Chlora menyesap tehnya. “Jadi, aku jelaskan semuanya padaku, Zoey.”
“Aku yakin kau sudah mengetahui siapa aku sebenarnya, mengingat kau membaca buku itu.”
“Hm, kau adalah penyihir,” jawab Chlora tenang.
Zoey menghembuskan napasnya. “Kami penyihir bisa mengetahui perbedaan antara jiwa-jiwa manusia. Aku bisa merasakan bahwa jiwamu berusia lebih tua dari pada tubuhmu.”
“Menarik, tapi dari mana kau mengetahui tentang buku?”
“Jika kau berpikir dunia ini terbentuk karena buku itu, maka kau salah. Dunia ini sudah ada sebelum buku itu. Kemungkinan penulis yang membuat buku itu adalah penyihir yang berasal dari sini. Jika penyihir itu sudah dalam tingkat tertinggi, maka dia bisa berpindah dimensi sesukanya. Semua penyihir tahu tentang keberadaan buku ‘Bunga dan Cinta’,” jawab Zoey.
Chlora mengangguk mengerti. “Tapi alur cerita buku itu berubah karenaku, bukan?”
“Iya. Aku tidak menyangka jika kau bisa bereinkarnasi ke dunia ini. Di dunia ini tidak ada yang namanya reinkarnasi. Setelah mati, maka kita akan pergi ke neraka atau surga. Aku mulai menyadari bahwa kau bereinkarnasi saat kita berumur tiga tahun,” ucap Zoey.
“Tentu saja, saat umur tiga tahun aku baru menyadari bahwa aku bereinkarnasi. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghindari kematianku yang kedua kalinya. Setidaknya biarkan aku menikmati kehidupanku yang kedua!” pekik Chlora.
Zoey terkekeh. “Aku yakin pasti rasanya tidak nyaman bila jiwa berusia dua puluh lima tahun berada di tubuh seorang anak kecil. Kau tidak bisa berbuat semaumu.”
“Benar, tapi aku bersyukur Galan dan Violet sangat menyayangi Chlora. Tapi aku merasa sedikit canggung ketika berbicara dengan mereka berdua. Umur jiwaku lebih tua dari pada umur mereka berdua. Umur jiwaku adalah tiga puluh dua tahun sedangkan mereka berdua berumur dua puluh tujuh tahun,” keluh Chlora.
“Aku juga akan merasa canggung jika menjadi dirimu,” sahut Zoey.
Chlora tiba-tiba teringat sesuatu. “Zoey, apa yang kau maksud saat mengatakan jika gempa itu disebabkan oleh pelaku yang sama namun dengan penyebab yang berbeda?”
Zoey menatap Chlora dengan tatapan serius. “Kau pasti sudah tahu jika Virion sangat terobsesi dengan Shelia bukan? Namun tampaknya kini berbeda. Kau sama sekali tidak berbuat kasar dengan Shelia, sedangkan di novel gempa itu disebabkan karena kau menampar Shelia.”
“Ah.. aku mengerti. Tapi jika aku tidak berbuat kasar kepada Shelia? Kenapa dia masih membuat gempa seperti itu? Rasanya aku serba salah sekali,” dengus Chlora.
“Chlora, Virion tidak sengaja membuat gempa itu. Dia memiliki setengah darah iblis, sehingga jika dia merasa marah maka otomatis alam akan mengikuti emosinya,” ujar Zoey.
“Fuck, masa bodo. Dia telah menghancurkan banyak barang di rumahku. Rasanya aku selalu dirugikan karena kedua tokoh utama yang tidak tahu malu itu,” ucap Chlora sinis.
Zoey mendesah. “Aku mempunyai beberapa asumsi, tapi aku akan mengatakannya padamu setelah aku yakin dengan asumsiku itu.”
Chlora mengibaskan tangannya. “Terserah, tapi kau harus membantuku agar keluarga Beasley tidak hancur, aku sangat menyayangi adikku.”
“Tentu saja. Baik di novel atau pun dunia nyata, hubungan kita adalah simbiosis mutualisme bukan?” ucap Zoey sambil tersenyum tipis.
Chlora menyeringai. “Apa yang kau inginkan? Aku akan memberikannya padamu.”
“Permata tourmaline. Keluargaku tidak sekaya keluargamu yang bisa membeli tambang. Tapi kau bisa memberikanku permata itu, bukan?” tanya Zoey.
“Ah, itu permata yang kau gunakan untuk memperkuat sihirmu, bukan? Baiklah, aku akan memberikannya padamu,” jawab Chlora.
Zoey tersenyum tipis. “Senang bertemu denganmu, Chlora.”
“Senang bertemu denganmu, juga, Zoey,” ucap Chlora sambil tersenyum.
