Home / Romansa / Our Secret Wedding / Bab 2 Tembok Yang Tinggi

Share

Bab 2 Tembok Yang Tinggi

Author: Cadiz Eitrama
last update Last Updated: 2025-05-08 04:15:07

Rapat besar pemegang saham WEDHATAMA GROUP digelar di Ballroom utama gedung pusat yang di desain megah dan mencekam dengan dominasi hitam, emas, dan abu-abu. Di tengah ruangan dengan tata letak melingkar itu, duduk para pemegang kendali dinasti bisnis raksasa, anggota keluarga wedhatama dari berbagai cabang keluarga, pengacara, penasihat hukum, dan tentu saja para komisaris utama. Diantara mereka, Rengganis Prabakusuma duduk di pojok ruangan, tak jauh dari tempat duduk CEO muda, Javindra Wedhatama.

Hari ini ia tak mengenakan seragam sekretaris seperti biasanya. Atas permintaan Javin, Rengganis mengenakan setelan formal warna navy dengan blouse satin putih dan sepatu high heels yang membuatnya terlihat seperti bagian dari lingkaran inti, tapi hal itu tentu saja tidak cukup untuk membuat keluarga besar Wedhatama mengakui keberadaanya.

"Oh... Anda yang namanya Rengganis?" tanya salah seorang petinggi bernama Tante Melrose.

"Benar, saya Rengganis, Nyonya."

"Sebenernya kamu ini sekretaris WG apa asisten pribadi Javin?", senyuman sinis tersimpul dari wajah tante Melrose yang sangat tidak bersahabat. Gaun merah maroon karya desainer kondang dengan kalung berlian yang menjuntai indah di lehernya sudah menandakan seberapa besar pengaruhnya dalan dunia bisnis.

"Maaf?" sergah Rengganis dengan mengerjapkan matanya. Sejujurnya menghadapi tante-tante dari Javin akan sangat membuat kewarasannya terombang-ambing menuju kegilaan tapi itu belum seberapa dibanding menghadapi seseorang yang sejak tadi mengawasinya dari ujung kaki ke ujung kepala. Matanya yang menatap tajam seolah sudah bisa membunuh mangsanya tanpa menyentuh. Seorang laki-laki yang jarang berbicara namun terkenal dengan kegilaannya untuk menyelesaikan masalah apapun yang menyangkut nama baik Wedhatama meskipun harus menjadi seorang pemburu alias pembunuh berdarah dingin.

"Haish... Dru? Tumben sekali kamu ga langsung nyapu?" sambung Tante Jayani.

Druwendra hanya tersenyum smirk menghadapi ocehan tantenya. Sementara Rengganis kembali berkeringat dingin atas sindiran-sindiran dari tante Javin, ahhh tidak yang membuat Rengganis semakin gugup tentu saja tatapan seekor Elang pembunuh yang tak lain adalah Druwendra.

"Hmmmm, Aku kira seorang sekretaris hanya mengurusi jadwal dan kopi. Ternyata sekarang dia bisa ikut duduk di lingkaran dalam, ya? Hebat..." Celoteh Tante Melrose.

Tawa sinis menyusul.

Javin yang tengah duduk ditengah, mendengarnya namun tetap mencoba fokus pada pembukaan rapat. Tapi tetap saja matanya terus melirik Rengganis yang menegakkan tubuh dengan senyuman yang ditahan walau hatinya tersayat. Ia sudah terbiasa disindir, karena sehebat apapun mereka merahasiakan hubungan buktinya hari ini ia harus menghadapi kenyataan jika keluarga besar Wedhatama tidak bisa dimanipulasi. Dan seakan dunia memang mengolok-ngolok Rengganis di tengah kumpulan para pemilik kekuasaan.

Tiba-tiba suara berat dan tegas Nyonya Agni Wedhatama, Ibu kandung Javin dan Dru menggema dari ujung meja.

