Home / Romansa / Our Secret Wedding / Bab 3 Rencana Gila Sang Kekasih

Share

Bab 3 Rencana Gila Sang Kekasih

Author: Cadiz Eitrama
last update Last Updated: 2025-05-08 12:43:28

Rengganis duduk terpaku di kursi kayu berukir yang menua bersama waktu, ditengah ruang tamu apartemen kecilnya yang sederhana namun nyaman. Lampu gantung kristal di langit-langit memancarkan cahaya hangat yang remang, menari pelan di dinding krem yang berhias lukisan abstrak. Suasana malam begitu hening, tapi justru itulah yang membuat hatinya semakin gaduh.

Logikanya berperang melawan ide-ide jahat di otaknya, perlahan bisikan iblis mulai menyerang ketahanan moralitas Rengganis hingga membuatnya menjadi obsesif. Pikirannya telus berkeliaran memikirkan bagaimana cara mendapatkan Javin. Hingga muncul sebuah ide gila untuk mengikatnya secara sah.

Ia menatap ponselnya yang menyala. Nama "Javindra" tertera di sana. Setelah kejadian memalukan siang tadi, Javindra menghubunginya berkali-kali. Ya... kalian pikir saja bagaimana rasanya Rengganis ditatap puluhan pasang mata yang siap mencabik dan menerkam segala tingkah lakunya, terlebih lagi disana ada Druwendra. Sosok wanita berkelas dengan sebutan Nyonya Wedhatama yang berhati dingin itu masih terbayang di pikiran Rengganis. Bagaimana cara dia menatap Rengganis yang seolah hanya sekedar sampah dan... Bagaimana mana caranya mendominasi tanpa banyak berkata-kata.

"Kau pikir kau pantas berdampingan dengan puteraku?" begitulah kira-kira makna tatapan dan ucapan sang Nyonya. Dan hal menyeramkan itu selalu mampu menetap sempurna di lubuk hati Rengganis, menyatu dalam kebencian dan dendam yang menumpuk meskipun selama ini ia terlihat tegar.

Rengganis menunduk, menatap pergelangan tanganya. Jan tangan emas yang diberikan Javin saat ulang tahunya tahun lalu tampak berkilat. Senyum terukir dari bibirnya, hmmm seolah merencanakan hal yang menakutkan.

Malam ini Rengganis memutuskan untuk memaksa takdir bergerak, menulis takdir untuknya.

Tanganya meraih tas kecil di samping kursi. Dari dalam sana ia mengeluarkan sebuah botol mungil berisi cairan tak berwarna. Afrodisiak. Zat itu bukan racun, tapi cukup kuat untuk membangkitkan gairah dan mengaburkan kendali. Ia membelinya dari seorang kenalan yang menyuplai barang-barang langka. Bunuh keberanian dan uang, tentu. Tapi ia rela.

Ia memandangi cairan itu dalam-dalam. Tak ada keraguan dalam tatapannya hanya keyakinan yang dibentuk dari luka dan kesepian.

"I'm so sorry,Mas Javin", gumamnya. "We need do this Mas! ini satu-satunya cara yang bisa aku lakuin buat kita!".

Di meja, tergeletak sebuah notes book dengan sampul kulit hitam yang mulai memudar. Di dalamnya, tertulis rapi semua skenario yang ia bayangkan. Dari sapaan pembuka, menu makan malam, sampai detail kecil seperti musik yang akan di putar di suhu ruangan yang penuh romansa. Semua disusun seperti sandiwara yang ia sutradarai sendiri. Satu-satunya yang ia tidak bisa kendalikan adalah perasaanya sendiri yang memungkinkan semua rencananya berakhir gagal total.

Namun ia menepisnya, ini bukan waktunya untuk bimbang.

Ponselnya bergetar pelan. Kali ini ia buru-buru meraihnya. Nama Javin muncul kembali dan tentu saja ia mengangkatnya.

"Sayang?" suara Javin terdengar lembut. Terlalu lembut seolah tak menyadari badai yang akan menantinya.

"Dalem, Mas." jawab Rengganis berusaha menetralkan nada suaranya.

"Sayang dimana? Are you ok?"

"Di apart, I'm okkay."

"On the way."

"No... 30 menit lagi kita ketemu di Batavia Hotel ya Mas?"