Chlora mengantar Zoey ke kereta kudanya dan melambaikan tangan. Chlora tersenyum senang, ia sudah mempunyai Zoey, yang kelak akan menjadi salah satu penyihir terkuat yang ada di kerajaan. Salah satu rencananya telah berhasil.
*
“Ayah, aku rasa ayah harus menaruh perhatian pada keluarga Willis,” celetuk Chlora.
Galan dan Violet melirik satu sama lain, mengetahui bahwa anaknya itu akan meramal masa depan kembali. Galan menyenggol pundak Violet, menyuruh sang ibu berbicara dengan Chlora.
Violet mendesah. “Kenapa begitu, Chlora? Apakah ini hal yang menguntungkan?”
“Tidak, malah sebaliknya. Jika suatu hari Count Willis menawarkan penawaran, tolak saja itu. Dia akan terlilit hutang dalam waktu beberapa bulan karena tertipu,” jawab Chlora.
“Baiklah, ayah tidak akan menyetujui penawaran dari Count Willis,” ucap Galan.
Chlora mengangguk puas. “Dia memang akan menawarkan sesuatu yang sangat menjanjikan, bahkan aku yakin tidak ada bangsawan yang menolak. Tapi mereka akan merugi jika menyetujui penawaran itu.”
Violet mencubit pinggang Galan dan memberi kode. ‘Apakah kau akan tetap menyetujui penawaran Count Willis?’ tanya Violet tanpa suara.
‘Tidak. Aku mempercayai Chlora,’ jawab Galan.
Chlora menyodorkan salah satu mainan kepada Alwin. “Mainkan ini, maka kau akan pintar.”
Alwin menatap puzzle yang diberikan oleh Chlora. Kakaknya itu memang tidak tanggung-tanggung dalam memberikan mainan. Alwin memperkirakan kepingan puzzle itu berjumlah lima puluh kepingan.
“Kakak, apakah tidak ada yang lebih gampang?” tanya Alwin memelas.
Chlora mengernyit. “Bukankah itu sudah gampang? Kau ingin segampang apa?”
Violet mengelus dada ketika melihat tingkah laku Chlora. “Chlora, ibu tahu jika kau lebih pintar daripada anak sebayamu, tapi jangan memaksakan orang lain agar sama seperti dirimu.”
Chlora tertegun. “Maaf ibu, aku terlalu egois. Alwin masih berumur lima tahun dan aku sudah memaksanya untuk menyelesaikan puzzle itu.”
“Tidak apa, Chlora. Tapi kau harus ingat, jangan berpikir jika semua orang memiliki kemampuan yang sama. Setiap manusia terlahir dengan kemampuan yang berbeda,” timpal Galan.
Chlora menundukkan kepalanya. Ia merasa malu karena dinasihati oleh orang yang lebih muda darinya. Chlora hanya mengangguk pelan dan mengalihkan pandangannya. Ia mengernyit ketika melihat bayangan yang lewat di jendela.
Chlora berlari ke kamarnya. “Hei, kau bisa muncul sekarang.”
Hening, tidak terdengar apa pun. “Aku tidak akan melaporkanmu, kau bisa membunuhku jika aku melaporkanmu pada penjaga.”
Suara gemerisik kembali terdengar. Kemudian terlihatlah seorang laki-laki yang memiliki banyak luka lebam di wajah dan tubuhnya. Chlora terkejut melihat itu. Ia langsung berlari untuk mengambil kotak obat yang ada di kamarnya.
“Siapa yang melakukan ini padamu? Apakah aku harus melaporkannya?” tanya Chlora khawatir.
Laki-laki yang sepertinya berumur sembilan tahun itu menunduk. “Ayahku.”
Chlora mengobati luka-lukanya dan memegang kedua tangannya. “Mengapa ayahmu melakukan hal itu kepadamu? Apa yang kau perbuat hingga ia seperti itu?”
“Ayahku tidak menyukaiku karena aku adalah anak haram. Dia mengatakan bahwa ibuku membuatnya tak bisa memiliki anak selain diriku.”
Chlora memeluknya dengan lembut. “Kau harus berani melawan ayahmu. Menjadi anak haram bukanlah kesalahanmu. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja.”
Laki-laki itu tersentak. “M-mengapa kau sangat baik kepadaku? Aku sudah menyelinap ke sini.”
“Itu bukan masalah yang besar. Walau pun kau mencuri barang-barang di rumah ini aku tidak akan protes. Tapi tolong jangan sakiti keluargaku, terutama adikku,” ucap Chlora.
“Terima kasih. Kau sudah membuat hariku menjadi lebih baik. Aku pergi.”
Chlora menatap laki-laki yang sudah menghilang itu. “Sampai jumpa.”