"Sebelum kita lanjut membahas ekspansi ke Asia Tenggara saya ingin menanyakan hal yang sangat penting, JAVIN! SEJAK KAPAN WEDHATAMA MEMBIARKAN URUSAN PERSONAL MENCAMPURI PROFESIONALISME?"

Semua mata langsung tertuju pada Rengganis.

Ahhh sial!! umpatnya, Rupanya rapat kali ini sengaja diadakan untuk menghakimi hubungannya dengan Javin.

"Dengan segala hormat, Bu... Kalau yang Ibu maksud....." Javin mencoba bicara namun Nyonya Agni kembali mengambil audiensi.

"Saya bicara pada semua yang hadir. Kalau ada yang merasa tersinggung, silakan!" Nyonya Agni memotong dengan tatapan menusuk ke arah anak sulungnya. "Saya rasa kita semua sudah dengar rumor yang beredar. Bahwa CEO kita ini... terlalu dekat dengan sekretarisnya.

Deg....

Rengganis menahan napas. Suasana seketika menjadi dingin.

"Sekretaris yang.... Hm, Harus saya akui orang-orang yang bekerja dalam naungan WEDHATAMA sudah dipastikan memiliki kapabilitas yang mumpuni, namun kembali saya ingatkan bahwa jangan pernah sekalipun lupa akan kedudukan dan jati diri!"

Tawa kecil terdengar dari seluruh orang yang hadir. sementara Druwendra Wedhatama hanya duduk tegap dengan setelan hitam bergaris halus, ia menatap Rengganis dengan pandangan yang sangat dingin layaknya mangsa yang siap ia terkam.

"Kami rasa rumor ini bukan sekedar urusan kopi dan jadwal, Mba." Sambung Tante Melrose yang kembali memperkeruh suasana.

"Dru?" Panggil Nyonya Agni dengan mata penuh intuisi.

"Do your work!" titah Nyonya Agni seolah ingin segera membereskan rumor menjijikan antara Javin dan Rengganis.

"Hm." jawaban singkat itu terdengar dari bibir dingin Druwendra.

"Mom, please?" Ucap Javindra menghenyak.

"You call me Mom? Really? Oh Javindra... Why you make me shamed My Son?"

"Mom... I can do my best!"

"Ah really? How?? TELL ME HOW!!! JAVINDRA WEDHATAMA!!!" teriakan Nyonya Agni membuat semua orang terbelalak. Baru kali ini seorang Nyonya Agni sampai mengeluarkan nada setinggi itu, urat-uratnya sampai mengerat.

"Maaf Nyonya..." ucapan yang terlepas dari bibir Rengganis membuat semua orang menatapnya.

"Maaf?"

"Maafkan Saya karena sudah berani dengan lancangnya mendekati Pak CEO, Maaf Nyonya, saya akan segera resign dari Wedhatama Group."

"GANIS!!!" teriakan itu meluncur dari bariton Javin.

"Nyonya... saya mohon jangan salahkan Pak CEO! semuanya murni karena kesalahan saya!"

"STOP GANIS!"

"Saya yang selama ini mencari kesempatan mendekati Pak CEO, dan mengenai rumor itu sungguh kami tidak memiliki hubungan apapun, hanya saya saja yang dengan konyolnya mendekati Pak CEO" ucapan Rengganis membuat Javin semakin terprovokasi.

"I SAID STOP IT RENGGANIS!!!"

Semua mata tertuju pada Javin yang mulai tidak bisa menjaga emosinya.

"Why you look so stupid Javindra? She's want to tell her reasons!" sambung Nyonya Agni dengan tatapan membara.

"Mom... Terlepas dari urusan pribadi antara saya dan Rengganis tidak ada sangkut pautnya dengan masalah pekerjaan, Jadi Saya mohon tolong stop provokasi masalah ini apalagi di depan semua keluarga besar Wedhatama, rasanya sangat tidak etis sekali." Terang Javin yang kini melangkah mendekati Ibunya.