"Batavia Hotel?"

"Iya... Aku kangen makan malam di sana, and... I would to say something." Jawab Rengganis menghilangkan kecurigaan Javin.

"Oh sure, Ok."

Setelah sambungan telepon berakhir, Rengganis menghela napas panjang. Tubuhnya terasa ringan sekaligus bergetar. Antara gugup dan euforia. Ia bangkit dari kursi, melangkah perlahan ke lemari kecil di sudut ruangan, membuka pintu kayu yang menimbulkan suara derit lembut. Di sana tergantung gaun merah anggur yang memeluk tubuh dengan sempurna, gaun yang pernah ia simpan untuk momen istimewa. Tapi malam ini, ia mengenakan gaun itu bukan untuk dikenang, melainkan untuk menciptakan sejarah baru dalam hidupnya.

Setelah berdandan seperlunya dan menyemprotkan sedikit parfum yang menguar aroma vanilla dan rempah, Rengganis memandangi dirinya di cermin. Tatapannya menusuk balik ke arah bayangan dirinya sendiri. Bukan seorang Rengganis yang rapuh atau dipojokkan, tapi wanita yang siap mengambil alih panggung cerita.

Sesampainya di Batavia Hotel, Rengganis meminta ruang privat di restoran rooftop yang menghadap lampu kota. Ia datang lebih awal, menata meja dengan dali, dan secara sembunyi-sembunyi menuangkan cairan afrodisiak itu ke dalam gelas wine yang akan Ia sodorkan pada Javin nanti. Tidak banyak, hanya seperempat tetes. Cukup untuk membangkitkan desakan naluriah, tidak lebih.

Sepuluh menit kemudian, seru langkah kaki berat terdengar. Javin muncul, begitu tampan dan berkelas dengan jas hitam dan dasi longgar. Senyum muncul di bibirnya saat melihat Rengganis.

"Ganis??? Wow... you look... stunning tonight," ujarnya sambil menarik kursi.

Rengganis tersenyum samar, menyambutnya dengan lirih. "Kamu juga Mas, tampan seperti biasanya."

Percakapan mereka mengalir pelan, Javin sengaja tidak menyinggung sedikitpun insiden siang tadi di kantor. Begitupun Rengganis yang memainkan peran dengan sempurna. Mereka saling tertawa kecil di sela obrolan, sesekali Javin mengusap punggung tangan kekasihnya itu. Javin memang sangat menyayangi Rengganis. Keduanya seolah larut dalam kerinduan dalam makan malam yang romantis. "Perfect." gumam Rengganis yang merasa skenarionya berjalan lancar sesuai naskah.

Saat wine dihidangkan, ia menyodorkan gelas yang telah ditandai khusus untuk Javin.

"To Us." kayabya sambil mengangkat gelas.

Javin tersenyum, membalas dengan penuh cinta. "To love."

Denting gelas beradu. Angin malam menyapa lembut. Hingar-bingar kota dibawah sana penuh gemerlap lampu yang menari, namun tidak ada yang tahu jika di lantai atas Batavia Hotel ini, sebuah takdir akan dibelokkan secara paksa.

Dan saat Javin mulai sedikit berbeda, mayanya lebih dalam, gerak tubuhnya melambat dengan suhu yang semakin memanas. Rengganis tersenyum karena tahu waktunya hampir tiba.

Namun di detik yang sama, sesuatu yang tak tertulis di skenario Rengganis mulai muncul. Suara hatinya menyeruak menghantap obsesi yang tengah melanda jiwanya. Ia menunduk sejenak, bibirnya bergetar bukan karena takut gagal, tapi karena ia mulai bertanya "Apa benar cinta itu pantas dipaksa?".

Suhu udara mulai berubah saat angin malam meniup anak rambut Rengganis yang berawrna coklat terang. Gelas wine miliknya sudah setengah kosong, dan wajahnya mulai memerah. Afrodisiak memang ditunjukan untuk Javin, tapi ia lupa satu hal penting. Lambungnya kosong, dan alkohol bekerja jauh lebih cepat dari yang ia kira.

"Aku ke kamar mandi sebentar, Sayang." ucap Javin tiba-tiba sambil menyentuh tangan Rengganis. Ia berdiri sedikit limbung, merasa aneh dengan dirinya sendiri, tapi Javin tidak berpikir terlalu jauh.

