Share

Patah Hati

Author: Kochan18
last update Last Updated: 2024-05-08 14:58:00

Rasanya seperti tertimpa batu besar dari atas gunung saat laki-laki yang selalu ada dalam do'anya mengumumkan pernikahan. Harapan dan do'a yang selama ini ia pegang teguh seakan melebur bagaikan debu jalanan yang tiada arti. Tanpa terasa air mata menetes begitu saja saat ustadz muda nan tampan meminta doa dari para jamaah untuk pernikahan beliau.

"Sebelum saya tutup pembahasan kita hari ini saya mempunyai satu permintaan pada hadirin semua, saya Muhammad Naufal Afkar mengundang sekaligus meminta doa dari para Jamaah sekalian untuk berkenan hadir di acara pernikahan saya yang akan di adakan hari sabtu tanggal lima belas bulan ini. Sebelumnya saya meminta maaf jika ada kata yang salah. Wabilahitaufik wal hidayah, wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Semua jamaah berdo'a untuk kelancaran acara pernikahan ustadz mereka dengan bersuka ria. Namun, tidak dengan Firda yang justru diam seribu bahasa dengan mata yang menatap wajah laki-laki pujaannya. Rasanya sangat menyakitkan mendengar pernikahan yang akan dilangsungkan hanya tinggal hitungan hari. Bertanya siapa wanita beruntung yang bisa mendapatkan hati juga raga laki-laki itu.

"Sabar ya."

Rima mengerti bagaimana perasaan temannya yang kini hanya diam disaat semua jamaah sibuk berhamburan satu persatu untuk pulang.

"Aku enggak percaya, Ma. Kayaknya dia bohong deh," balas Firda menyenangkan hatinya.

"Dia enggak mungkin bohong, Da. Apalagi untuk masalah pernikahan."

"Aku harus ngobrol langsung sama dia."

Firda mencari nomor Naufal yang dia simpan dengan nama Calon Suami di ponselnya. Sebelum menelepon ia mengirimkan pesan terlebih dahulu yang belum juga dibaca oleh Naufal.

𝘈𝘴𝘴𝘢𝘭𝘢𝘮𝘶'𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘶𝘮, 𝘜𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻. 𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘍𝘪𝘳𝘥𝘢 𝘫𝘢𝘮𝘢𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘜𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻. 𝘈𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘜𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻, 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘣𝘨 𝘶𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘫𝘪. 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢.

Ustadz muda itu masih duduk di masjid tempat acara berlangsung. Mengobrol dan sibuk mengundang secara pribadi pada pada tokoh yang ada di sana hingga ia belum sempat membuka ponselnya.

Firda menunggu dengan sabar di depan masjid bersama Rima yang tadi sudah membujuknya untuk pulang. Namun, rasa penasaran akan siapa wanita beruntung yang akan menemani hidup Naufal tidak membuat wanita itu mendengar ajakan temannya. Firda akan menebalkan muka demi mendapatkan kepastian dan kejelasan tentang calon istri laki-laki pujaannya. Ia juga harus memastikan jika wanita itu lebih baik dari segala hal dari dirinya.

"Kamu pulang duluan aja enggak apa-apa, aku mau ngobrol dulu sama Ustadz, Naufal."

Firda yakin Naufal mengingat dirinya dan akan menerima ajakan dirinya untuk berbicara karena bagaimanapun ia mengenal Naufal dengan baik.

"Assalamu'alaikum, Firda?"

Baru saja ia meyakinkan pikirannya dan sekarang laki-laki yang diharapkan olehnya sudah berada di belakang dengan jarak satu meter lebih. Tersenyum lembut yang membuat jantung wanita itu tidak aman. Naufal berdiri tegap dengan dua orang santri sebagai pendampingnya.

"Waalaikumsalam, Ustadz. Alhamdulillah Ustadz masih kenal sama saya," jawab Firda dengan membalas senyum indahnya.

