Chlora menatap Shelia dan Cithrel dengan datar. Kedua orang itu tampaknya tidak pernah berhenti mengejar-ngejar dirinya. Chlora merasa seakan mereka sedang terjebak dalam cinta segitiga.
“Kau tidak boleh berbicara dengan Chlora!” pekik Shelia.
“Mana bisa begitu? Jelas-jelas aku yang tiba di sini lebih dulu!” balas Cithrel.
Chlora menguap. Padahal tujuannya pergi ke kastil Woods hanyalah untuk menemui Zoey. Chlora melotot ke arah Zoey namun gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya. Chlora menahan geramannya.
“Aku tidak akan berbicara dengan kalian berdua, jadi bisakah kalian diam?” ucap Chlora.
Shelia dan Cithrel langsung terduduk. Chlora bisa mendengar suara tawa Zoey yang kecil. Sial, Chlora sedang tidak ingin meladeni kedua tokoh utama itu. Dia ingin berdiskusi pada Zoey karena sebentar lagi Virion akan masuk ke dalam akademi.
“Mengapa kalian tiba-tiba muncul di sini?” tanya Zoey.
Shelia menunduk. “Aku sedang berjalan-jalan, dan tanpa sengaja melihat kereta kuda yang memiliki lambang keluarga Beasley, jadi aku mengikuti kereta kuda itu.”
Chlora memegang dahinya, menahan kefrustasian. “Shelia, jika kau terus bertingkah seperti ini, aku tidak akan segan melaporkan hal ini kepada orang tuamu.”
“Lalu bagaimana denganmu, Cithrel?” pancing Zoey.
“Umm.. aku menyogok salah satu ksatria di rumahmu, Chlora. Aku memintanya agar memberitahuku kapan saja kau akan pergi,” jawab Cithrel.
Chlora memasang wajah terkejut dan heran. “What the fuck.. apakah kau tahu, itu tindakan yang sangat mengerikan, Cithrel! Aku akan memecat ksatria itu!”
“Jangan, Chlora! Aku mengancam ksatria itu sehingga ia tidak memiliki pilihan lain.”
Chlora memejamkan matanya. Ia kemudian berdiri dan membuka pintu. “Sekarang, bisakah kalian berdua keluar? Ada hal penting yang harus aku bicarakan berdua saja dengan Zoey.”
Shelia dan Cithrel saling bertatapan. Shelia terdiam di tempat duduknya dengan tatapan ragu, hal yang sama terjadi pada Cithrel. Zoey menyesap tehnya, melihat drama di depannya yang sangat menarik perhatian.
“Apakah kini kalian tidak bisa mendengar? Aku bilang, KELUAR!” teriak Chlora marah.
Shelia dan Cithrel langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi dari sana. Chlora lalu membanting pintu ruangan itu dengan kesal. Chlora dan tempramennya merupakan hal yang tidak terpisahkan, baik di novel atau dunia nyata.
“Aku salut padamu, jika aku yang mengalami hal itu sudah aku bunuh mereka,” celetuk Zoey.
Chlora mengatur napasnya dan melihat Zoey. “Menurutmu bagaimana? Apakah kau tidak melihat bagaimana mati-matiannya aku menahan untuk memukul wajah mereka?”
Zoey tertawa pelan. “Kau ingin membahas akademi bukan? Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Apakah Virion lulus dalam tes itu? Apakah kau tidak bisa menggagalkannya?”
“Mana mungkin. Kau kira kami para penyihir adalah Tuhan? Kami hanyalah seseorang yang memiliki lebih banyak mana di dalam tubuh kami sehingga kami bisa menggunakannya.”
Chlora mendesah frustasi. “Bagaimana jika aku tidak usah masuk akademi saja? Akademi bukan sesuatu hal yang wajib, bukan?”
“Memang tidak wajib. Tapi kau hanya menyia-nyiakan kesempatanmu jika kau tidak mencoba untuk masuk ke sana. Bangsawan akan lebih dikenal jika dia adalah lulusan akademi.”
“Astaga. Andai saja aku terlahir menjadi tokoh figuran, bukan antagonis,” ucap Chlora.
Zoey mengetuk-ngetuk tongkat sihirnya. “Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan pergerakan Virion. Entah mengapa kadang ia menyelinap masuk ke dalam kastil Beasley.”
Chlora mendelik. “Apa?! Kenapa kau tidak memberitahuku sejak dulu! Apakah itu berarti pemakamanku sudah semakin dekat? Hidup ini memang bangsat sekali.”
“Tapi ia selalu tersenyum senang setelah keluar dari kastil Beasley. Apakah kau sempat bertemu dengannya, Chlora?” tanya Zoey serius.
