"Aku akan menjaga Raline segenap jiwa, bayi mungilku tumbuh dengan sangat cantik setiap harinya. Aku akan melakukan apa saja, untuk menjauhkan Raline dari Mami Lisa …. "
***
CLUB HOUSE MONALISA.
Saat Laura memasuki room pandangannya tertuju kepada Maria yang tengah terkapar. Terlihat kalau Maria tengah dalam keadaan mabuk berat.
"Maria, ayo bangun!" mohon Laura sambil mengguncang tubuh Maria. “Tolong antarkan Maria pulang dan jangan coba-coba ambil kesempatan dengan keadaannya sekarang!" pintanya sambil mengingatkan anak buah Mami Lisa.
“Kamu ini suka sekali mengatur. Mentang-mentang kesayangan Mami Lisa.” Protes bodyguard bernama Derek dengan rambut plontosnya.
“Jangan macam-macam. Antarkan saja Maria dengan selamat," ancamnya dengan tegas.
Maria langsung dibopong para bodyguard Mami Lisa menuju mobil. Lalu, menuruti saja perintah Laura yang meminta mereka mengantarkan Maria yang tengah mabuk berat.
Setelah Maria pulang, sekarang giliran Laura mengambil alih tugas sahabatnya itu. Tugas untuk melayani para tamu lelaki hidung belang yang sudah membayar mahal untuk dilayani.
Club house adalah tempat hiburan mahal yang menyediakan pelayanan extra plus-plus. Mami Lisa menyulap rumah megahnya menjadi sebuah tempat hiburan malam.
Beberapa ruangan dijadikan bar, ruang karaoke dan rumah di sebelahnya di jadikan hotel mewah bertarif mahal karena akan ada pelayanan dari wanita penghibur.
Meskipun usia Laura berusia 35 tahun, namun wajah blasteran sepertinya sangat cantik dan menggoda para lelaki yang berusia sepantaran atau diatasnya. Bahkan tidak jarang ada lelaki di bawah usianya yang minta dilayani.
Wajah awet mudanya selalu membuat banyak orang terkecoh. Banyak yang tidak percaya jika Laura sudah berusia 35 tahun. Apalagi, sampai sudah memiliki seorang anak. Tidak heran Laura menjadi primadona di Club house.
Sebagai seorang primadona, Laura adalah salah satu sumber besarnya dalam memperkaya diri. Makanya, apapun yang wanita itu pinta si germo pemilik Klub akan mengabulkan keinginan Laura.
Di room tiga belas, tempat Laura sekarang berada sudah di booking oleh seorang lelaki berperut buncit. Cukup banyak lelaki buncit itu mengeluarkan uang untuk membayar Maria dan Laura malam ini.
“Hm? Wanita tadi kenapa sekarang berubah lagi? Bukankah rambutnya tadi pendek? Kenapa sekarang jadi panjang? Apa aku sudah mabuk ya?” racau lelaki berperut buncit berdiri sempoyongan.
Si lelaki berperut buncit itu mulai mendekati Laura. Lalu, tangannya bergerak liar dengan mengelus rambut Laura penuh hasrat kebinatangannya. Kemudian si lelaki buncit menciumi leher jenjang nan mulus milik Laura.
Batin Laura seketika bergejolak jijik. Pikirannya langsung teringat akan anak gadisnya di rumah. Janji yang diucapkan olehnya terngiang, saat mengingat Raline.
Janji Laura sangat besar dengan Raline. Seorang Ibu yang berjanji untuk tidak dengan mudah diperdaya oleh lelaki hidung belang. Apalagi diperdaya oleh nafsu birahi.
Merasa jijik lehernya diciumi, lantas Laura meraih satu botol anggur yang masih berisi penuh. Ia mencekoki si lelaki buncit lagi dengan anggur yang akan membuat mabuk berat sampai tidak sadarkan diri.
"Ayo Tuan, kita minum lagi!"
Glek! Glek! Glek! Laura terus menerus mencekoki pelanggannya malam ini dengan anggur yang banyak. Satu botol berhasil masuk ke perut lelaki buncit.
Grep! Tangan lelaki berperut buncit masih bergerak liar. Ia memegangi dua gundukan Laura yang bulat penuh.
'Ish! dasar keparat!' rutuk Laura memaki dalam hati saat dadanya diremas.
Di atas meja ada beberapa jenis anggur. Tidak berhasil satu botol untuk membuat si buncit tumbang, membuat Laura tidak kehilangan akal. Sebelum Derek memergoki tingkahnya, lantas Laura mengambil lagi botol anggur dengan kadar alkohol lebih tinggi.
