Chlora mencorat-coret ide yang akan ia gunakan untuk terhindar dari kematian. Chlora tidak akan merasa lega jika Shelia dan Cithrel terus masuk ke dalam kehidupannya. Di mana ada tokoh utama, di sana ada masalah.
“Mengapa Virion harus ikut dalam masalah ini? Hidup memang merepotkan,” keluh Chlora.
Chlora bergidik ketika tiba-tiba udara menjadi lebih dingin. “Ah, lagi pula aku dan dia sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tak bisakah kami menjadi teman?”
Chlora memutar matanya. “Mana mungkin. Aku adalah orang yang meracuni Shelia di novel. Ah, Shelia dan para laki-laki bodoh itu, sangat menyebalkan.”
Chlora menatap jam yang bergerak. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Chlora menyesal ia menurunkan kewaspadaannya karena kasih sayang Galan dan Violet. Chlora tahu jika ia tidak bisa bersantai seperti ini jika dia ingin hidup.
“Sayang sekali aku terlahir kembali menjadi manusia biasa, bukan penyihir. Situasi akan menjadi lebih menguntungkan jika aku adalah penyihir.”
Chlora menatap bunga magnolia emas yang ia pajang dengan kaca. Chlora tertawa pelan ketika mengingat bunga itu mirip dengan bunga yang ada di cerita ‘Beauty and the Beast’. Sayang sekali dia memiliki nasib yang berbeda.
“Di mana-mana para tokoh utama itu memang beban. Para laki-laki yang menyukai tokoh utama juga tidak memiliki alasan yang jelas. Aku ingin berteriak kepada para penulis agar mereka berhenti membuat karakter utama yang lemah seperti itu,” keluh Chlora.
“Sial, aku lupa jika para bangsawan wajib untuk menikah. Tapi siapa yang akan menikahiku? Aku hanyalah tokoh antagonis yang berusaha untuk bertahan hidup.”
Chlora menghembuskan napasnya dan menatap daun-daun yang mulai berguguran. Matanya tanpa sadar terpaku pada jepit rambut yang diberikan saat ia berumur lima tahun. “Aku masih penasaran siapa yang memberikannya.”
Chlora melirik ke jendela, berharap orang itu bukanlah Virion. “Keluarlah, sudah berapa lama kau mendengarkan aku berbicara sendiri?”
Laki-laki itu tampak tersentak. “Bagaimana bisa kau selalu mengetahui diriku?”
“Mudah, kau tampaknya kurang lihai dalam menyelinap. Tapi untuk apa kau pergi ke sini? Jika kau membutuhkan uang aku bisa memberikannya padamu,” jawab Chlora.
“Aku tidak membutuhkan itu. Aku hanya ingin melihatmu lagi.”
Chlora menatap laki-laki berambut cokelat di hadapannya. “Setelah beberapa tahun akhirnya kau muncul lagi. Aku sempat khawatir karena temanku mengatakan jika Virion terus menyelinap ke dalam kastil Beasley. Tapi itu bukanlah dirimu.”
Tubuh laki-laki itu langsung menegang. “Memangnya apa yang akan dilakukan oleh Virion itu? Aku rasa dia bukan orang yang jahat.”
Chlora terkekeh. “Bukan orang yang jahat? Suatu hari nanti dia akan menghancurkan keluargaku karena obsesinya terhadap Shelia. Dia adalah orang yang harus aku hindari setelah Cithrel.”
“Mengapa kau bisa merasa yakin seperti itu? Bisa saja dia orang yang baik, bukan?” bantahnya.
“Jika dia orang yang baik maka dia tidak perlu menyiksa adikku, menghancurkan keluargaku, dan hal-hal kejam lainnya. Yang aku lakukan hanyalah berusaha menyelamatkan diriku sendiri.”
Laki-laki itu terdiam dan menunduk. Chlora menguap. “Jika kau ingin terus membela Virion silahkan pergi dari sini. Suasana hatiku akan buruk jika membahasnya.”
“Ah, aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Aku akhirnya terbebas dari ayahku,” ucapnya. Namun Chlora bisa melihat laki-laki itu menahan tangisannya.
Chlora memegang rahang laki-laki itu dan menghapus air matanya. “Tidak ada yang perlu kau tangisi. Kini akhirnya kau bisa bebas dari orang biadab itu.”
“Tapi aku tidak akan bisa menemuimu lagi, jika bukan karena kata-katamu itu aku sudah menyerah sejak dulu,” ujarnya sedih.
Chlora tersenyum tipis. “Suatu hari, kita akan bertemu lagi. Aku berjanji, kita akan bertemu ketika kau sudah bahagia dan aku sudah terlepas dari ikatan takdirku.”