Chlora menggeleng. “Aku tidak pernah bertemu lagi dengan anak laki-laki. Terakhir aku mengobati anak laki-laki yang menyelinap ke dalam rumahku saat ulang tahunku yang ke tujuh. Tapi aku yakin itu bukan Virion, Virion memiliki tempramental yang buruk sejak ia kecil.”
Zoey membuka mulutnya, namun menutupnya kembali. “Jangan pernah percaya dengan laki-laki selain laki-laki penyihir, Chlora. Penyihir laki-laki cenderung tidak akan menyakitimu karena mereka tidak ingin mengacaukan masa depan. Tapi tampaknya masa depan itu sendiri sudah kacau.”
“Okey, aku tak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Tapi aku paling benci ketika melihat anak-anak yang disakiti oleh orang tuanya seperti laki-laki itu. Jiwa perempuan dewasaku akan bergejolak ketika melihat itu,” jawab Chlora.
Zoey mendengus. “Tetap saja kau tak boleh sembarangan dalam bersikap. Salah langkah sedikit saja, kita berdua akan terbunuh seperti di dalam novel.”
“Jika begitu bukankah berarti kau juga harus menghindari Shelia dan Cithrel, bodoh? Kau menyodorkan dirimu sendiri pada malaikat maut,” ejek Chlora.
Zoey mendelik. “Itu semua karenamu, Chlora! Kau membuat mereka berdua terobsesi denganmu sehingga aku juga terkena imbasnya!”
“Oh, begitu? Saat mereka datang tadi kau bisa membiarkan mereka berdua diam di depan gerbang kastil Woods, Zoey. Tapi kau membiarkan mereka untuk masuk. Jadi kini, siapa yang salah langkah?” tanya Chlora mengintimidasi.
Gadis berumur sebelas tahun itu mendengus. “Baiklah, kita berdua sama-sama bodoh, Chlora. Akui saja itu. Kau dan hatimu yang lembut, aku dan kecerobohanku, itu adalah kelemahan kita.”
Chlora terdiam. Hidupnya tidak akan tenang jika Shelia dan Cithrel masih mengejar-ngejarnya seperti itu. Apalagi Zoey mengatakan bahwa Virion sering masuk ke dalam kastil Beasley. Memang bukan hidup namanya jika tidak rumit.
“Zoey, sebenarnya berapa umur jiwamu itu? Mengapa kau bertingkah seolah kau seumuran dengan jiwaku?” tanya Chlora.
“Bakatku sebagai penyihir adalah membaca pikiran orang. Jadi coba kau pikirkan sendiri kenapa aku memiliki sikap yang sama denganmu,” sahut Zoey.
Chlora mengangguk. Zoey bisa membaca pikiran orang lain, itu berarti ia bisa mengetahui isi hati orang. Jelas saja Zoey akan mengetahui hal-hal baik mau pun buruk dalam pikiran orang lain. Anak kecil tidak akan menyadari hal-hal seperti itu.
“Kita sudah berumur sebelas tahun. Dua tahun lagi kita akan masuk ke dalam, akademi bukan? Apakah kau memiliki tujuan untuk masuk ke dalam akademi?” tanya Chlora.
Zoey mengeluarkan sepercik api menggunakan tongkat sihirnya. “Aku ingin bertemu dengan bangsawan penyihir lain, aku butuh sekutu untuk hidup tenang.”
“Apakah tidak cukup aku menjadi sekutumu? Ah, aku kecewa sekali,” Chlora tersenyum miring.
“Kau adalah manusia, aku adalah penyihir, kau sudah lihat perbedaannya, bukan?” jawab Zoey.
Mereka terdiam sejenak. Zoey mengetuk-ngetuk tongkat sihirnya dan terkejut ketika merasakan sebuah pergerakan mana yang aneh. Zoey memegang tangan Chlora dan mengisyaratkan gadis itu. Chlora mengangguk ketika melihat itu.
Suasana menjadi tegang. Tentu saja Chlora mengerti maksud Zoey. Zoey merasakan adanya pergerakan Virion. Zoey mengatakan jika Virion memiliki pergerakan mana yang berbeda dengan manusia aneh dan itu membuatnya mencolok.
“Chlora, apakah kau sudah selesai berbicara? Sekarang sudah sore.”
Chlora melotot kepada Zoey. Gadis itu jelas-jelas mengusirnya ketika Virion sedang mengintai mereka. “Kau ingin aku dibunuh olehnya, hah?” bisik Chlora.
“Jawab saja aku!” balas Zoey. “Katakan jika kau membenci Shelia dan Cithrel.”
Chlora mengangguk. “Ah iya. Aku benci sekali ketika Shelia dan Cithrel datang tadi.”
Zoey terkejut ketika merasakan perbedaanya. “Bagus, dia sudah pergi.”
Chlora langsung terduduk lega. “Astaga, kesalahan apa lagi yang aku buat.”