Laura langsung menyentak tangan pelanggannya yang mulai nakal. Ia membuka lagi satu botol anggur baru, kemudian meminumkannya lagi ke mulut pelanggannya sampai tidak sadarkan diri kalau perlu.
Akan bahaya jika si perut buncit masih sadar. Pasti Laura akan dibawa berkencan di kamar hotel karena memang si perut buncit membayar lebih untuk satu malam. Tentu saja pelanggannya malam ini inginkan Laura di atas ranjang.
Tidak tinggal diam, Laura terus mencekoki anggur sampai baju pelanggannya basah ketumpahan anggun di seluruh tubuh. Jika tidak berhasil juga, terpaksa obat tidur akan jadi pilihan terakhir untuk membuat pelanggannya tumbang.
Apapun akan Laura lakukan, asal tubuhnya tidak lagi dinikmati oleh lelaki hidung belang yang membayarnya untuk satu malam.
Meski dirinya berada dalam bahaya, Laura tidak akan mengingkari janjinya kepada anak gadisnya. Dimana janjinya itu adalah untuk tidak lagi menjadi budak seks lelaki manapun.
Selama uang pelanggan yang membayar sudah masuk ke rekening Mami Lisa, tidak masalah bagi Laura untuk mengecoh pelanggannya agar tidak dengan mudah menikmati tubuhnya seperti santapan lezat.
Bruk! Akhirnya si perut buncit pelanggan Laura ambruk di lantai.
***
KEDIAMAN RALINE, KAMPUNG SEKSI
Suara mobil terdengar dari luar rumah. Raline yang mendengarnya dari dalam kamar langsung kelabakan. Wajahnya sudah tidak dalam penyamaran. Alias wajah jeleknya sudah dibersihkan.
Sontak saja, Raline langsung meraih alat make-up untuk menutupi wajah cantiknya. Dipakainya alis yang tebal berhamburan agar terlihat tidak simetris.
Sebuah tinta merah dan hitam dibuat menyerupai jerawat dan luka yang membuatnya jelek dan terlihat menjijikkan bagi yang melihatnya.
Dalam keadaan darurat, akhirnya Raline berhasil merubah lagi wajah cantiknya menjadi buruk rupa dalam waktu singkat.
Tidak lupa rambutnya yang sengaja diacak-acak agar semakin mengecoh orang lain.
Bruk!
Bragh!
Brukh!
“Heh bocah jelek, cepat buka pintu!” teriak derek si kepala plontos. Ia tidak sedang mengetuk pintu melainkan mendobrak-dobrak kasar pintu rumah dengan paksa.
Mendengar suara teriakan lantas Raline bergegas keluar untuk membukakan pintu.
“Iya-iya!" sahut Raline sambil berlari membuka pintu.
Raline membukakan pintu rumahnya. Ia mendapati anak buah Mami Lisa, Derek and the gank membopong Tante Maria yang tengah mabuk berat.
Saat Maria membuka mata, ia melihat anak sahabatnya itu di depan pintu. Lalu, ia mencoba berdiri meski dalam keadaan sempoyongan.
“Anak cantik? Kamu sudah di rumah rupanya,” oceh Tante Maria asal.
“Cantik? Haha! Bocah jelek kayak dia dibilang cantik?” ledek Derek tidak terima dengan bualan Maria.
"Ini, Tantemu silahkan diurus!" titah Derek mendorong tubuh Maria kearah Raline. "Kerjaan dia cuma merepotkan saja, sama seperti kamu!"
“I-iya. Biar aku yang mengurusnya. Kalian boleh pergi," cicit Raline.
Derek dan bodyguard lain bergegas pergi dari rumah Laura setelah mengantarkan Maria pulang. Merasa dalam bahaya, Raline memastikan lagi jika cecunguk Mami Lisa, Derek and the gank sudah benar-benar pergi meninggalkan rumah.
Fiuh! "Syukurlah ..., " ucap Raline merasa lega.
Dengan susah payah gadis itu membopong tubuh Tante Maria masuk ke dalam rumah. Membawanya masuk ke dalam kamar untuk merebahkan tubuh Tante Maria.
Tanpa henti Maria terus mengoceh. Raline sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Orang terkasihnya harus bekerja hina sebagai seorang PSK demi menghidupinya dan merawatnya.
Laura dan Maria merawat Raline dengan sangat baik. Meski dalam lingkungan yang tidak baik bagi masa depannya, namun gadis itu sama sekali tidak mempersoalkan.
Baginya Laura dan Maria adalah segalanya. Demi Raline keduanya rela menjadi budak germo Mami Lisa.
Meski hati Raline sakit saat melihat Ibu dan tantenya itu pulang pagi dalam keadaan mabuk, tidak banyak yang bisa ia perbuat selain merawat kedua PSK kesayangannya itu.
