Share

111

Groban terlihat gelisah di bangku kerja rumah mewahnya. Berkali-kali ia menghubungi putrinya, Xinda, sayangnya tidak tersambung.

Hari mulai malam, Groban memutuskan untuk keluar dari kamar kerjanya ke ruang makan. Saat ponselnya telah ditaruh di meja, bunyi panggilan membuat Groban kembali.

Senyum yang awalnya merekah, berubah datar, ia tetap menjawab panggilan.

"Ada apa lagi mencari saya?"

"Pertanyaan klasik, pasti tahulah maksud panggilan ini."

"Saya tidak akan lagi mengirim uang untuk kamu," ucap Groban dingin.

Dengkusan kasar terdengar dari seberang. "Yakin?"

Groban sebenernya tidak begitu yakin, tetapi ia harus mengambil keputusan terbaik untuk masa depannya.

"Apa tidak sayang dengan nama baik?" tanya si penelepon.

"Tidak perlu menggertak, Wahyuni," ucap tegas Groban.

"Apakah saya harus bilang takut pada kamu, Groban?" Terdengar tawa remeh.

"Semenjak kamu menceraikan saya, kamu tidak pernah 'kan berani untuk mengungkap hal sebenarnya. Mengapa? karena kartu kamu ada di saya," lanju
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status