Chlora menatap Shelia dan Cithrel dengan datar. Kedua orang itu tampaknya tidak pernah berhenti mengejar-ngejar dirinya. Chlora merasa seakan mereka sedang terjebak dalam cinta segitiga. “Kau tidak boleh berbicara dengan Chlora!” pekik Shelia.“Mana bisa begitu? Jelas-jelas aku yang tiba di sini lebih dulu!” balas Cithrel.Chlora menguap. Padahal tujuannya pergi ke kastil Woods hanyalah untuk menemui Zoey. Chlora melotot ke arah Zoey namun gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya. Chlora menahan geramannya. “Aku tidak akan berbicara dengan kalian berdua, jadi bisakah kalian diam?” ucap Chlora.Shelia dan Cithrel langsung terduduk. Chlora bisa mendengar suara tawa Zoey yang kecil. Sial, Chlora sedang tidak ingin meladeni kedua tokoh utama itu. Dia ingin berdiskusi pada Zoey karena sebentar lagi Virion akan masuk ke dalam akademi.“Mengapa kalian tiba-tiba muncul di sini?” tanya Zoey.Shelia menunduk. “Aku sedang berjalan-jalan, dan tanpa sengaja melihat kereta kuda yang memiliki lamb
Chlora mencorat-coret ide yang akan ia gunakan untuk terhindar dari kematian. Chlora tidak akan merasa lega jika Shelia dan Cithrel terus masuk ke dalam kehidupannya. Di mana ada tokoh utama, di sana ada masalah.“Mengapa Virion harus ikut dalam masalah ini? Hidup memang merepotkan,” keluh Chlora.Chlora bergidik ketika tiba-tiba udara menjadi lebih dingin. “Ah, lagi pula aku dan dia sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tak bisakah kami menjadi teman?”Chlora memutar matanya. “Mana mungkin. Aku adalah orang yang meracuni Shelia di novel. Ah, Shelia dan para laki-laki bodoh itu, sangat menyebalkan.”Chlora menatap jam yang bergerak. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Chlora menyesal ia menurunkan kewaspadaannya karena kasih sayang Galan dan Violet. Chlora tahu jika ia tidak bisa bersantai seperti ini jika dia ingin hidup.“Sayang sekali aku terlahir kembali menjadi manusia biasa, bukan penyihir. Situasi akan menjadi lebih menguntungkan jika aku adalah penyihir.”Chlora menatap bunga m
Chlora melihat laporan harta kekayaan keluarganya. Banyak bangsawan yang menyesal karena mereka percaya dengan rumor itu sehingga menolak untuk membeli tambang Lunar. Kini mereka hanya bisa mengigit jari karena harga tambang Lunar sudah jauh di atas.“Setidaknya aku sudah mengambil salah satu harta kekayaan yang Cithrel miliki di novel. Menurutmu apa lagi yang harus aku ambil?” tanya Chlora.Zoey menggigit biskuit yang ada di tangannya. “Kau tahu bukan jika dia memiliki salah satu pedang yang menjadi legenda? Kau bisa mencari pedang itu dan memberikannya pada Alwin.”“Lebih kuat pedang itu atau pedang Lazarus?” ucap Chlora.“Tentu saja pedang Lazarus. Tapi pedang itu juga memiliki harga yang sama dengan pedang Lazarus. Ah, kemarin aku berhasil mencuri buku itu dari dimensi lain,” Zoey mengeluarkan sebuah buku yang memiliki sampul berwarna merah muda.Chlora menerima buku itu dan tertawa. “Astaga, buku sialan ini. Tapi aku membutuhkannya karena ingatanku sudah mulai samar. Bisakah aku
Chlora menelan ludahnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan menjalani tes untuk masuk ke akademi. Tentu saja bukan tes itu yang Chlora takutkan, tapi ia malas betemu Shelia dan Cithrel. Chlora tidak terlalu peduli dengan Shelia, tapi Chlora merasa bahwa Cithrel menyukainya.“Rasanya kepalaku akan pecah bila meladeni orang yang jatuh cinta,” celetuk Zoey.Chlora menoleh tidak percaya. “Hallo, seharusnya kau bisa menyihir Cithrel agar dia tidak jatuh cinta denganku, bukan?”“Mana mungkin! Sihir tidak bisa membuat orang mencintai atau berhenti mencintai!” ucap Zoey.Chlora memijat-mijat kepalanya, hal yang hampir setiap hari ia lakukan setelah bereinkarnasi di dunia ini. “Sial, siapa sangka alur ceritanya akan sehancur ini.”“Chlora, aku berharap kita bisa lolos ke akademi agar kita bisa terus bersama,” senyum Cithrel.Shelia menatap Cithrel dengan pandangan jijik. “Chlora terlalu bagus untukmu, Cithrel! Kau sama sekali tidak pantas berada di samping Chlora!”“Aku akan membuat diriku p
