Home / Rumah Tangga / PELAN PELAN SAYANG / 26 - ORANG TUA RAIN MULAI CURIGA?

Share

26 - ORANG TUA RAIN MULAI CURIGA?

last update Last Updated: 2025-08-14 11:23:36

“Mama… kita nggak boleh menebak hal yang belum tentu benar. Doakan saja semoga Gendis bukan istri orang lain atau sedang menjalin hubungan dengan orang lain,” ucap Ayah Rain dengan tatapan penuh harap, seolah doa itu tak hanya untuk Gendis, tapi juga untuk anaknya.

“Iya, deh. Kita ke ruang makan dulu, Pa. Bik Sumi kayaknya udah siapin sarapan. Mama sekalian mau bangunin Wanda sama Ardi, buat sarapan,” ucap Ibu Rain. Meski bibirnya membentuk senyum tipis, sorot matanya masih membawa beban yang belum terurai.

“Bik Sumi, Wanda sama Ardi udah bangun?” tanya Ibu Rain saat baru saja tiba di ruang makan pagi itu.

“Kalau Mas Ardi udah bangun, Bu. Tadi dia panasin mobil, terus ke taman belakang sebentar kasih makan ikan koi,” ucap Bik Sumi sambil menata roti dan selai kacang di meja.

“Oh, Wanda nggak ikut?” tanya ibunya sambil melirik ke ruang TV dan mengarahkan pandangan ke lorong kamar.

“Mbak Wanda kayaknya belum keluar kamar, Bu. Apa mau saya panggil?”

“Wes nggak apa-apa, nanti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PELAN PELAN SAYANG    189 - DIMINTA DATANG BERTEMU LANGSUNG SAAT ITU JUGA

    “Pak, maaf ganggu. Saya mau ketemu Bapak. Ini penting, Pak,” ucap Angga. “Sepenting apa?” tanya Rain dengan nada datar. “Hidup dan mati saya, Pak. Saya sama Shasha... kita berdua mau ketemu Bapak, dan ada yang harus kita tunjukkan,” jawab Angga tegas, tapi terdengar gugup. “Oke. Sekarang ke apartemen saya,” ucap Rain tanpa ekspresi. “Baik, Pak. Tapi... lokasinya di mana, Pak?” tanya Angga pelan. “Saya kirim ke nomor kamu,” ucap Rain santai. “Jangan, Pak. Hape saya hilang,” sergah Angga cepat, suaranya terdengar panik. “Waw... oke. Saya kirim ke nomor ini. Saya tunggu, jangan lama-lama. Jarak apartemen ini ke kosan itu dekat,” ucap Rain dengan nada setengah menantang. “Iya, Pak,” sahut Angga, kali ini lebih hati-hati. Panggilan berakhir. Rain tampak kembali tenang, menatap layar ponselnya sebentar sebelum menikmati cake buatan istrinya. “Kenapa, Mas?” tanya Gendis lembut, menatap wajah suaminya yang berubah serius. “Angga mau ke sini,” ucap Rain datar. “Angga? Oh... Angga s

  • PELAN PELAN SAYANG    188 - PANIK! ANGGA MENJADI DALANG. SHASHA MENGHUBUNGI RAIN.

    “Ini! Coba lihat dulu! Sayang, buruan!” teriak Shasha panik, matanya melebar, jemarinya gemetar di atas keyboard. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu mengacak rambutnya sendiri karena gugup. “Yang, kamu tuh kenapa sih?” ucap Angga sambil berjalan cepat dari kamar mandi, handuk masih menggantung di pinggulnya. “Ini! Lokasinya di sini!” ujar Shasha keras, menunjuk titik hijau yang berkedip di layar laptop. “Maksudnya?” Angga duduk perlahan di tepi ranjang, menatap layar dengan kening berkerut. “Kok...?” gumamnya, napasnya mulai berat. “Di sini! Di tempat ini, Sayang! Ini artinya... kamu sendiri yang jadi dalangnya...” suara Shasha bergetar, wajahnya pucat, lalu spontan memeluk Angga erat. “Nggak... aku nggak ngelakuin itu...” ucap Angga pelan, nadanya campuran bingung dan takut. “Tapi ini dari seluler kamu! Ini akun kamu... email kamu juga!” Shasha menatapnya penuh air mata, tangannya bergetar hebat. “Tapi aku nggak ngelakuin itu, Shasha...” ucap Angga, kini ikut panik tap

