Share

Bab 15

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 10:48:39
15

Dilara tertegun, sesaat setelah Yasuo usai bercerita tentang kejadian di mansion pria itu, awal malam kemarin. Dilara yang memang sudah mengetahui penyebab perceraian Yasuo dan Naomi, memaklumi kemarahan pria tersebut pada mantan istrinya.

Setelah Yasuo berhenti mengoceh, Dilara berdiri dan berpindah ke belakang pria berkemeja hitam. Dilara memijat pundak Yasuo sembari mengajak pria itu berbincang santai.

"Lupain dia, Om," ucap Dilara dengan suara pelan.

"Aku, tuh, kesal. Bisa-bisanya dia muncul dan minta bagian harta. Padahal aku sudah ngasih dia 2 M waktu kami cerai dulu. Sekarang dia minta lagi. Gila!" sungut Yasuo.

"Mungkin yang dulu sudah habis."

"Aku curiganya begitu."

"Mungkin dia memang lagi nggak punya duit."

"Ya, hasil penyelidikan Krisda, Naomi sudah putus dari pacarnya yang pengusaha Lombok itu."

"Mungkin dia pengen balikan sama Om."

"Enggak mau."

"Iyalah. Kan, sudah ada aku yang bakal jadi istri Om."

"Hu um."

"So, kapan Om siap buat melamarku?"

"Belum tahu."
Olivia Yoyet

Hamzah gerak cepat. Rasain kamu, Vasant.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kwkwkwkwk vas bunga ketar ketir euy makanya janga belagu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 51

    51Jalinan waktu terus berjalan. Jumat sore itu, Dilara keluar dari gedung kantornya, bersama Alia, Yarissa, dan Fitra. Keempat perempuan tersebut memasuki mobil sedan hitam, yang segera dilajukan Alia menuju gedung apartemen mewah. Dilara telah kembali tinggal di mansion sejak kemarin. Alia ikut pindah ke sana, untuk menemani Dilara. Sedangkan Fitra tetap disiagakan, agar bisa bergantian dinas dengan Yarissa. Perjalanan itu mereka tempuh dalam belasan menit. Jarak yang dekat dan kondisi jalanan yang belum terlalu padat, menjadikan Alia bisa mengebut dan segera sampai di tempat tujuan. Tidak berselang lama, keempat perempuan itu telah berada di mansion. Dilara memasuki kamar utama, lalu berbaring untuk meluruskan pinggangnya. Dilara mengambil ponsel dari baugette bag hitamnya, untuk memeriksa pesan-pesan yang masuk. Satu nama yang mengirimkan pesan, membuat Dilara penasaran. Dia membuka chat itu dan membaca isi pesan, lalu dia beralih menghubungi orang tersebut. "Ke sini, In. Aku

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 50

    50Vasant berulang kali mengubah posisi kaki. Dia kesulitan menenangkan diri, dalam pemeriksaan tim penyidik pada dirinya, dengan kapasitas sebagai saksi. Nama Vasant disebut Miko sebagai perantara, yang mempromosikan jasa preman sewaan, pada kedua saksi lainnya. Naomi dan Clive juga sudah dipanggil pihak berwajib, tetapi keduanya belum muncul, dengan alasan masih berada di luar negeri. Selain ketiga orang tersebut, polisi juga memanggil Darko, Indy, Fincent, dan Claudia. Darko dan Indy telah datang tadi pagi guna memberikan kesaksian, tentang pengetahuan mereka dalam penyerangan dua hari silam, di perumahan elite 8 cluster milik BHANDHIT Company, yaitu perusahaan properti milik Tio dan teman-temannya. Kesepuluh petinggi PB dan PBK juga turut diperiksa sebagai saksi. Begitu pula dengan Nawang, Kelvan, Nirwan, dan puluhan anggota tim ajudan lapis 10 sampai 15, yang turut terlibat dalam pertempuran dua malam lalu. Setelah diinterogasi selama hampir 6 jam nyaris tanpa jeda, akhirnya

