiki mobilnya, namun mau bagaimana lagi, putranya yang meminta.

Berbeda dengan Devan. Disya sangat-sangat bahagia bisa berada di dalam mobil ini.

Kai yang duduk di pangkuan Disya terus berceloteh dan tentu saja Disya menanggapinya. Suasana di dalam mobil sangat ramai karena obrolan keduanya. Kai dan Disya seolah-olah sudah kenal sebelumnya, terlihat dari interaksi mereka berdua yang terlihat sangat akrab.

Disya mengelus pucuk kepala Kai yang sedang tertidur, menyenderkan kepalanya di dada Disya. Saat keduanya mengobrol Kai tertidur, sepertinya bocah itu belum tidur siang, sehingga dia tertidur sekarang.

"Berhenti melakukan hal-hal konyol!" ucap Devan yang masih fokus menyetir.

Setelah sekian lama terdiam, kini Devan mengeluarkan suaranya. Disya terlihat mengerutkan keningnya bingung dengan ucapan Devan. "Maksudnya gimana Pak?"

"Tidak perlu berpura-pura baik kepada Kai. Bukankah kamu hanya terpesona dengan saya, dan berpura-pura baik kepada Kai untuk mencari perhatian saya?"

Disya tidak bersuara dia hanya menunduk mengelus rambut Kai.

"Saya sudah berkeluarga! Kamu bisa di cap sebagai perempuan perebut suami orang jika terus seperti ini!"

"Apa yang kamu inginkan hah? Setelah kamu mendapatkan saya, kamu pamer sama teman-teman kamu, bahwa kamu bisa mendapatkan lelaki yang banyak uang begitu? Tidak sedikit perempuan-perempuan murahan seperti kamu di jaman sekarang!"

Kali ini Disya menatap Devan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, satu kali saja Disya menutup matanya, maka air matanya pasti akan jatuh membasahi kedua pipinya. Devan memang irit bicara, sekalinya bicara panjang lebar seperti ini, semua kata-katanya membuat lawan bicaranya sakit hati.

"Saya turun di sini saja."

Devan benar-benar menghentikan mobilnya di pinggir jalan, menuruti ucapan Disya.

Disya mengambil makalahnya, lalu menyerahkannya kepada Devan.

Devan melihat Disya sekilas lalu menerima makalahnya.

Laki-laki itu membuka makalahnya, hanya beberapa detik, makalah itu kembali disodorkan kepada Disya.

"Terlalu umum! Cari referensi yang lain!" titah Devan.

Dengan patuh Disya mengangguk. Lalu menerima kembali makalah itu.

Devan keluar dari mobil, lalu berjalan mengitari mobil untuk membuka salah satu pintu mobil depan. Dia menggendong Kai yang masih terlelap di pangkuan Disya untuk memindahkannya ke kursi bagian belakang.

Disya keluar dari mobil, keduanya kini bersebelahan.

"Maaf, dan terimakasih Pak," lirih Disya.

Devan hanya menatap Disya sekilas, kembali memasuki mobil, lalu kembali melajukan mobilnya.

Disya menatap nanar mobil yang perlahan mulai tidak tertangkap wujudnya oleh pandangan matanya.

Satu tetes air mata berhasil lolos dari matanya. Kata-kata Devan berhasil menorehkan luka di hati Disya. Kata-katanya begitu menyakitkan. Memang Disya menyukai Devan karena wajah tampannya, tapi bukan berarti dia hanya menginginkan uang Devan saja.

'Harus mundur ya?' Disya membatin, ia bertanya kepada dirinya sendiri. Pasalnya tadi Devan bilang dia sudah berkeluarga.

~✧✧✧~

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Muria Junita
ceweknya terlalu gatel gak suka
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
jdi cwek tu mahalan dkit napa,,ini ngak,,norak
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
makanya,jdi cwek jgn terlampau murahan..mampus kan kau kenak tolak.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status