Beranda / Romansa / PACAR RAHASIA SANG CEO / 07. HADIAH UNTUK ALUNA

Share

07. HADIAH UNTUK ALUNA

Penulis: Kim_Lin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-05 21:22:55

Sudah cukup lama Dirga berdiri di depan pintu kamar mandi. Menggedor secara berulang sambil memanggil nama Aluna. Hampir satu jam Aluna berada di dalam dan sampai saat ini gadis itu masih enggan keluar.

"Teman saya sudah pulang. Apa kamu nggak bosan diam di dalam terus?"

"Sebentar lagi, Om," teriak Aluna dari dalam.

"Kamu lagi ngapain, sih? Udah satu jam kamu di dalam."

Dirga mendengus, semua ini gara-gara Bagas. Gadis itu pasti malu setengah mati karena kepergok hendak berbuat mesum. Sekali lagi Dirga mengetuk pintu, membujuk Aluna agar keluar dari sana.

"Saya hitung sampai tiga. Kalau tidak keluar, saya dobrak pintunya." Dirga mulai berhitung.

"Satu … dua … ti …."

Handle pintu bergerak, Aluna perlahan membuka pintu kamar mandi dengan wajah tertunduk. Sumpah demi apa wajahnya kini sudah semerah tomat. Aluna berharap jika saat ini dia menjadi butiran debu saja yang tertiup hembusan angin. Dia tidak punya muka untuk menatap wajah Dirga saat ini.

"Jalan-jalan, yuk. Saya bosan."

Satu kalimat yang berhasil membuat Aluna mengangkat kepala. Masih berdiri di ambang pintu kamar mandi, keduanya saling bersitatap. Nampak Dirga tersenyum simpul sedangkan Aluna melayangkan tatapan bingung.

"Kita ke pantai. Yang dekat saja. Ke pantai Ancol."

"Ng-ngapain ke pantai, Om?" Aluna nampak gugup.

"Ya … lihat-lihat pemandangan, makan-makan. Ya, ngapain aja, bebas. Terserah kamu. Bagaimana, mau, ya?"

Aluna memutuskan untuk menerima ajakan Dirga. Percuma saja menolak, semua ini juga masih dari bagian perjanjian mereka. Menjadi pacar rahasia berarti harus menuruti semua keinginan pria itu sampai sang partner merasa puas. Semua sepadan dengan rupiah yang Dirga berikan pada Aluna nanti. Sejumlah uang yang mampu menopang kehidupan Aluna kedepannya.

Setelah bersiap, mereka berdua bergegas pergi menggunakan mobil milik Dirga. Tidak ada percakapan selama perjalanan, Aluna memilih untuk melihat ke luar dari balik kaca jendela mobil. Menikmati pemandangan jalanan ibukota yang tidak terlalu padat. Sampai satu panggilan masuk dari ponsel Aluna, gadis itu terlihat menghela napas saat mendapati nama yang tertera di telepon genggamnya.

"Iya, ada apa?" seru Aluna saat menjawab panggilan telepon.

"Gimana? Tugasnya bisa dikumpulkan besok, 'kan?" tanya Rere dari seberang sana.

"Aku belum benerin laptopku, Re. Nanti malam aku coba cari warnet buat ngerjain tugas. Jangan khawatir."

"Baiklah. Yang penting tugasnya selesai. Sudah dulu, ya, Lun. Aku cuma mau nanyain itu aja. Bye …." Rere menutup panggilan telepon.

Menghela napas pelan, Aluna mulai berpikir bagaimana cara agar dia bisa menyelesaikan tugas malam ini juga. Tanpa Aluna sadari, Dirga memperhatikan percakapan mereka barusan. Pria itu kemudian memutuskan untuk mengunjungi suatu tempat sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju pantai.

"Loh, kok kesini, Om?"

Dengan alis yang bertaut, Aluna terlihat bingung karena berhenti di sebuah mall. Dirga membuka seat belt begitupun dengan Aluna, meski Aluna belum mengerti kenapa mereka berhenti di sini. Saat keluar dari mobil, tiba-tiba Dirga meraih tangan Aluna, membawa Aluna masuk ke dalam.