"What's??? kamu bilang ga ada sangkut pautnya dengan pekerjaan?" Kali ini Tante Jayani ikut mengambil atensi. "Javindra, selama ini kami semua memilih kamu sebagai CEO WEDHATAMA GROUP karena kredibilitas dan Value yang kamu miliki, tapi dengan terjadinya hubungan rahasia yang kalian jalin ini kalian pikir tidak akan mempengaruhi pasar saham hah? Oh Come On darling, You're smart! You're really good man who wise to care our problem. But now??? You must look you're fault Javindra!"

Nyonya Agni tampak setuju dengan kata-kata Tante Jayani. Bahkan ia tidak sedikitpun keberatan dengan kata-kata pedas yang diucapkan adik iparnya itu. Jayani memang seorang bisnis woman yang sangat kuat, pengalamanya di dunia bisnis menjadikanya sangat tegas menyikapi hal-hal yang dianggap berpotensi mencoreng nama besar bisnisnya.

"Ehem... "

Suara deham berat itu membuat semua orang menengok, ternyata Dru yang sedari tadi diam mulai bosan dengan pertikaian dan adu argumentasi para tetua itu.

"Kamu...." ucap Dru menunjuk Rengganis.

"Percuma jika kamu keluar dari WEDHATAMA GROUP, buktikan kemampuanmu sebagai seorang sekretaris handal dan... jika rumor hubungan kalian ini tersebar saya pastikan kamu adalah orang yang paling tersiksa di dunia ini!"

~TBC~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Our Secret Wedding   Bab 5 Sosok Asing Yang Ku Benci

    Rengganis terbangun dengan nyeri ringan di pelipis, seolah semalaman ia berada di dalam pusaran mimpi yang membakar sekaligus menyesakkan. Matahari belum benar-benar naik, hanya semburat oranye lembut yang menyusup di sela tirai hotel yang belum sepenuhnya tertutup. Ia menggeliat pelan di bawah selimut satin putih. Tubuhnya terasa ringan dan hangat. Namun, rasa nyaman itu segera berubah menjadi beku ketika matanya menatap sosok pria yang tengah terlelap di sampingnya.Rengganis membeku.Itu bukan Javindra.Rahang pria itu lebih tegas, kulitnya sedikit lebih terang, dan rambutnya... meskipun sama-sama hitam namun terlihat lebih lembut. Jantung Rengganis mencelos, debarannya bak genderang perang bertalu menandakan tanda bahaya. Ia menelan ludah, berusaha mengingat kembali detail semalam. Gelas wine, ciuman, sentuhan, napas berat, desahan, lalu ..Tidak! Ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Detak jantungnya menggila."Astaga... apa yang sudah aku lakukan?" bisiknya ketak

  • Our Secret Wedding   Bab 4 Afrodisiak Yang Salah

    "Mas Javin?"Javin menoleh lalu meraba pelipisnya, matanya memerah dengan pupil yang membesar, napasnya berat dan ia hampir terjatuh namun Dru menahannya. "Dru...? What are you doing here?""Aku ada meeting di lounge bawah." jawab Dru mengerutkan alis, "What's wrong with you Mas? You look so drunk."Javin menghela napas berat dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Only drink one glass of wine, I did'nt knew what happen to me. Kepala gue rasanya mau meledak Dru, badan gue juga panas banget!"Mata Dru menyipit, Ia mendekat lalu mencium aroma samar dari Javin. Bau wine parfum khas milik Rengganis, dan... sesuatu yang tak asing. "Shit!" gumamnya, Ia tahu betul jenis zat itu. Bukan racun, tetapi bisa sangat memabukkan dan menurunkan kontrol diri. Ia pernah melihat kasus serupa saat bergaul di lingkaran bawah tanah sewaktu kuliah di London."Damar!!!" panggilnya ke arah lift. Seorang pria bertubuh kekar dengan potongan rapi dan tatapan tajam datang mendekat. "Bawa Mas Javin pulang ke mansio