  • PELAN PELAN SAYANG    187 - PELAKU PENEBAR VIDEO

    “Pertama, dia tahu aku orang yang kepo sama urusan dia. Tapi itu dulu. Aku akui, dulu aku sepenasaran itu sama dia karena sesuatu hal. Kedua, dia tahu kamu anak IT, kamu nggak banyak temen, jadi kamu nggak bakal banyak omong sana-sini. Dan ketiga, dia tahu kalau tiga orang yang hilang dari kantor kita itu orang di bawah kendali aku—tim aku sendiri, dan mereka kenal dekat sama Raka,” ucap Angga pelan namun tegas, matanya menatap jalan tanpa berkedip. “Tapi... kamu ada urusan apa sama Pak Raka?” tanya Shasha penasaran, menoleh pada wajah Angga. “Saingan dapetin proyek dari kantor. Raka kalah, dia juga akhirnya dikeluarkan dari perusahaan. Dan kamu tahu, istri Pak Rain yang sekarang itu dulu adalah istrinya Raka,” ucap Angga, suaranya merendah tapi jelas, seolah mengingat sesuatu yang lebih kelam. “Hah? Jadi... beneran video itu emang sebelum mereka nikah?” tanya Shasha kaget, matanya membesar. “Kayak narasi di video itu, benar. Itu benar. Tapi sebenarnya bukan urusan kita, kan?

  • PELAN PELAN SAYANG    186 - RAIN MENCURIGAI ADANYA PENGKHIANAT

    “Saya kasih waktu buat kalian mengakui kesalahan. Jam empat sore. Temui saya di apartemen!” ucap Rain dengan nada tegas, menatap ketiga orang itu tanpa ekspresi. “Baik, Pak!” sahut mereka serentak, lalu segera meninggalkan ruangan dengan langkah cepat dan tegang. Rain menarik napas pelan, lalu membuka kotak bekalnya. Dengan santai ia melangkah menuju coffee corner di lantai rooftop, tempat para staf biasanya menikmati makan siang sambil bercengkerama. Sesampainya di sana, ia duduk di salah satu meja dekat jendela besar yang menghadap ke arah kota, lalu menekan layar ponselnya. “Selamat makan, Sayang,” ucap Gendis ceria dari layar video call, memperlihatkan sepiring makan siang buatan sendiri. “Vitamin udah disiapin?” tanya Rain sambil mengunyah makanannya perlahan. “Udah dong...” jawab Gendis sambil tersenyum lembut, matanya berbinar penuh kasih. Rain tersenyum tipis. “Pintar istri aku,” ucapnya pelan, suaranya terdengar hangat namun ada sesuatu di balik ketenangannya. Di seke

  • PELAN PELAN SAYANG    185 - RAIN MARAH, KETIKA TAHU SUZAN MELAPORKAN KEJADIAN MALAM ITU

    “Sayang, kamu lihat berita di TV! Sekarang!” seru Gendis panik, nadanya meninggi. “Kenapa? Berita apa?” tanya Rain sambil menekan remote televisi. Tepat detik itu juga, berita mengenai hilangnya Raka muncul di layar—dalam pencarian polisi. Rain tersenyum tipis, tapi senyum itu cepat memudar. Matanya menajam penuh amarah ketika melihat Suzan tengah menangis sambil membuat laporan kehilangan. “Sayang, udah lihat kan?” tanya Gendis dari dapur, suaranya masih terdengar cemas. “Oh, iya... tapi apa hubungannya sama kita,” ucap Rain datar, senyum palsu masih menempel di bibirnya sementara jari-jarinya cepat mengetik pesan pada orang suruhannya. “Ya aneh aja sih... itu mantan istrinya yang melapor ke polisi. Terus, siapa juga sih yang mau nyulik dia? Ya kan, Sayang?” ucap Gendis sambil melirik oven, memastikan kuenya tidak gosong. “Iya juga... dia kan bukan orang penting atau pejabat. Ngapain juga sampai diheboh-hebohin begitu,” sahut Rain, suaranya tenang tapi matanya menyimpan s

  • PELAN PELAN SAYANG    184 - GENDIS TAK SENGAJA MENGETAHUI BERITA ORANG HILANG.

    “Kalau sampai ada berita acara pemanggilan saya di IDI karena MKEK, artinya kamu adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hilangnya profesi saya sebagai psikolog reproduksi. Paham?” ucap Rain sambil tersenyum dingin menatap Angga. “Paham, Pak,” jawab Angga tegas, matanya menatap lurus tanpa gentar. “Mas...” bisik Shasha pelan, wajahnya tampak panik. Angga hanya mengeratkan genggamannya di tangan Shasha, memberi isyarat agar tenang. “Oke, silakan balik ke ruangan masing-masing,” ucap Rain santai, kembali duduk di kursi kerjanya seolah ancaman barusan hanyalah obrolan ringan. “Baik, Pak. Permisi,” ucap Angga sopan, lalu menuntun Shasha keluar dari ruangan mewah sang CEO. ••• Di luar ruangan. Udara di koridor terasa berat. Shasha menatap Angga yang berjalan di sampingnya. “Mas, kamu yakin bisa cari orang yang sebar video ini?” tanyanya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Yakin,” jawab Angga singkat namun mantap, tanpa menoleh. “Tapi... kamu nggak ada hubungannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status