Chlora mengulurkan kelingkingnya dan laki-laki itu membalasnya. Chlora tersenyum senang, setidaknya ia bisa membuat anak di hadapannya bisa bertahan hidup berkat kata-katanya yang bagi Chlora tidak berarti sama sekali.
“Bisa kah aku diam di sini sebentar? Aku janji aku akan segera pergi.”
Chlora mengangguk. “Tentu saja! Ke mana kau akan pergi?”
“Aku akan pergi ke akademi. Aku belajar dengan keras agar bisa lolos dalam tes dan pergi dari neraka itu. Aku sudah tidak tahan menghadapi ayahku.”
“Wow! Aku juga akan pergi ke akademi dua tahun lagi. Berarti kau dua tahun lebih tua dariku, bukan? Aku harap kita bisa bertemu nanti!” pekik Chlora semangat.
“Ya, kita pasti bertemu nanti,” balasnya.
Chlora menatap wajah laki-laki itu. “Ah, jadi kau merupakan bangsawan juga? Jarang sekali ada bangsawan yang memiliki hobi menyelinap ke dalam rumah bangsawan lain. Kau berasal dari keluarga mana?”
Laki-laki itu hendak menjawab, namun ia mengingat kata-kata Chlora tadi. “Aku akan memberitahumu jika kau sudah masuk dalam akademi. Aku akan menunggumu di sana.”
“Baiklah, siapa sangka kau akan bermain tebak-tebakkan denganku. Tapi aku akan menahan rasa penasaranku selama dua tahun,” ucap Chlora.
Laki-laki itu tersenyum lemah “Berjanjilah jika kau tidak akan membenciku.”
“Mana mungkin. Aku tidak akan membenci orang sebaik dirimu,” sahut Chlora.
Laki-laki itu menahan rasa sakit yang ada di dadanya. “Berjanjilah terlebih dahulu. Aku tidak yakin kau akan bertingkah sama jika kau tidak berjanji.”
“Aku berjanji tidak akan membencimu, apakah kau sudah puas?” dengus Chlora.
Ia tersenyum dan mengacak rambut Chlora. “Aku senang bisa bertemu orang sebaik dirimu.”
Chlora tertawa. “Aku tidak sebaik itu! Aku hanya menolong orang yang perlu bantuan.”
“Sampai jumpa, maaf jika aku terus menyelinap ke dalam rumahmu,” laki-laki itu mengecup dahi Chlora dan segera pergi dari sana.
Wajah Chlora merona. “Astaga, apa yang dilakukan anak berumur tiga belas tahun?”
“Walau pun masih kecil, tapi ia memiliki wajah yang tampan. Sayang sekali ia mempunyai ayah yang kasar. Andai saja dia memberitahu nama keluarganya maka aku akan segera melaporkan ayahnya itu,” ucap Chlora.
“Tapi kenapa ia tidak mau memberitahu nama keluarganya? Aku merasa ada yang janggal.”
Chlora menatap sebuah ranting yang ia letakkan di pohon rumahnya. Ranting pohon itu merupakan barang buatan Zoey, yang memiliki fungsi untuk mengetahui keberadaan Virion apa bila ia masuk ke dalam kastil Beasley.
Chlora tertawa kecil ketika menyadari betapa kerasnya mereka berdua mencoba untuk menghindar dari kematian. Siapa sangka gadis sedatar Zoey akan melakukan usaha sekeras itu agar tetap hidup.
Chlora juga baru mengetahui jika para penyihir terlibat dalam buku dan mendapatkan hal yang tidak diinginkan, maka mereka akan langsung mengubah takdir itu. Seperti yang ia dan Zoey lakukan. Bahkan Zoey mengatakan para penyihir akan berlomba-lomba mendapatkan barang sihir yang muncul di buku.
“Ah, anak itu tadi membantah bahwa Virion adalah orang jahat, memangnya apa yang ia tahu?”
Chlora mengedarkan pandangannya dan terkejut ketika bunga magnolia emas yang ia pajang mengeluarkan cahaya seperti cahaya lampu. Chlora langsung mendekati bunga itu dan memutar-mutar kacanya.
“Apa yang terjadi? Apakah ini pertanda aku akan dibunuh Virion?”
Chlora mengigit kuku jarinya. “Dari pilihan takdir kenapa aku harus mendapatkan takdir untuk menjadi calon pasangan pemilik pedang Lazarus?!”
Chlora mendesah dan memeluk kotak kaca itu. “Apa pun yang akan terjadi, tolong jangan bunuh aku. Aku hanya ingin menjalani hidup dengan tenang.”