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 49

    49Herjuno bangun sembari meringis. Dia merintih, karena sekujur badannya sakit. Laki-laki muda berusia 22 tahun itu memerhatikan sekitar, sebelum menyadari jika dirinya telah berada di rumah Aditya. Pintu terbuka dan seorang perempuan bermata besar memasuki ruangan. Alodita mendekati tempat tidur, lalu duduk dan meletakkan meja kecil berkaki, di ujung kasur. "Bangun, Dek. Makan, lalu, mandi, habis itu keluar. Para Abang lagi rapat di ruang tamu," tutur Alodita sembari mengamati Adik iparnya dengan saksama. "Mukamu, make up-nya lucu," selorohnya. "Ini kerjaan suami Teteh. Nggak ada dia ngerem tenaga. Ninju dan nendang aku dengan semangat membara," keluh Herjuno. "Abangmu memang, gitu. Nggak peduli itu Adik atau sahabat, berantemnya penuh dendam kesumat." "Pundakku sakit, Teh. Habis dibanting Abang." "Minta periksa sama Padre. Beliau ada di depan." "Hu um." "Ayo, buruan makan. Sebelum kesabaran mereka habis dan menyerbu ke sini." Hampir 40 menit berselang, Herjuno keluar dari

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 48

    48Sekelompok orang bermasker hitam menyembunyikan puluhan motor di belakang pos satpam terbesar, yang berada beberapa meter sebelum bundaran air mancur, yang memisahkan banyak cluster perumahan elite. Setelahnya, kelompok bersetalan serba biru tua dan menggunakan selempang hijau, berpencar ke taman di sisi kanan dan kiri jalan besar itu.Keempat petugas keamanan mengawasi sekeliling, sambil menahan kecemasan dalam hati masing-masing. Meskipun mereka satpam PB dan sudah beberapa kali membantu tim PBK saat perang, tetap saja mereka khawatir dengan penyerangan kali itu.Detik berganti dengan lambat. Kala terlihat banyak sinar lampu dari kejauhan, keempat satpam segera pindah ke dekat portal besi, yang menjadi perisai pertama ke banyak cluster perumahan mewah itu. Kelompok ajudan yang tengah bersembunyi, mulai melemaskan tangan dan kaki masing-masing. Mereka bergantian mengintai ke depan, untuk memastikan kedatangan banyak sinar, yang diyakini sebagai lampu mobil.Keempat satpam berter

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 47

    47 Sudut bibir Wirya berkedut, sebelum akhirnya dia tertawa. Akibat celotehan Dilara, yang ingin mengabadikan namanya sebagai nama putra dan putri Dilara kelak. Yasuo yang turut membaca pesan dari kekasihnya itu, ikut terkekeh. Demikian pula dengan kedua asisten Wirya, yang tengah bertamu. Yasuo menghentikan tawa, ketika mendengar suara Marwa, yang menyampaikan pesan dari mamanya. Keempat pria itu berdiri dan jalan ke teras belakang rumah Bayazid, yang terhubung langsung dengan teras panjang kediaman Wirya. Lengkingan tangisan Shahzain menyebabkan Wirya bergegas memasuki rumah, dan mendatangi sang bayi yang baru selesai diganti popoknya, oleh Bayazid. Wirya merunduk untuk mengambil putra bungsunya yang berusia 4 bulan. Tangisan Shahzain langsung berhenti, ketika diayun ayahnya dan dinyanyikan Jariz dengan suara cukup merdu. "Om suaranya makin bagus," puji Marwa, sembari memandangi Adik Jauhari tersebut. "Abang, Wa. Bukan Om," sahut Jariz. "Masa ke calon suami, manggilnya Om?" go

  • Om, Nikah, Yuk!   Bab 46

    46Jalinan waktu terus bergulir. Yasuo telah pindah ke rumah anak pertama Wirya. Yasuo memilih tempat itu, supaya tidak mengganggu para sahabatnya yang telah berkeluarga. Setiap pulang kerja, Yasuo akan mampir ke rumahnya untuk mandi dan makan malam. Sekaligus mengecek keadaan Dilara dan Mirai. Meskipun cemas, tetapi Yasuo tetap berusaha bersikap tenang, agar Dilara dan Mirai tidak bertambah panik.Wirya mengerahkan Sabqi, Fitra, dan Rakhsan, untuk menjadi pengawal cadangan. Supaya Emryn, Dakhdaar, Nisfura, dan Yarissa, bisa bergantian libur. Wirya tidak mau keempat ajudan muda itu tegang berlebihan, yang bisa membuat kondisi bertambah kacau. Awal malam itu, Yasuo bersantap sambil menahan kegundahan hati. Dia telah dihubungi Deswin, yang mendapatkan informasi terbaru dari Kashif, jika Miko dan anak buahnya tengah berkemas. Yasuo melirik Emryn, Dakhdaar, Yarissa, dan Fitra, yang balas memandanginya sesaat, sebelum kembali meneruskan bersantap. Setelahnya, Fitra berdiri dan mengajak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status