"Ada yang harus saya beli."

Aluna menurut, mereka berdua berjalan dan menaiki eskalator dengan tangan saling bertautan. Tepat di lantai dua, Dirga membawa Aluna masuk ke sebuah toko perangkat keras. Dimana beberapa komputer dan laptop berjejer rapi di sana.

"Selamat datang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Sang pelayan dengan ramah menyapa.

"Saya butuh laptop yang bagus. Kalau bisa yang keluaran terbaru," jawab Dirga singkat dan jelas.

"Mau merk apa, Pak?"

"Apa saja. Yang penting bagus. Saya tidak masalah dengan harganya. Bisa bayar pakai kartu kredit, 'kan?" Dirga mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompet.

"Oh, bisa, Pak. Bisa. Sebentar saya ambilkan laptopnya."

"Kalau ada yang warna pink, ya."

Aluna lantas mengarahkan pandangannya pada Dirga dengan tatapan bingung. Terasa aneh jika pria segagah Dirga menyukai warna pink. Aluna mencoba untuk acuh, akan tetapi saat melihat wajah sumringah Dirga saat mendapatkan laptop yang dia beli membuat Aluna kembali menatap heran pada CEO itu. Salahkah Aluna berpikir jika Dirga seorang pinky boy?

"Kita ke pantai sekarang, ya."

***

"Wah … pantainya indah sekali."

Aluna merentangkan tangan seraya menutup mata sejenak. Merasakan hembusan angin yang menerpa tubuh serta meresapi suara deburan ombak yang terdengar menenangkan. Sudah lama sekali Aluna tidak mengunjungi pantai. Terakhir kali saat SMA, itu pun dalam rangka acara kelulusan.

"Terima kasih, Om. Sudah mengajak saya ke sini."

Senyum mengembang terpancar di wajah Aluna. Untuk beberapa saat dia begitu menikmati momen ini. Aluna menoleh ke belakang, bertepatan dengan itu Dirga mengambil potret kekasihnya itu tanpa seijin Aluna.

Tentu saja Aluna terkejut. Buru-buru dia berlari ke arah Dirga. Dengan raut wajah kesal Aluna meminta pria itu untuk menghapus fotonya. Namin, hal itu tidak digubris Dirga. Pria itu malah sengaja menyimpan foto Aluna yang ternyata lebih dari satu.

"Lihat, kamu cantik juga ternyata." Dirga menunjukkan hasil jepretannya pada Aluna.

"Hapus, Om. Nanti ketahuan sama istri, Om." Aluna terlihat gelisah.

"Nggak akan," elaknya.

Alih-alih menuruti keinginan Aluna, Dirga segera menaruh ponselnya di saku jas tanpa perasaan berdosa. Tidak peduli dengan Aluna yang sudah memasang wajah cemberut, entah kenapa Dirga ingin sekali memiliki potret Aluna. Foto yang tadi dia ambil terlalu sayang jika dihapus. Aluna terlihat cantik saat surai gadis itu tersibak tertiup angin.

"Ini. Buat kamu."

Dengan senyum simpul yang tersemat, Dirga menyerahkan laptop yang tadi dia beli. Laptop tersebut sengaja Dirga beli untuk Aluna. Gadis itu terdiam, satu detik kemudian Aluna mengarahkan pandangannya pada Dirga dengan tatapan bingung.

"Tadi saya dengar percakapan kamu di telepon. Tidak baik membiarkan tugas kuliah terbengkalai. Jadi, terimalah."

"Apa imbalan yang harus aku beri kepada Om untuk laptop ini?"

Satu pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Aluna. Dia tidak mau tertipu lagi dengan pesona Dirga. Aluna sadar jika semua pemberian pria itu harus ada timbal balik.

"Saya nggak minta apa-apa. Ini hadiah dari saya." Dirga kembali menyodorkan laptop tersebut kepada Aluna.

"Tidak, aku nggak mau punya hutang budi sama Om. Kita sudah bikin kesepakatan. Jadi saya harus membayar semua yang Om berikan kepada saya."