Chlora melihat laporan harta kekayaan keluarganya. Banyak bangsawan yang menyesal karena mereka percaya dengan rumor itu sehingga menolak untuk membeli tambang Lunar. Kini mereka hanya bisa mengigit jari karena harga tambang Lunar sudah jauh di atas.“Setidaknya aku sudah mengambil salah satu harta kekayaan yang Cithrel miliki di novel. Menurutmu apa lagi yang harus aku ambil?” tanya Chlora.Zoey menggigit biskuit yang ada di tangannya. “Kau tahu bukan jika dia memiliki salah satu pedang yang menjadi legenda? Kau bisa mencari pedang itu dan memberikannya pada Alwin.”“Lebih kuat pedang itu atau pedang Lazarus?” ucap Chlora.“Tentu saja pedang Lazarus. Tapi pedang itu juga memiliki harga yang sama dengan pedang Lazarus. Ah, kemarin aku berhasil mencuri buku itu dari dimensi lain,” Zoey mengeluarkan sebuah buku yang memiliki sampul berwarna merah muda.Chlora menerima buku itu dan tertawa. “Astaga, buku sialan ini. Tapi aku membutuhkannya karena ingatanku sudah mulai samar. Bisakah aku
Chlora menelan ludahnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan menjalani tes untuk masuk ke akademi. Tentu saja bukan tes itu yang Chlora takutkan, tapi ia malas betemu Shelia dan Cithrel. Chlora tidak terlalu peduli dengan Shelia, tapi Chlora merasa bahwa Cithrel menyukainya.“Rasanya kepalaku akan pecah bila meladeni orang yang jatuh cinta,” celetuk Zoey.Chlora menoleh tidak percaya. “Hallo, seharusnya kau bisa menyihir Cithrel agar dia tidak jatuh cinta denganku, bukan?”“Mana mungkin! Sihir tidak bisa membuat orang mencintai atau berhenti mencintai!” ucap Zoey.Chlora memijat-mijat kepalanya, hal yang hampir setiap hari ia lakukan setelah bereinkarnasi di dunia ini. “Sial, siapa sangka alur ceritanya akan sehancur ini.”“Chlora, aku berharap kita bisa lolos ke akademi agar kita bisa terus bersama,” senyum Cithrel.Shelia menatap Cithrel dengan pandangan jijik. “Chlora terlalu bagus untukmu, Cithrel! Kau sama sekali tidak pantas berada di samping Chlora!”“Aku akan membuat diriku p
Chlora menatap kamar yang akan ia tempati selama lima tahun ke depan. Karena Chlora adalah murid jenius yang bisa mengerjakan soal dengan mudah dan cepat. Bahkan kini sudah tersebar jika Chlora menjadi murid paling jenius yang ada di akademi.“Padahal soal itu sama sekali tidak sulit. Ah, aku lupa, aku tinggal di benua asia yang pada saat kami masih berada di kelas dua kami sudah diwajibkan menghafal perkalian,” desah Chlora.Chlora meletakkan tasnya. “Ada untungnya juga menjadi murid yang jenius. Aku diberikan kamar yang bisa ditempati sendiri agar aku bisa fokus belajar.”Chlora memandang kamarnya yang berukuran 3x3 meter. Tentu saja kamar ini lebih kecil dari pada kamar yang lain karena kamar ini hanya digunakan untuk satu orang. Chlora membuka jendela dan menatap pemandangan.“Sial, apa yang harus aku lakukan di sini? Rasanya memang sejak awal aku tidak punya tujuan hidup selain hidup dalam kemewahan,” keluh Chlora.Chlora menatap gedung di mana siswa laki-laki tinggal. Gedung itu
Chlora bisa merasakan bajunya yang basah karena Virion. Di dalam hatinya, Chlora merasa bimbang. Dia, Zoey, dan Virion sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tentu saja Chlora yakin Virion tidak ingin menjadi seperti yang ada di novel.“Apakah kau sudah selesai?” Chlora menghapus air mata Virion. Ia terpaku melihat wajah Virion yang tampan itu. Bahkan setelah menangis Virion masih terlihat tampan.Virion menatap mata Chlora yang berwarna kuning. “Kau adalah satu-satunya orang yang pernah mengobatiku saat ayahku menganiayaku. Untuk pertama kalinya aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Tapi hatiku terasa sakit saat kau mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat.”Chlora langsung terdiam dan merasa bersalah. “Maaf, Virion. Aku menilaimu dengan buruk, tapi aku sendiri tidak pernah bertemu denganmu. Maafkan aku.”‘Chlora! Berikan saja dia novel itu! Aku yakin seorang antagonis pasti ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik, dan kita adalah contohnya!’ ucap Zoey.Zoey menciptaka