Sering sekali Raline mendapati Laura dan Maria pulang dengan membawa luka memar di tubuh mereka. Keduanya sering kali mendapatkan perlakuan kasar dari pelanggan.
Masih banyak orang yang memperlakukan wanita dengan semena-mena dan kasar dengan uang yang mereka punya. Tidak jarang ada yang membayar hanya untuk melampiaskan emosi mereka dengan cara menyiksa para PSK. Dan hal itu yang membuat hati Raline amat sangat sedih dan sakit.
***
Keesokan harinya ...
Raline berpamitan terlebih dahulu kepada Laura dan Maria. Meski keduanya masih di atas tempat tidur masing-masing lantas tidak membuatnya kehilangan sopan santun untuk berpamitan sebelum berangkat ke sekolah.
Dengan wajah yang tertunduk dan langkah yang cepat, Raline berjalan melewati rumah besar nan mewah milik Mami Lisa, germo terbesar di kota Jakarta.
Gadis itu sudah terbiasa berjalan dengan wajah yang tertunduk takut. Sejak kecil Laura mendoktrin anak gadisnya itu untuk tidak mengangkat wajah di depan Mami Lisa.
Tentu saja. Laura takut wajah asli Raline terungkap. Akan bahaya jika itu terjadi.
Huft! "Lega rasanya kalau sudah keluar dari kampung sialan itu!” rutuk Raline saat berhasil keluar dari kampung seksi.
Raline adalah murid beasiswa yang berprestasi di SMA ELITE. Selalu memenangkan kejuaran di berbagai mata pelajaran. Berkat beasiswa, gadis itu tidak perlu menggunakan uang haram untuk menyelesaikan pendidikannya.
Bukannya Raline tidak tahu rasa terima kasih, tetapi sudah sejak SMP gadis itu bertekad akan bersekolah dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Mulai dari kecil Raline sering ikut lomba di sekolah, khususnya lomba yang menghasilkan uang untuk dirinya sendiri.
Beruntung Raline memiliki seorang Ibu yang sangat mengerti akan dirinya dan tidak keberatan jika uang dari Laura sama sekali tak disentuh.
***
SMA ELITE INTERNATIONAL.
Sesampainya di koridor sekolah, Aletta yang melihat kedatangan Raline langsung mulai bertindak usil.
Aletta berniat untuk balas dendam. Niat jahat gadis populer nan tajir melintir itu muncul untuk menggertak Raline yang sudah berani mengganggu dirinya bermesraan dengan Gavin.
Raline yang berjalan dengan wajah menunduk, jadi kesempatan besar bagi Aletta untuk mengerjainya. Aletta sengaja ingin membuat Raline, yang dijuluki si cupu jelek itu malu di depan banyak orang.
Brugh!
Aletta menabrakkan tubuhnya dengan keras kepada Raline. Lantas, membuat si cupu jelek itu dengan mudahnya ambruk jatuh ke lantai.
Ups! Decak Aletta sengaja menubruk tubuh Raline. “Hahaha!" Gelak tawa siswa-siswi lain riuh menertawakan si cupu nan malang Raline. Bukannya membantu malah yang lain ikut-ikutan melempari Raline dengan kertas sembari merutuki gadis itu. Aletta membungkukkan tubuhnya dan berbisik ke telinga Raline. “Awas aja, kalau kamu menyebarkan kejadian kemarin. Aku nggak segan-segan berjanji akan membuatmu kehilangan beasiswa disini. Bahkan bisa saja di semua sekolah. Ingat, dimanapun!” gertak Aletta yakin. “A-aku tidak akan memberitahukan kejadian kemarin. Tidak ada untungnya juga untukku,” jawab Raline terbata-bata. “Good girl. Tidak salah kamu dikenal dengan sebutan cupu!" Aletta menata
Gavin memiringkan senyumnya dengan tatapan tajam mengarah ke wajah Raline. Saat Gavin melangkahkan kakinya, sontak membuat Raline memundurkan posisinya menjauh. "K-kamu mau apa? Jangan macam-macam. Dasar otak mesum!" Ancam Raline dengan tubuh yang gemetaran. Gavin tidak menanggapi ancaman dari Raline. Sedangkan yang ada dipikiran Raline sekarang adalah bagaimana caranya, bisa keluar dari kamar mandi sekolah. “Buka pintunya, Vin. Aku mau pulang,” pinta Raline datar. “Jawab dulu pertanyaanku, apa kamu menyukaiku?” tanya Gavin penasaran. “Pft! Suka? Hahaha …." Raline tertawa mendengar pertanyaan dari Gavin.