Menghela napas perlahan, Dirga mengerti maksud ucapan Aluna. Berdiri di atas pasir pantai yang indah seraya saling melempar pandang satu sama lain. Dirga melangkah maju, mengikis jarak lalu mendekatkan wajah pada telinga Aluna. Sontak apa yang dilakukan Dirga sukses membuat sekujur tubuh Aluna meremang.

"Mulai hari ini, panggil saya Papi," bisiknya. Dengan nada suara yang mampu membuat aliran darah Aluna berdesir hebat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   22. CUPID

    "Papi takut?""Ng-nggak! S-siapa yang takut?""Buktinya ini!"Aluna mengangkat tangannya yang digenggam erat oleh Dirga. Sejak tadi Aluna tak henti tertawa saat melihat Dirga yang terus menutup mata bahkan menggenggam kuat-kuat tangannya saat sosok makhluk astral muncul di layar lebar. Mereka berdua sedang menonton film horor."Aku tidak takut." Dirga segera melepaskan cengkramannya."Kalau takut juga gak apa-apa, Pi. Jangan malu," kekeh Aluna. "Sudah aku bilang, aku tidak takut."Tidak mau kalah, Dirga lekas melipat tangannya di dada. Pandangannya serius menatap lurus ke depan. Bertepatan dengan itu, sosok menyeramkan muncul kembali di layar. Seketika Dirga berteriak seperti anak kecil. "Aku tidak takut, ya. Cuma kaget saja sama musiknya," kilah Dirga segera karena gengsi. "Iya, iya. Papi emang pemberani." Aluna kembali tertawa. Aluna kembali fokus melihat ke depan. Menonton dengan seksama sembari memasukan beberapa berondong jagung ke dalam mulutnya. Gadis itu memang sangat men

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   21. HARI PERTAMA MENJADI TEMAN

    Senyum simpul itu tak henti terpancar dari wajah Aluna. Di tengah kesibukannya mengerjakan tugas dari sang dosen killer, pikirannya dibuat sibuk dengan rencananya bersama Dirga malam nanti. "Kelas saya cukupkan sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan. Saya tidak akan menerima alasan apapun jika tidak ada yang mengerjakan tugas."Sang dosen killer itu lekas keluar dari dalam kelas. Masih dengan senyum yang belum luntur, Aluna membereskan semua buku juga laptopnya. Tanpa Aluna sadari, sejak tadi Rere memperhatikan gelagat aneh Aluna. "Senyum-senyum terus. Dapat hadiah baru dari Papi-mu, ya?" tanya Rere dengan nada mengejek. "Apaan, sih. Kepo!" cebik Aluna. "Mentang-mentang punya orang baru, sahabat lama dilupain." Rere tak jalah kesal. "Siapa yang lupain kamu, Rere Naima …."Aluna mencubit gemas pipi Rere seperti anak kecil. Jelas Rere langsung berontak. Aluna yang melihat itu langsung tertawa karena tidak tahan melihat wajah kesal Rere. "Nanti sore aku ada ac

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   20. SI BODOH DAN SI PARASIT

    Wanita itu menutup pintu mobil dengan kasar. Dengan jalan yang dihentakkan, Mayang segera memasuki lift. Dadanya bergemuruh hebat, suara wanita di telepon tadi sukses membuatnya murka luar biasa. "Krisna!"Tidak ada kata-kata sayang. Tidak ada nada yang lemah lembut dan manja. Mayang lekas masuk ke dalam lalu mencari pria itu ke segala arah. Hingga terakhir dia berada di depan pintu kamar. Dia tidak langsung masuk, tangannya tertahan di handle pintu. Suara cekikikan dan tawa seorang wanita nyaring terdengar. Disusul dengan suara menjijikan yang Mayang yakin itu adalah suara Krisna. Kepalanya sudah tidak bisa berpikir jernih. Dia yakin Krisna sedang berbuat mesum dengan seorang wanita. "Br*ngsek!"Kata itu yang pertama keluar dari mulut Mayang saat netranya menyaksikan sesuatu yang luar biasa di hadapannya. Dimana Krisna sedang berada di atas tubuh seorang wanita muda yang pakaian atasnya sudah tanggal. Begitupun Krisna yang sudah bertelanjang dada. Semua mata dibuat terbelalak."D