Chlora menatap seragam yang diberikan oleh akademi. “Seragamnya mirip dengan seragam Korea dan Jepang, tapi roknya lebih panjang.”“Sekolah dimulai dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Jadwalnya mirip seperti sekolah di Amerika, tapi mata pelajarannya diatur sekolah seperti di Asia.”Chlora memakai seragam itu dan tersenyum. “Dulu aku sangat ingin menggunakan seragam seperti ini. Siapa sangka kini aku bisa menggunakannya tanpa dipandang aneh.”“Apa yang kau lakukan? Kita harus pergi ke kelas sekarang!” pekik Zoey.Chlora mengangguk dan berjalan bersama Zoey ke ruang kelas. Setelah beberapa menit mereka berjalan, Chlora bisa melihat sudah banyak siswa baru yang duduk di tempat masing-masing. Chlora menatap ruang kelas itu. “Ruang kelasnya seperti ruang kuliah di Amerika.”Zoey mengernyit. “Berhenti berbicara tentang kehidupanmu di masa lalu, jika ada orang yang mendengarnya bisa saja itu menjadi masalah bagimu.”Zoey menarik tangan Chlora dan duduk di tempat yang tersedia. Mata
“Astaga, sepertinya akan sulit jika kita langsung menemui mereka,” ucap Chlora saat menatap Virion dan Harvey yang dikelilingi oleh para perempuan.Zoey menatap itu dengan wajah datar. “Sial, jika begini kita tidak bisa bertanya pada mereka.”“Ya, tidak ada pilihan. Kita harus mencari informasi dari perpustakaan,” ujar Chlora.Chlora segera menarik tangan Zoey dan pergi ke perpustakaan. Chlora menatap perpustakaan itu dengan wajah bingung. Perpustakaan itu sangatlah besar dengan jumlah siswa yang sedikit. Zoey menggunakan tongkat sihirnya untuk mempermudah pencarian buku itu.“Ah, buku tentang akademi ini berada di rak paling ujung,” celetuk Zoey.Chlora segera berjalan dan menemukan buku bersampul merah. “Ketemu!”Chlora membaca buku itu dan mengernyit. Buku itu tidak menuliskan tentang sejarah akademi. “Kenapa mereka malah menulis hal tidak penting di sini? Buang-buang waktu sekali.”“Mereka juga tidak menuliskan apa pun di sini. Lalu mengapa guru mengatakan bahwa kita bisa menemuka
“Chlora, apakah kamu tahu mengapa kita ada di sini?” tanya Zoey.Chlora mendengus kesal. “Tentu saja karena para tokoh utama menarik kita ke sini, bodoh!”Kini Chlora, Zoey, Shelia, Cithrel, dan Michael sedang duduk di kursi yang berada di halaman sekolah. Biasanya para siswa menggunakan kursi itu untuk belajar, berdiskusi, dan hal yang lainnya karena di kursi itu juga tersedia meja.“Apakah kalian sudah mendapatkan informasi tentang sejarah akademi? Jika belum kalian boleh menyalin punyaku! Aku menanyakan ini dari seorang guru!” pekik Shelia semangat.“Salin punyaku saja! Punyaku lebih terpercaya karena aku bertanya pada guru dan kakak kelas. Aku juga sudah memastikan kebenaran informasi tersebut!” balas Cithrel.“Ah, tenang saja. Aku dan Zoey sudah menyelesaikan tugas kami,” ucap Chlora.Michael tertawa. “Aku tahu jika Chlora itu adalah siswa yang pintar, cantik, dan baik hati. Tapi kalian tidak perlu seperti itu hanya untuk mendapatkan perhatiannya!”Shelia dan Cithrel menatap satu
Chlora menatap wajahnya di cermin. Ia sudah berubah menjadi Cithrel sedang sihir ilusi yang digunakan Zoey. Sedangkan Zoey mengggunakan wajah Michael untuk penyamarannya.“Jantungku tidak bisa berhenti berdebar, apakah kau yakin dengan rencana ini?” tanya Chlora.Zoey memutar matanya. “Jangan mengatakan seolah kita mempunyai pilihan, Chlora. Kita harus bisa menyelamatkan akademi ini, jika akademi ini hancur maka sudah pasti Virion akan dihukum karena dia yang menyebabkan hal itu.”“Okey, tapi alasan apa yang kita pakai untuk masuk ke dalamnya?” ucap Chlora.Zoey menyeringai dan mengeluarkan lembaran kertas yang berisi tugas sejarah akademi. “Katakan saja jika kita mengerjakan ini. Aku yakin mereka akan mengizinkannya.”Chlora terdiam sejenak. “Tunggu, apakah sebaiknya kau gunakan sihir ilusi ini setelah kita berada di luar asrama perempuan? Tidak mungkin kita keluar dengan penampilan laki-laki.”“Tentu saja! Tenanglah, misi kita bertambah satu lagi. Yang pertama adalah bertahan hidup,