"Okay... Cepet balik ya?" impal Rengganis, matanya mulai sayu namun senyumnya masih terukir indah.

Javin berjalan menuju koridor hotel, ia terus melangkah menuju toilet eksekutif di lantai yang sama. Di saat yang bersamaan, seseorang keluar dari lift dengan langkah mantap penuh keangkuhan, Dialah Druwendra Wedhatama.

Dru, dengan setelan kasual berwarna gelap dan tindik kecil di telinga kirinya, langsung mengenali siluet Javin. Tapi ada yang tidak biasa. Gerakan kakaknya tampak goyah dan wajahnya terlihat berkeringat meski udara di hotel cukup sejuk.

"Mas Javin?" panggil Dru bergegas menghampiri Javindra.

~TBC~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Our Secret Wedding   Bab 26 Luruh

    Suara pintu kamar Dru menutup pelan. Rengganis berdiri mematung di dekatnya, kedua tangannya gemetar, menggenggam erat lengan sweater lusuh yang tadi sempat ia tarik asal dari gantungan.Dru tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap sekilas, lalu berjalan ke meja kecil di pojok kamar, membuka jendela sedikit agar udara malam masuk. Dingin. Tapi ia tahu perempuan di belakangnya lebih beku dari cuaca di luar sana.Rengganis menghela napas panjang, mencoba mengatur detak jantungnya yang terasa kacau. Tubuhnya lelah. Bukan sekadar karena hari yang panjang, tapi karena hatinya sudah nyaris mati rasa."Aku boleh di sini?" suaranya nyaris hilang, pelan sekali.Dru tidak menjawab. Hanya anggukan kecil, nyaris tak terlihat. Lalu ia menarik kursi ke dekat jendela, duduk membelakangi Ganis, matanya menatap kosong ke luar. Malam begitu sunyi. Hanya sesekali suara kendaraan dari jalan besar terdengar sayup.Rengganis berdiri di tempatnya, menatap punggung Dru. Ragu. Ingin bicara, tapi kata-kata hany

  • Our Secret Wedding   Bab 25 Takdir yang Menertawakan

    Rengganis berdiri terpaku di ruang tengah rumah keluarga Wedhatama, memeluk buku catatan kecil yang biasanya ia pakai untuk mencatat agenda kerja Javin. Tapi hari ini, kertas-kertas itu dipenuhi dengan daftar vendor catering, nama desainer kebaya, dan referensi tema pernikahan.Pernikahan Javin.Dan ia... sekretaris yang dipercaya mengoordinasi semuanya."Kamu cekkan ke Panji ya, Ganis," titah Nyonya Wedhatama sambil menunjuk brosur undangan yang ada di tangannya. "Kita tetap mau gaya klasik modern. Tapi tolong lihat juga pilihan kertasnya, jangan yang terlalu tipis.""Baik, Nyonya," jawab Rengganis lirih."Dan jangan lupa, reservasi tempat buat siraman calon pengantin. Kita mau yang ada kolam ikan itu, di Cipete.""Dicatat, Nyonya."Dari sudut ruangan, Javin berdiri dengan tangan di saku celana. Ia memperhatikan semua ini dalam diam, sesekali mencuri pandang ke arah Rengganis. Tapi tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Mereka sekarang hanya dua orang asing yang pura-pura pro

  • Our Secret Wedding   Bab 24 Luka dan Kelamnya

    Dru duduk sendirian di ruang tamu rumah kontrakan mereka. Lampu sudah dimatikan sejak satu jam lalu, tapi matanya masih terbuka. Rengganis sudah masuk kamar lebih dulu tanpa sepatah kata pun, sejak kejadian di mobil tadi. Ia tak menolak ciumannya, tapi juga tak berkata apa-apa setelahnya.Itu membuat segalanya terasa menggantung seperti jembatan yang retak tapi belum runtuh.Dru meneguk teh dingin yang sudah hambar, lalu membuka ponselnya. Jarinya membuka galeri, dan berhenti di satu folder: Mira.Senyumnya menyakitkan, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu."Jangan pernah jatuh cinta terlalu dalam, Dru. Karena kalau orang itu pergi, kamu akan kehilangan seluruh warna dunia."Kata-kata Mira dulu terasa berlebihan. Tapi saat perempuan itu benar-benar pergi tanpa peringatan, tanpa kesempatan mengucapkan selamat tinggal hingga hidup Dru memang berubah jadi abu-abu.Mira adalah cinta pertamanya. Perempuan yang dia kira akan menjadi akhir dari perjalanannya. Mereka bertemu di London saat D