Belum sempat Raline berterima kasih, Devin sudah berada di depan bersiap untuk turun dari bus. Tidak lama bus kembali melaju, Raline merasakan ada yang mengganjal di atas tempat duduknya. Raline mengambil sesuatu yang mengganjal dengan tangannya. Sebuah buku tulis, dengan sampul polos. Raline membuka halaman awal, dan mendapati nama Devin, tertera di halaman awal. "Astaga, rupanya Devin ketinggalan buku disini," decak Raline khawatir. Karena Devin sudah turun terlebih dahulu dari bus, Raline memutuskan akan menyimpan buku tersebut sampai besok. Dan akan mengembalikannya besok disekolah. Perlahan Raline mencermati tulisan yang berjajar dengan rapi di buku milik Devin. "Tulisannya saja rapi. Enak dibaca. Sudah tampan dan pintar lagi," puji Raline membac
Keesokan harinya.Raline bersiap seperti biasa. Mengubah wajah cantiknya menjadi jelek, sebelum keluar dari rumah. Lalu mengenakan seragam sekolah. Raline yang tengah berada sendirian di rumah, tidak sempat sarapan karena sudah hampir terlambat sekolah. Sudah biasa bagi Raline bangun tidur tidak melihat siapapun di rumahnya. Menyiapkan segala sesuatu sendirian, bagi Raline adalah hal mudah. Terlahir dengan perhatian dan pengertian yang baik, membuat Raline mengerti akan perjuangan Ibunya.Setelah semua sudah beres, Raline berjalan menuju halte. Dengan langkah cepat Raline mengejar waktu agar tidak melewatkan gerbang yang segera tertutup dalam hitungan 30 menit lagi.
Perawat membuka pintu yang bertuliskan nama Dr. Daniel Aksara. Laura mengangguk segan dan menebar senyum kepada perawat yang sudah membukakan pintu untuknya. Sikap urakan Laura masih kental, saat berada ditengah orang banyak. Perlahan Laura masuk ke dalam ruangan, dan langsung duduk tanpa permisi kepada dokter yang tengah berdiri menghadap nakas di belakang meja kerja. "H-halo, Dok." Sapa Laura bingung. Dokter yang berperawakan tinggi besar itu berbalik badan, untuk melihat pasien yang akan diperiksanya. Brugh! Laura langsung terperanjat saat
RUMAH SAKIT MEDIHEALTHRaline dan Laura tengah mengantri untuk membeli obat. Setelah Laura selesai melakukan pemeriksaan, Raline ikut mendengar hasil diagnosa kesehatan Laura."Mulai sekarang Mama jangan suruh Raline makan, tapi Mama sendiri harus teratur makan." Pesan Raline mengingatkan Laura. "Mama juga harus kurangi minum bagaimanapun juga. Bukan Raline mengatur, tapi ini demi kesehatan Mama." Sambung Raline memperingatkan Laura, yang mengidap maag akut.Sudah menjadi hal biasa Laura hidup tidak teratur selama ini. Sejak dulu, dirinya lebih banyak mengkonsumsi alkohol dibandingkan makanan. Baginya dengan tidak sada
"Ma, ayo bangun." Sudah beberapa kali Raline membangunkan Laura namun tak kunjung berhasil. Dari luar kamar, akhirnya Raline memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. "Pulas sekali, tidurnya? Pakai senyum-senyum segala lagi," gumam Raline. Raline membangunkan Laura lagi, perlahan agar tidak mengejutkan Mamanya itu. Duduk di sisi ranjang, Raline tampak mengamati wajah Laura yang masih sangat cantik. Hoam … Laura terbangun sambil menggeliat. "Eh, Raline?" Laura terkejut dengan keberadaan anak gadisnya. "Ayo sebentar lagi Mama telat," ucap Raline mengingatkan.
"Kalian pernah dengar, tentang anak lelaki yang bunuh diri di atas gak? Dia habis meratapi kesalahannya, lalu bunuh diri disana. Kalian yakin mau ke atas?" Raline semakin mendalami aktingnya. Bahkan terlanjur hiperbola.Pft!Tiba tiba ada suara dari atas tengah menahan tawa. Suara itu menggema dan terdengar mengerikan. Sontak gerombolan adik kelas itu berlarian kocar-kacir saat mendengar suara yang muncul dari atas.Setelah semua berlarian, Raline masih berdiri di anak tangga. Bulu kuduknya malah ikut-ikutan merinding saat melihat ke lantai atas."Ish! Kenapa aku malah jadi ikut-ikutan takut?" gumam Raline memeluk tubuhnya sendiri. Tak ingin berlama-lama, Raline langsung kembali turun sebe