Chlora mencorat-coret ide yang akan ia gunakan untuk terhindar dari kematian. Chlora tidak akan merasa lega jika Shelia dan Cithrel terus masuk ke dalam kehidupannya. Di mana ada tokoh utama, di sana ada masalah.“Mengapa Virion harus ikut dalam masalah ini? Hidup memang merepotkan,” keluh Chlora.Chlora bergidik ketika tiba-tiba udara menjadi lebih dingin. “Ah, lagi pula aku dan dia sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tak bisakah kami menjadi teman?”Chlora memutar matanya. “Mana mungkin. Aku adalah orang yang meracuni Shelia di novel. Ah, Shelia dan para laki-laki bodoh itu, sangat menyebalkan.”Chlora menatap jam yang bergerak. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Chlora menyesal ia menurunkan kewaspadaannya karena kasih sayang Galan dan Violet. Chlora tahu jika ia tidak bisa bersantai seperti ini jika dia ingin hidup.“Sayang sekali aku terlahir kembali menjadi manusia biasa, bukan penyihir. Situasi akan menjadi lebih menguntungkan jika aku adalah penyihir.”Chlora menatap bunga m
Chlora melihat laporan harta kekayaan keluarganya. Banyak bangsawan yang menyesal karena mereka percaya dengan rumor itu sehingga menolak untuk membeli tambang Lunar. Kini mereka hanya bisa mengigit jari karena harga tambang Lunar sudah jauh di atas.“Setidaknya aku sudah mengambil salah satu harta kekayaan yang Cithrel miliki di novel. Menurutmu apa lagi yang harus aku ambil?” tanya Chlora.Zoey menggigit biskuit yang ada di tangannya. “Kau tahu bukan jika dia memiliki salah satu pedang yang menjadi legenda? Kau bisa mencari pedang itu dan memberikannya pada Alwin.”“Lebih kuat pedang itu atau pedang Lazarus?” ucap Chlora.“Tentu saja pedang Lazarus. Tapi pedang itu juga memiliki harga yang sama dengan pedang Lazarus. Ah, kemarin aku berhasil mencuri buku itu dari dimensi lain,” Zoey mengeluarkan sebuah buku yang memiliki sampul berwarna merah muda.Chlora menerima buku itu dan tertawa. “Astaga, buku sialan ini. Tapi aku membutuhkannya karena ingatanku sudah mulai samar. Bisakah aku
Chlora menelan ludahnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan menjalani tes untuk masuk ke akademi. Tentu saja bukan tes itu yang Chlora takutkan, tapi ia malas betemu Shelia dan Cithrel. Chlora tidak terlalu peduli dengan Shelia, tapi Chlora merasa bahwa Cithrel menyukainya.“Rasanya kepalaku akan pecah bila meladeni orang yang jatuh cinta,” celetuk Zoey.Chlora menoleh tidak percaya. “Hallo, seharusnya kau bisa menyihir Cithrel agar dia tidak jatuh cinta denganku, bukan?”“Mana mungkin! Sihir tidak bisa membuat orang mencintai atau berhenti mencintai!” ucap Zoey.Chlora memijat-mijat kepalanya, hal yang hampir setiap hari ia lakukan setelah bereinkarnasi di dunia ini. “Sial, siapa sangka alur ceritanya akan sehancur ini.”“Chlora, aku berharap kita bisa lolos ke akademi agar kita bisa terus bersama,” senyum Cithrel.Shelia menatap Cithrel dengan pandangan jijik. “Chlora terlalu bagus untukmu, Cithrel! Kau sama sekali tidak pantas berada di samping Chlora!”“Aku akan membuat diriku p
Chlora menatap kamar yang akan ia tempati selama lima tahun ke depan. Karena Chlora adalah murid jenius yang bisa mengerjakan soal dengan mudah dan cepat. Bahkan kini sudah tersebar jika Chlora menjadi murid paling jenius yang ada di akademi.“Padahal soal itu sama sekali tidak sulit. Ah, aku lupa, aku tinggal di benua asia yang pada saat kami masih berada di kelas dua kami sudah diwajibkan menghafal perkalian,” desah Chlora.Chlora meletakkan tasnya. “Ada untungnya juga menjadi murid yang jenius. Aku diberikan kamar yang bisa ditempati sendiri agar aku bisa fokus belajar.”Chlora memandang kamarnya yang berukuran 3x3 meter. Tentu saja kamar ini lebih kecil dari pada kamar yang lain karena kamar ini hanya digunakan untuk satu orang. Chlora membuka jendela dan menatap pemandangan.“Sial, apa yang harus aku lakukan di sini? Rasanya memang sejak awal aku tidak punya tujuan hidup selain hidup dalam kemewahan,” keluh Chlora.Chlora menatap gedung di mana siswa laki-laki tinggal. Gedung itu