  • Our Secret Wedding   Bab 3 Rencana Gila Sang Kekasih

    Rengganis duduk terpaku di kursi kayu berukir yang menua bersama waktu, ditengah ruang tamu apartemen kecilnya yang sederhana namun nyaman. Lampu gantung kristal di langit-langit memancarkan cahaya hangat yang remang, menari pelan di dinding krem yang berhias lukisan abstrak. Suasana malam begitu hening, tapi justru itulah yang membuat hatinya semakin gaduh. Logikanya berperang melawan ide-ide jahat di otaknya, perlahan bisikan iblis mulai menyerang ketahanan moralitas Rengganis hingga membuatnya menjadi obsesif. Pikirannya telus berkeliaran memikirkan bagaimana cara mendapatkan Javin. Hingga muncul sebuah ide gila untuk mengikatnya secara sah. Ia menatap ponselnya yang menyala. Nama "Javindra" tertera di sana. Setelah kejadian memalukan siang tadi, Javindra menghubunginya berkali-kali. Ya... kalian pikir saja bagaimana rasanya Rengganis ditatap puluhan pasang mata yang siap mencabik dan menerkam segala tingkah lakunya, terlebih lagi disana ada Druwendra. Sosok wanita berkelas den

  • Our Secret Wedding   Bab 2 Tembok Yang Tinggi

    Rapat besar pemegang saham WEDHATAMA GROUP digelar di Ballroom utama gedung pusat yang di desain megah dan mencekam dengan dominasi hitam, emas, dan abu-abu. Di tengah ruangan dengan tata letak melingkar itu, duduk para pemegang kendali dinasti bisnis raksasa, anggota keluarga wedhatama dari berbagai cabang keluarga, pengacara, penasihat hukum, dan tentu saja para komisaris utama. Diantara mereka, Rengganis Prabakusuma duduk di pojok ruangan, tak jauh dari tempat duduk CEO muda, Javindra Wedhatama. Hari ini ia tak mengenakan seragam sekretaris seperti biasanya. Atas permintaan Javin, Rengganis mengenakan setelan formal warna navy dengan blouse satin putih dan sepatu high heels yang membuatnya terlihat seperti bagian dari lingkaran inti, tapi hal itu tentu saja tidak cukup untuk membuat keluarga besar Wedhatama mengakui keberadaanya. "Oh... Anda yang namanya Rengganis?" tanya salah seorang petinggi bernama Tante Melrose. "Benar, saya Rengganis, Nyonya." "Sebenernya kamu ini sek

  • Our Secret Wedding   Bab 1 Aku, Kau dan Rumitnya Cinta

    Langit Jakarta menjingga keemasan ketika Rengganis Prabakusuma memasuki lobi kantor WEDHATAMA GROUP. Denting hak sepatunya bergema di lantai marmer, seirama dengan degup jantung yang terasa lebih cepat dari biasanya. Sore itu, ia tak hanya datang sebagai sekretaris CEO muda Javindra Wedhatama, tetapi juga sebagai kekasih rahasia yang menunggu sebuah kepastian. Rengganis melirik jam di tanganya. Sudah pukul enam lebih lima belas. Hampir semua karyawan sudah pulang kecuali beberapa staf penting dan tentu saja dirinya. Javin masih berada di ruangannya, ia masih sibuk rapat daring dengan klien bisnisnya dari Hongkong. Rengganis mengetuk pelan pintu ruangan CEO. "Permisi Pak???" Javin yang masih memandang layar leptop sejenak mengalihkan pandanganya kepada Rengganis dan mengangguk sembari menyimpulkan senyum manis dari wajah tampannya. Rengganis menunggu dalam diam di sofa ruangan lantai delapan itu, sesekali membenarkan poni dari rambut coklatnya yang tergerai lemas. Jantungnya b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status