Share

Oncom Milik Ustadz
Oncom Milik Ustadz
Author: Kochan18

Perjodohan

"Ibu minta tolong untuk kali ini aja Oncom nurut ya sama kami. Ini semua buat kebaikan Oncom, biar ibu sama bapak juga tenang kalau sewaktu-waktu pergi ninggalin, Oncom. Ustadz Naufal pasti bisa menggantikan ibu sama bapak nantinya," bujuk Sutirah pada hari ini.

Oncom sudah mengetahui akan adanya hari ini, karena kedua orang tuanya sudah mengatakan dari beberapa tahun lalu tentang dia yang sudah dijodohkan sedari dulu. Namun, Oncom masih tidak percaya dengan laki-laki calon suaminya itu. Rasanya tidak mungkin dengan perbedaan mereka yang sangat jauh bagaikan langit dan bumi. Bukan tentang harta, tapi lebih pada akhlak yang bagaikan cerminan antara surga dan neraka. Di mana laki-laki yang katanya calon suaminya itu cerminan surga, sedangkan dia sendiri bagaikan cerminan neraka. 

Naufal nama laki-laki yang akan dijodohkan dengan Oncom. Anak seorang pemilik pondok pesantren yang ada di daerahnya. Seorang ustadz muda yang baru dua bulan lalu kembali dari menuntut ilmu. Oncom belum pernah melihatnya kembali setelah lulus sekolah dulu. Namun, ia sangat yakin tentang perbedaan mereka yang sangat jauh. 

Seorang ustadz muda sudah pasti kalem berwajah adem dengan sopan santun yang sangat tinggi. Sedangkan Oncom dengan gaya berantakan dan apa adanya tanpa pakaian yang menutupi aurat  sudah pasti menjadi bahan perbandingan masyarakat luas. Membayangkannya saja Oncom sudah merasa konyol dan untuk pertama kalinya ia memikirkan  bagaimana omongan orang lain nanti.

"Bukan gitu, Bu. Cuma gini, apa ibu sama bapak terlebih keluarga Abah  Yai enggak mikirin gimana perasaan ustadz Naufal? Enggak mikirin omongan masyarakat. Oncom cuma kasian sama ustadz itu kalau harus nikah sama Oncom. Oncom sih alhamdulillah dapetin suami yang kata orang spek surga. Nah ustadz Naufal yang istighfar nantinya kalau dapetin, Oncom. Jadi daripada malu nantinya mendingan enggak usah maksain. Lagian ibu sama bapak kayak udah tahu aja kapan mau ninggalin, Oncom."

Oncom menjabarkan apa yang ia pikirkan jika perjodohan itu benar-benar terjadi. Hidupnya memang berantakan dengan daya pikir yang terbilang lemah, dan ia tidak ingin mengajak orang lain untuk menemani hidup yang tidak terarah ini. Apalagi Naufal seorang ustadz yang kelak akan meneruskan kepimpinan pondok pesantren yang lumayan besar itu. Dan bukankan seharusnya seorang ustadz bersanding dengan seorang Ning dari kalangan pondok juga. 

Oncom hanya takut perjodohan ini atas unsur politik, di mana bapak mantan Lurah Sukira yang akan maju sebagai calon anggota legislatif untuk daerah pilihan satu dan menekan Abah Yai agar mau menjodohkan Naufal dengannya. Pikiran Oncom sudah terlalu jauh jika hal itu memang benar-benar terjadi. Oncom takut rumah tangganya nanti seperti cerita pada novel-novel perjodohan karena terpaksa. Bagus jika berujung cinta tapi jika sebaliknya? Oncom tidak mau menjadi janda muda. Ia lebih memilih menjadi perawan tua dibandingkan harus menjadi janda muda.

"Kita emang enggak pernah tahu kapan Allah akan mengambil nyawa, tapi sebagai manusia kita wajib berikhtiar bukan? Lagipula umur Oncom udah dua puluh delapan, kapan mau ngasih cucu buat ibu? Gita aja udah punya Juragan ganteng," rayu ibu Sutirah dengan membawa nama sahabatnya.

"Ya mangkanya jangan suka ngomong mau ninggalin, Oncom. Satu pertanyaan Oncom, ini enggak ada kaitannya sama politik, 'kan?"

"Maksudnya?"

"Gini, Bu. Bapak 'kan mau nyalon DPRD nih, jangan-jangan bapak neken Abah Yai lagi buat jodohin Oncom sama anaknya, supaya Abah dapet suara banyak." Bukannya menjawab ibu justru tertawa dengan penjelasan ku.

"Enggak ada hubungannya, Sayang. Kalau misalnya bapak pengen dapetin suara banyak dari landasan Abah Yai yang ada bapak harus baik-baikin, bukan justru maksa Abah Yai buat jodohin kamu sama ustadz Naufal. Oncom 'kan tau sendiri bapak berani nyalon juga atas dukungan abah Yai sama Oncom. Kalau enggak di dukung kalian berdua bapak enggak mungkin maju, 'kan?"

Oncom berpikir sejenak dan membenarkan penjelasan ibunya. Memang otaknya tidak sampai untuk hal-hal yang menurutnya berat.

"Ya udah terserah kalian aja. Asal ntar malem Oncom mau ngomong itu sama si Ustadz, mau nanya emang dia beneran mau nikah sama Oncom. Sekarang ibu keluar aja Oncom mau tidur."

"Nanti kamu kabur."

"Ya Allah, Oncom mau kabur lewat mana coba? Jendela semua di tralis, pintu dikunci dari luar."