Chlora bisa merasakan bajunya yang basah karena Virion. Di dalam hatinya, Chlora merasa bimbang. Dia, Zoey, dan Virion sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tentu saja Chlora yakin Virion tidak ingin menjadi seperti yang ada di novel.“Apakah kau sudah selesai?” Chlora menghapus air mata Virion. Ia terpaku melihat wajah Virion yang tampan itu. Bahkan setelah menangis Virion masih terlihat tampan.Virion menatap mata Chlora yang berwarna kuning. “Kau adalah satu-satunya orang yang pernah mengobatiku saat ayahku menganiayaku. Untuk pertama kalinya aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Tapi hatiku terasa sakit saat kau mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat.”Chlora langsung terdiam dan merasa bersalah. “Maaf, Virion. Aku menilaimu dengan buruk, tapi aku sendiri tidak pernah bertemu denganmu. Maafkan aku.”‘Chlora! Berikan saja dia novel itu! Aku yakin seorang antagonis pasti ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik, dan kita adalah contohnya!’ ucap Zoey.Zoey menciptaka
Chlora menatap seragam yang diberikan oleh akademi. “Seragamnya mirip dengan seragam Korea dan Jepang, tapi roknya lebih panjang.”“Sekolah dimulai dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Jadwalnya mirip seperti sekolah di Amerika, tapi mata pelajarannya diatur sekolah seperti di Asia.”Chlora memakai seragam itu dan tersenyum. “Dulu aku sangat ingin menggunakan seragam seperti ini. Siapa sangka kini aku bisa menggunakannya tanpa dipandang aneh.”“Apa yang kau lakukan? Kita harus pergi ke kelas sekarang!” pekik Zoey.Chlora mengangguk dan berjalan bersama Zoey ke ruang kelas. Setelah beberapa menit mereka berjalan, Chlora bisa melihat sudah banyak siswa baru yang duduk di tempat masing-masing. Chlora menatap ruang kelas itu. “Ruang kelasnya seperti ruang kuliah di Amerika.”Zoey mengernyit. “Berhenti berbicara tentang kehidupanmu di masa lalu, jika ada orang yang mendengarnya bisa saja itu menjadi masalah bagimu.”Zoey menarik tangan Chlora dan duduk di tempat yang tersedia. Mata
“Astaga, sepertinya akan sulit jika kita langsung menemui mereka,” ucap Chlora saat menatap Virion dan Harvey yang dikelilingi oleh para perempuan.Zoey menatap itu dengan wajah datar. “Sial, jika begini kita tidak bisa bertanya pada mereka.”“Ya, tidak ada pilihan. Kita harus mencari informasi dari perpustakaan,” ujar Chlora.Chlora segera menarik tangan Zoey dan pergi ke perpustakaan. Chlora menatap perpustakaan itu dengan wajah bingung. Perpustakaan itu sangatlah besar dengan jumlah siswa yang sedikit. Zoey menggunakan tongkat sihirnya untuk mempermudah pencarian buku itu.“Ah, buku tentang akademi ini berada di rak paling ujung,” celetuk Zoey.Chlora segera berjalan dan menemukan buku bersampul merah. “Ketemu!”Chlora membaca buku itu dan mengernyit. Buku itu tidak menuliskan tentang sejarah akademi. “Kenapa mereka malah menulis hal tidak penting di sini? Buang-buang waktu sekali.”“Mereka juga tidak menuliskan apa pun di sini. Lalu mengapa guru mengatakan bahwa kita bisa menemuka
“Chlora, apakah kamu tahu mengapa kita ada di sini?” tanya Zoey.Chlora mendengus kesal. “Tentu saja karena para tokoh utama menarik kita ke sini, bodoh!”Kini Chlora, Zoey, Shelia, Cithrel, dan Michael sedang duduk di kursi yang berada di halaman sekolah. Biasanya para siswa menggunakan kursi itu untuk belajar, berdiskusi, dan hal yang lainnya karena di kursi itu juga tersedia meja.“Apakah kalian sudah mendapatkan informasi tentang sejarah akademi? Jika belum kalian boleh menyalin punyaku! Aku menanyakan ini dari seorang guru!” pekik Shelia semangat.“Salin punyaku saja! Punyaku lebih terpercaya karena aku bertanya pada guru dan kakak kelas. Aku juga sudah memastikan kebenaran informasi tersebut!” balas Cithrel.“Ah, tenang saja. Aku dan Zoey sudah menyelesaikan tugas kami,” ucap Chlora.Michael tertawa. “Aku tahu jika Chlora itu adalah siswa yang pintar, cantik, dan baik hati. Tapi kalian tidak perlu seperti itu hanya untuk mendapatkan perhatiannya!”Shelia dan Cithrel menatap satu