Chlora menatap kamar yang akan ia tempati selama lima tahun ke depan. Karena Chlora adalah murid jenius yang bisa mengerjakan soal dengan mudah dan cepat. Bahkan kini sudah tersebar jika Chlora menjadi murid paling jenius yang ada di akademi.“Padahal soal itu sama sekali tidak sulit. Ah, aku lupa, aku tinggal di benua asia yang pada saat kami masih berada di kelas dua kami sudah diwajibkan menghafal perkalian,” desah Chlora.Chlora meletakkan tasnya. “Ada untungnya juga menjadi murid yang jenius. Aku diberikan kamar yang bisa ditempati sendiri agar aku bisa fokus belajar.”Chlora memandang kamarnya yang berukuran 3x3 meter. Tentu saja kamar ini lebih kecil dari pada kamar yang lain karena kamar ini hanya digunakan untuk satu orang. Chlora membuka jendela dan menatap pemandangan.“Sial, apa yang harus aku lakukan di sini? Rasanya memang sejak awal aku tidak punya tujuan hidup selain hidup dalam kemewahan,” keluh Chlora.Chlora menatap gedung di mana siswa laki-laki tinggal. Gedung itu
Chlora bisa merasakan bajunya yang basah karena Virion. Di dalam hatinya, Chlora merasa bimbang. Dia, Zoey, dan Virion sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tentu saja Chlora yakin Virion tidak ingin menjadi seperti yang ada di novel.“Apakah kau sudah selesai?” Chlora menghapus air mata Virion. Ia terpaku melihat wajah Virion yang tampan itu. Bahkan setelah menangis Virion masih terlihat tampan.Virion menatap mata Chlora yang berwarna kuning. “Kau adalah satu-satunya orang yang pernah mengobatiku saat ayahku menganiayaku. Untuk pertama kalinya aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Tapi hatiku terasa sakit saat kau mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat.”Chlora langsung terdiam dan merasa bersalah. “Maaf, Virion. Aku menilaimu dengan buruk, tapi aku sendiri tidak pernah bertemu denganmu. Maafkan aku.”‘Chlora! Berikan saja dia novel itu! Aku yakin seorang antagonis pasti ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik, dan kita adalah contohnya!’ ucap Zoey.Zoey menciptaka
Chlora menatap seragam yang diberikan oleh akademi. “Seragamnya mirip dengan seragam Korea dan Jepang, tapi roknya lebih panjang.”“Sekolah dimulai dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Jadwalnya mirip seperti sekolah di Amerika, tapi mata pelajarannya diatur sekolah seperti di Asia.”Chlora memakai seragam itu dan tersenyum. “Dulu aku sangat ingin menggunakan seragam seperti ini. Siapa sangka kini aku bisa menggunakannya tanpa dipandang aneh.”“Apa yang kau lakukan? Kita harus pergi ke kelas sekarang!” pekik Zoey.Chlora mengangguk dan berjalan bersama Zoey ke ruang kelas. Setelah beberapa menit mereka berjalan, Chlora bisa melihat sudah banyak siswa baru yang duduk di tempat masing-masing. Chlora menatap ruang kelas itu. “Ruang kelasnya seperti ruang kuliah di Amerika.”Zoey mengernyit. “Berhenti berbicara tentang kehidupanmu di masa lalu, jika ada orang yang mendengarnya bisa saja itu menjadi masalah bagimu.”Zoey menarik tangan Chlora dan duduk di tempat yang tersedia. Mata
“Astaga, sepertinya akan sulit jika kita langsung menemui mereka,” ucap Chlora saat menatap Virion dan Harvey yang dikelilingi oleh para perempuan.Zoey menatap itu dengan wajah datar. “Sial, jika begini kita tidak bisa bertanya pada mereka.”“Ya, tidak ada pilihan. Kita harus mencari informasi dari perpustakaan,” ujar Chlora.Chlora segera menarik tangan Zoey dan pergi ke perpustakaan. Chlora menatap perpustakaan itu dengan wajah bingung. Perpustakaan itu sangatlah besar dengan jumlah siswa yang sedikit. Zoey menggunakan tongkat sihirnya untuk mempermudah pencarian buku itu.“Ah, buku tentang akademi ini berada di rak paling ujung,” celetuk Zoey.Chlora segera berjalan dan menemukan buku bersampul merah. “Ketemu!”Chlora membaca buku itu dan mengernyit. Buku itu tidak menuliskan tentang sejarah akademi. “Kenapa mereka malah menulis hal tidak penting di sini? Buang-buang waktu sekali.”“Mereka juga tidak menuliskan apa pun di sini. Lalu mengapa guru mengatakan bahwa kita bisa menemuka