"InsyaAllah saya masih ingat. Bagaimana kabarnya?" tanya Naufal basa-basi.

"Alhamdulillah baik."

Ingin rasanya Firda menjawab jika kabarnya tidak baik-baik saja dan ia dilanda rasa sakit mendalam, tapi ia tidak mungkin mengatakan itu karena yang sakit adalah hatinya bukan fisiknya. Namun, Firda masih cukup waras untuk tidak mempermalukan dirinya di tempat umum yang ada banyak orang seperti saat ini.

"Oh iya, tadi katanya ada yang mau dibicarakan? Perihal apa?" tanya Naufal yang sebenarnya sudah ingin pulang.

Pernikahannya tinggal sebentar lagi hingga dirinya butuh istirahat. Ustadz muda itu sudah mengosongkan jadwal kajiannya untuk satu bulan ke depan karena ia ingin fokus mengurus acara bahagianya bersama sang calon istri.

"Bisa kita bicara ditempat lain? Di restoran biar saya traktir sekalian. Soalnya pertanyaan saya banyak." Firda merasa tidak nyaman jika di berbicara di sana.

"Baik, tapi teman kamu dan kedua santri saya tetap ikut. Saya yang akan mentraktir, silahkan kamu duluan."

Naufal ingin segera pulang untuk istirahat jadi ia mengiyakan ajakan Firda. Lagi pula mereka tidak berdua jadi tidak masalah. Naufal juga akan berniat menitipkan undangan fisik pada Firda untuk teman alumninya.

Mereka masuk ke dalam mobil masing-masing, mobil Firda berjalan terlebih dahulu sebagai penentu tempat yang disusul oleh mobil Naufal. Mereka berhenti di tempat makan padang yang terkenal di Indonesia dengan rasa dan harganya, atau yang biasa disebut rumah makan padang mewah karena menjadi langganan para artis dan orang kaya. Tanpa perlu memesan pramusaji sudah membawakan banyak menu yang ditutup menggunakan plastik wrap.

"Mau makan apa buka aja ya," titah Naufal pada kedua santrinya yang tidak akan berani mengambil makanan jika tidak ia perintahkan.

"Syukron, Ustadz." Jawab kedua laki-laki muda itu kompak.

Duduk berhadapan walaupun terhalang meja cukup besar dengan laki-laki yang dicintai rasanya sangat mendebarkan. Apalagi laki-laki itu memiliki aura yang sangat kuat dalam menarik perhatiannya.

"Kamu beneran mau menikah?" Akhirnya setelah beberapa saat hanya diam Firda menanyakan hal yang membuatnya penasaran.

"InsyaAllah, oh iya nanti saya juga mau minta tolong titip surat undangan buat temen alumni yang dekat sama kamu ya," jawab Naufal semangat.

"Sama siapa?" tanya Firda tidak peduli.

"Sama cinta pertama kalau kata orang-orang," jawab Naufal santai.

Firda menunduk mendengar jawaban Naufal, menarik napas pelan sambil mencoba menebak siapa wanita yang menjadi cinta pertama laki-laki itu. Di sebelahnya Rima mengusap punggung Firda untuk menenangkan sahabatnya, hal itu tidak luput dari pandangan Naufal. Ia tahu bagaimana perasaan Firda padanya karena wanita itu pernah mengungkapkan secara langsung melalui direct message pada sebuah aplikasi sebelum Firda mendapatkan nomornya dari grup alumni.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Oncom Milik Ustadz   Naufal Jodohnya Oncom

    Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg

  • Oncom Milik Ustadz   Isi Pikiran Oncom

    Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka

  • Oncom Milik Ustadz   Iri Pada Saka

    Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t

  • Oncom Milik Ustadz   Menjadi Ibu

    Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini

  • Oncom Milik Ustadz   Sakala Zayyan Afkar

    Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz

  • Oncom Milik Ustadz   Neng Hebat!

    Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status