"Oke, tapi janji ya jangan kabur? Ibu mohon buat kali ini." Seketika ia merasa jahat karena membuat ibunya harus memohon seperti itu. 

"Janji calon ibu Dewan."

Setelah itu Sutirah ke luar dan sepertinya mengunci pintu dari luar, mungkin takut ia kabur. Padahal Oncom sudah mengatakan iya yang artinya dia menerima dengan tidak akan melakukan hal yang membuat mereka malu.

Untuk menghilangkan rasa bosan yang mulai melanda Oncom mulai menyalakan handphone. Membuka aplikasi pemutar musik untuk menenangkan pikiran yang sejujurnya kacau. 

Mungkin sekarang Oncom mulai pada tahap lelah menjalani hidup dan pasrah akan perjodohan yang sudah ditentukan. Sejak kembali ke kampung halaman hidupnya pun kembali pada kehampaan. Tidak ada teman berkeluh kesah, tidak ada teman untuk melakukan hal-hal menyenangkan, karena mereka semua yang mendekati hanyalah bentuk hormat pada orang tuanya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Jika saja ia dari keluarga biasa sudah pasti akan selalu mendapatkan hinaan selama hidup.

Matanya hampir tertutup karena alunan musik dan juga rasa bosan. Namun, harus ia batalkan karena dering panggilan telepon dari salah satu sahabat gilanya yang bermata sipit. Seorang laki-laki keturunan Tionghoa yang tidak pernah malu menunjukkan kasih sayangnya di manapun pada Oncom. Namanya Kent, dia sering mengatakan jika Oncom Selir kesayangannya. Karena posisi ratu tetap pada Gita, sahabatnya juga. 

Pertemanan mereka memang aneh, Oncom, Gita dan enam laki-laki dengan fisik dan materi nyaris sempurna  yang mereka sebut anak Onta. Anak Onta yang menganggap mereka raja dengan satu ratu bernama Anggita Purnama. Sedangkan ia hanyalah selir untuk lima raja. Karena Andra tidak mau memiliki selir katanya. 

Namun, walaupun posisinya hanya sebagai selir, perlakuan mereka tetap sama tanpa pernah membedakan antara dia dan Gita. Hal yang membuatnya merasa diterima atas semua kekurangan.

"Assalamu'alaikum. Selamat siang, Sayang."

Untung saja hatinya sekuat baja, jadi Oncom tidak kayang atas perlakuan satu rajanya itu. Laki-laki bermata sipit yang akan membuat perempuan melayang akan kelembutan sikapnya. Kenneth Arial Rasyad, pewaris dari Arial Life & Tools, perusahaan yang bergerak untuk bidang teknik dan pertukangan. Perusahaan yang berpusat di negeri sakura dengan anak cabang lebih dari dua puluh diberbagai negara. 

"Alaika salam. Hati Oncom lemah, Ko. Tolong jangan terus dibombardir pake kata, Sayang. Oncom takut epilepsi kalo terus-terusan di sayang." Kent tertawa mendengar balasannya, tawa yang membuat matanya semakin tertutup. 

"Selirnya Koko lagi apa?" 

Ah sudahlah, jika ia tidak menggembok hati dengan kunci ganda sudah pasti Oncom akan terbang akan kelembutan sikap Kent. 

"Lagi galau."

"Mau dikawinin ya?" ledek Kent tepat sasaran. 

Gita pasti sudah memberitahu anak Onta tentang kabar perjodohannya.

"Iya, tolong bawa kabur Oncom dong, Ko. Oncom enggak mau ini sebenernya," pintanya dengan candaan.

"Yakin? Ntar di bawa kabur nangis pengen pulang," balas Kent membuat mereka sama-sama tertawa. 

"Ah Koko mah! Oncom nangis beneran nih," rengek Oncom dengan manja.

Hanya pada Kent memang Oncom sangat manja, karena di antara anak Onta yang lain Kent lah yang paling memanjakannya. 

Obrolan berlanjut hingga tanpa sadar Oncom terlelap dengan telpon yang masih terhubung. Kent yang melihat itu tersenyum dan membiarkan layar handphonenya penuh dengan wajah Oncom, dan harus ia akhirnya saat akan menghadiri meeting. 

***

Suasana rumah cukup ramai malam ini, apalagi saat keluarga Ustadz  Naufal datang dengan rombongannya. Bukan Oncom yang terlihat gelisah tetapi ibu Sutirah yang merasakan itu membuat Oncom tertawa pelan. Penampilan Oncom malam ini tertutup dan sebenarnya ia merasa gugup, tapi tetap bersikap santai seperti biasanya. Selain Gita dan anak Onta tidak akan ada yang tahu saat Oncom gugup. 

"Ibu keluar duluan ya mau nyambut keluarga abah, Yai. Nanti ibu kesini lagi kalau bapak udah nyuruh kamu keluar," pesan Ibu Sutirah sebelum keluar dari kamar Oncom.

Kamarnya cukup jauh dari ruang tamu, sehingga Oncom tidak bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Tidak ada yang menemaninya di dalam kamar itu karena ia memang tidak memiliki teman dekat di kampungnya. Oncom memiliki dua orang kakak perempuan, yang sayangnya tidak pernah menginginkan kehadirannya. Mereka menganggap Oncom hanyalah aib keluarga sehingga malu untuk mengakui Oncom sebagai adik mereka. Saat ini pun mereka tidak datang bahkan hanya untuk mengucapkan kata selamat. Dan Oncom tidak memperdulikan itu, bahkan Oncom memang meminta pada bapak dan ibunya untuk tidak mengizinkan mereka hadir pada malam ini.

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status