  • Our Secret Wedding   Bab 23 I'll be With You

    Hujan deras mengetuk atap restoran bintang lima di bilangan Jakarta Selatan. Lampu-lampu kristal berpendar hangat, membuat ruangan seolah ingin memeluk siapa pun yang sedang terluka. Tapi bagi Rengganis, ruangan itu adalah ruang interogasi berbalut elegansi. Ia duduk di seberang Javin dengan tangan mengepal di pangkuan. "How are you Mas Javin?" bisiknya pelan. "Kenapa kamu tiba-tiba ngajak makan malam?" Javin tak menjawab langsung. Tatapannya tajam namun terluka, seakan sedang mencari jejak seseorang yang ia kenal dalam diri perempuan di depannya. "I'm fine... I just wanna talk cause i miss you." Ia tersenyum kecil. "Udah lama kita nggak benar-benar bicara. Kamu berubah, Ganis." Rengganis menggigit bibir. Ia sudah menyiapkan puluhan jawaban palsu, tapi semua lenyap begitu saja saat melihat wajah Javin yang tulus. "Berubah gimana?" tanyanya sambil menghindari tatapan. "Kamu menghindar dari aku. Pandanganmu penuh rasa bersalah. Dan kamu… kamu jadi sering sama Dru." Nama itu

  • Our Secret Wedding   Bab 22 Curiga

    Tatapan Javin tak bisa lepas dari sosok Rengganis yang keluar dari ruang meeting. Ada kegugupan yang tidak biasa di wajah perempuan itu. Dan itu membuatnya tidak tenang. Sudah dua minggu belakangan, sikap Rengganis berubah. Ia lebih pendiam, lebih tertutup. Bahkan, sesekali seperti menghindari kontak mata dengannya. Javin awalnya mengira itu hanya efek dari beban kerja atau kelelahan. Tapi sekarang… dia tidak yakin lagi. Apalagi sejak Dru kembali ke Jakarta dan “secara kebetulan” ikut masuk ke perusahaan keluarga mereka sebagai bagian dari tim merger dan akuisisi. Dru—Druwenda Wedhatama—adiknya sendiri. Adik kandung yang sudah dua tahun lebih tak pernah tinggal satu kota dengannya. Adik yang sejak dulu dikenal misterius dan jauh. Sekarang, tiba-tiba menjadi terlalu dekat dengan Rengganis. Terlalu dekat. Rengganis berjalan cepat menuju ruang kerjanya. Napasnya tak beraturan, bukan karena lelah, tapi karena ia tahu seseorang memperhatikannya. Javin. Tadi saat meeting, tatapan pria

  • Our Secret Wedding   Bab 21 Jarak

    Langit Jakarta tak pernah benar-benar gelap. Lampu-lampu kota menyala tak tahu waktu, sama seperti hati Rengganis yang kini tak lagi tahu harus memihak siapa. Sudah dua minggu sejak kepulangannya dari Bali—tempat di mana statusnya sebagai istri pria asing bernama Druwenda diikrarkan secara sah, meski hanya berdua, meski tanpa restu, meski tanpa cinta.Ia duduk di meja kecil apartemen Dru yang kini ditinggali mereka berdua, Ia mencoba menyelesaikan laporan mingguan untuk Javin. Tangannya menari di atas keyboard, tapi pikirannya hanyut. Nama Javin tertera jelas di bagian penerima laporan, tapi rasanya seperti menulis untuk seseorang yang hidup di masa lalu."Jangan telat meeting besok," pesan singkat dari Javin masuk ke ponselnya. Singkat. Formal. Tidak seperti biasanya.Dulu, sebelum semuanya berubah, Javin akan menelepon hanya untuk menanyakan apakah Rengganis sudah makan. Sekarang, hubungan mereka tinggal serpihan yang menyakitkan. Dan Rengganis memilih untuk membiarkannya hancur per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status