Sepanjang perjalanan pulang Xabier menahan rasa panas hatinya. Ia tidak ingin saja terjadi kecelakaan saat menyemburkan perkataan pedas pada perempuan yang duduk diam di bangku penumpang belakang.Batari berdiam diri tidak berbicara sepatah kata pun. Rekaman perkataan ibu Xabier dan ibu Serafina bergantian bermunculan di otaknya.Berkecamuk perasaan marah, takut, dan sedih secara bersamaan dalam batinnya. Pandangannya kosong menembus jendela mobil sedan mewah Xabier.Kendaraan memasuki rumah Xabier, pria itu telah mempekerjakan pengurus rumah yakni suami dan istri. Untuk beberapa waktu pengurus bagian depan yang aktif bekerja."Selamat malam, Pak Xabier," sapa pria paruh baya yang membuka pintu gerbang."Malam, Pak Jaka. Gerbang tolong ditutup ya, Pak. Saya menginap di sini," titahnya pada Jaka.Batari turun begitu saja dari mobil, setelah parkir. Ia berjalan cepat menuju rumah lalu ke kamarnya. Xabier sempat menutup pintu rumah, ia gegas berlari mendapati Batari. Pria itu berdiri di
"Psikolog? Untuk apa ke sana, Pak?" tanya Batari ingin tahu. Dia maju beberapa langkah mendekati Xabier, tetapi masih dengan jarak aman.Xabier tidak menjawab, ia sibuk mengunyah sarapannya yang hampir habis. Pria itu meneguk air mineral hingga tandas.Rasa penasaran yang tinggi membuat Batari tetap bertahan di tempat menanti jawaban dari Xabier."Biar rasa takut kamu padaku bisa berangsur hilang, trauma paska kejadian di hotel juga bisa disembuhkan," ucap Xabier dari tempat duduknya, ia menoleh pada Batari.Mata perempuan desa itu mengerjap, ingatannya kembali pada peristiwa kelam silam. Sebelum gemuruh mengobrak-abrik perasaannya, Batari dengan cepat mengendalikan diri."Saya tidak takut pada Bapak," ucapnya berani, dagunya terangkat dengan dada lebih membusung. Ia menatap Xabier dengan rasa bercampur aduk.Xabier mengunci pandangannya pada Batari yang seolah-olah menantangnya. Pria itu berdiri lalu berjalan perlahan mendekati Batari.Langkah mundur Batari membuat Xabier tidak yakin
"Aku akan antar kamu pulang." Xabier menyalakan kendaraannya dan melaju di jalanan kota."Tidak. Saya mau bekerja," sanggah Batari, ia masih berani membantah, meskipun dalam rasa takut.Xabier menoleh padanya sekilas. Pria itu menggeleng-geleng melihat betapa keras kepala istrinya, senang melawan perkataannya, tetapi takut bila didekati. Pria itu rasanya gemas sekali, hanya saja tidak bisa berbuat banyak."Terserah," ucap Xabier akhirnya. Kendaraan Xabier membelok ke arah restoran pusat.Pria itu sebenarnya tidak yakin dengan kesiapan Batari bekerja hari itu. Ia tetap saja mengikuti keinginan Batari daripada terjadi keributan di antara mereka.Batari lekas turun dari mobil milik Xabier menuju ruang ganti pakaian karyawan perempuan. Ia langsung melapor pada Domarita kalau datang terlambat dengan alasan menemani Xabier.Tentu saja Domarita menerima apapun alasan Batari hadir terlambat di restoran."Oh ya, berhubung Ibu Batari dalam keadaan mengandung, tugas Ibu melakukan hal ringan saj
Batari pulang mengambil jalan dari belakang restoran. Ia menunggu angkutan umum yang nanti melewati simpang rumah tempatnya tinggal.Tubuhnya lunglai, ia sangat khawatir kondisinya akan mempengaruhi pertumbuhan janin dalam rahimnya. Keadaan batinnya tidak benar-benar sehat.Orang-orang begitu bebas menghina dan memarahi bila Batari melakukan kesalahan. Dia terpikir dengan ide Xabier mencari teman cerita untuk menyalurkan perasaan hatinya.Batari tidak ingin sosok orang yang mengenali Xabier seperti teman psikolognya tadi. Batari ingin orang yan tidak mengenal dirinya, bahkan tidak tahu dia istri seorang Xabier agar bisa netral mendengarkan kisahnya.Tidak lama, angkutan umum berhenti di halte tempatnya menunggu. Batari segera menaikinya.Diam-diam Xabier mengikuti istrinya dari belakang. Ia menunggu sampai Batari menaiki satu kendaraan yang akan mengantarkannya menuju rumah.Xabier melakukannya sebab tidak ingin terjadi hal buruk pada Batari yang ujungnya akan merepotkan dirinya. Set