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   19. SEBAB

    "Suami kamu memang sudah gila, Sayang.""Makanya, kamu jangan seperti suamiku. Sudah sibuk, sekalinya ketemu bikin emosi," cebik wanita itu. Mayang duduk bersandar di bahu Krisna."Percaya sama aku. Kamu bakalan jadi wanita paling bahagia jika bersamaku." Krisna mengelus lembut kepala Mayang."Kalau begitu, bagaimana kalau secepatnya kita menikah? Aku sudah tidak tahan terus terjebak dengan pria menyebalkan itu."Krisna menghela napas dalam, ini yang tidak ia sukai dari Mayang. Terus mendesaknya menikahi wanita itu. Padahal sedikitpun Krisna tidak memiliki niat untuk menikahi Mayang. Dia hanya ingin bersenang-senang saja."Kita baru saja memulai bisnis kita, Mayang. Bahkan kita belum memulai. Aku mohon sabar sebentar, ya. Aku janji setelah bisnis kita lancar aku akan segera menikahimu," bujuk Krisna. Tentu itu hanya bohong belaka. "Baiklah. Tapi janji, ya. Secepatnya kamu harus nikahin aku." Mayang menoleh, menatap sang kekasih dengan tatapan memelas. "Tentu saja, Honey. Sekarang ak

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   18. BERTEMAN

    Aluna dan Dirga sedang duduk berdua di sofa yang ukurannya lumayan besar. Cukup bagi mereka untuk berbaring dengan posisi saling berpelukan. Sekarang sudah jam tujuh malam dan Aluna masih berada di apartemen Dirga. "Jadi mulai sekarang, perjanjian kita berakhir"Satu kalimat itu terlontar dari mulut Dirga. Aluna tersenyum senang, Bagaimana tidak, hal yang dia takutkan tidak terjadi. Bahkan saat ini Dirga sudah setuju jika perjanjian mereka sudah berakhir. "Mulai sekarang, saya adalah teman kamu. Kamu mau 'kan punya teman seperti saya yang sudah tua bangka?" Dirga terkekeh. "Asal jangan pakai minyak angin, nggak akan ada yang tau kalau Papi sudah tua." Aluna ikut tertawa. Keduanya saling menertawakan lalu saling mengeratkan pelukan. Setelah apa yang terjadi, semua berakhir dengan baik. Walau setelah ini Aluna harus bertemu dengan Bagas dan mengatakan jika ia tidak akan melepaskan Dirga untuk saat ini. Flashback .... Dirga meraih bibir kecil Aluna dengan bibirnya, mulai mencumbui

  • PACAR RAHASIA SANG CEO   17. LINGERIE MERAH

    Aluna bukan anak 15 tahun yang tidak tahu benda apa yang sedang ia pegang. Dia hanya bingung, bagaimana pakaian seksi ini ada di kamar Dirga. Baju tipis yang begitu menerawang dengan warna menantang. Lingerie merah, tidak mungkin jika itu hadiah untuknya,'kan? Aluna bahkan menelan ludah saking tidak percaya."I-itu …." Dirga garuk-garuk kepala. Dia mulai kikuk karena malu. "Ini hadiahku? Lingerie ini? Buatku?" ucap Aluna dengan penuh penekanan dan tatapan mengintimidasi. Dirga semakin gelagapan. Dia semakin malu mendapati kenyataan pakaian itu memang sebenarnya untuk Aluna. Namun, melihat ekspresi Aluna yang seperti itu, Dirga ragu jika harus memberikan lingerie merah itu pada sang kekasih rahasianya itu. "Atau buat istri Papi? Kalau buat istri Papi harusnya Papi bungkus, bukan ditaruh sembarangan seperti ini. Biar aku yang-,""Itu memang buat kamu!"Hening, mendadak suasana menjadi canggung saat pria itu dengan gamblang mengatakan kebenaran. Aluna terdiam bak patung, tetapi wajahn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status