Sinar mentari mengintip dari sela tirai kamar Batari, menerpa wajahnya. Perempuan itu menggeliat tidak nyaman.Sontak saja ia membuka mata lalu menoleh ke arah jam dinding. Batari terlambat bangun dari biasanya. Gegas Batari turun merapikan kasurnya, kemudian berjalan cepat ke kamar kecil untuk membasuh tubuhnya.Malam kemarin ia sulit tidur, perutnya terasa mual. Bolak balik ia harus ke wastafel. Saat mualnya berhenti, janin dalam kandungannya mengajak makan apa saja. Lepas tengah malam barulah ia bisa tertidur lelap.Kali ini ia tidak hanya makan roti tawar dengan telur dan sayur saja, itupun tidak bisa berbagi dengan Jaka karena malam kemarin setengah bungkus sudah ia habiskan.Dengan terburu-buru Batari berjalan cepat menuju halte. Meskipun terbang sekalipun, Batari sebenarnya tetap saja terlambat masuk.Perempuan itu mulai menimbang alasan apa yang akan ia berikan nanti pada Domarita, Xabier tidak ada sebagai tameng baginya.Angkutan umum datang, Batari menaikinya. Perjalanannya p
Saat jam pulang kerja restoran selesai, berganti shift baru, Batari mengawasi ruang kerja Xabier. Pria itu tidak kunjung keluar sedari tadi.Dia sempat menanyakan bosnya itu pada Domarita. Dengan kening berkerut Domarita malahan balik bertanya suasana hubungan dingin antara Xabier dan Batari.Dengan rasa sungkan, Batari pilih menjauhi Domarita daripada terbongkar fakta di balik pernikahan mereka.Apa masuk saja ya? pikir Batari. Dia yakin Xabier masih berada di ruang kerjanya sebab kendaraannya masih terparkir rapi di luar restoran. Dengan tidak sepenuhnya yakin, Batari membuka pintu ruang kerja Xabier. Pria itu ternyata sedang bertelepon entah dengan siapa, kursi kerjanya mengarah ke jendela, sehingga dia tidak mengetahui ada orang yang masuk ke dalam ruang kerjanya.Batari melangkah tanpa suara dan berdiri sampai Xabier selesai bicara. Xabier membalik kursinya, terkejut mendapati istrinya berada di hadapannya."Ada apa ke sini?" tanya Xabier, matanya kembali berkutat ke dokumen si
Begitu kesal rasanya hati Batari mendengar penghinaan demi penghinaan dari bibir Xabier. Batari takut dirinya lama kelamaan menjadi gila gara-gara ulah suaminya yang aneh, kadang tenang kadang temperamen.Xabier, pria itu mampu membuat perasaan Batari gundah gulana. Rencana Xabier untuk menginap seatap dengan Xabier lalu bertemu kembali di restoran bagaikan mimpi buruk bagi dirinya yang tengah hamil.Tidak ada cara lain lagi, selain membuat Xabier kembali balikan bersama Serafina. Bisa jadi pria itu akan jatuh cinta lalu membiarkannya lepas dari cengkraman pernikahan yang beracun untuk mentalnya."Pak Xabier benar-benar jahat, leher ini hampir saja patah dibuatnya." Kalut rasa hati Batari, ia menyentuh lehernya yang sempat dicengkram oleh pria itu.Hembusan nafas Xabier bahkan masih terasa menerpa wajahnya. Pria itu memang tampan, tetapi kalau sudah marah hampir terlihat seperti singa yang mengaum garang. Cengkramannya tidak begitu kuat, tetapi mampu membuat jantung Batari hampir cop
Poin keinginan Xabier tertulis jelas di perjanjian itu.Xabier masih memiliki kebebasannya, sementara Batari harus puas dengan hidup nyaman dan pekerjaan bergaji lebih tinggi dibanding karyawan restoran pada umumnya.Perjanjian ini menekan mental Batari, dia bisa anjlok diizinkan berteman setelah mendapat restu oleh pria itu. Pergi harus sepengetahuan Xabier, memangnya Batari narapidana.Dan, lebih mencengangkan lagi, Batari diminta untuk tidak memiliki perasaan lebih pada lawan jenis termasuk pada pria itu. Artinya, tidak ada perlakuan kasih sayang dari seorang suami pada istrinya. "Bagian mana yang kamu keberatan?" tanya Xabier, kursinya bergerak-gerak."Semua. Saya keberatan. Sekalian saja ...." Batari tidak melanjutkan kata-kata yang diyakininya akan membuat suaminya berang.Xabier mengangkat alis matanya, seperi bertanya 'apa?'. Batari menunduk, ia mengelus lembut perutnya."Saya hanya ingin menjaga batin saya seha