Share

BAB 46

Author: amatir
last update Huling Na-update: 2025-11-02 16:24:43

Sirene polisi berhenti berdentang beberapa petugas berlarian masuk ke gudang memeriksa setiap sudut.

Dion masih berdiri di tengah ruangan napasnya terengah sementara Dina memeluk Dinda di pintu masuk.

“Bapak baik-baik saja?” tanya salah satu petugas.

Dion hanya mengangguk pelan matanya masih terpaku pada kartu identitas yang jatuh di lantai.

Ia memungutnya menatap nama di atas kartu itu,

“Bayu Saputra Direktur Keuangan PT Arta Mandiri Distribusi.”

Dina mendekat. “Yon itu siapa?”

Dion menatap kartu itu lama. “Bukan nama yang aku kenal tapi wajah di kartu ini itu Arman.”

Petugas polisi mengambil kartu itu dan menatap serius “Kalau benar orang ini yang mengancam anda berarti dia bukan sekadar rekan bisnis.”

Dion mengangguk pelan “Dia pakai nama palsu buat jebak aku, Pak.”

Polisi lain menambahkan, “Kalau begitu, kemungkinan besar dia juga orang dalam perusahaan ini bisa jadi lebih besar dari yang kita kira.”

Sore itu, setelah memberi keterangan Dion dan keluarganya dibawa pulang dengan pe
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 54 - END

    Tiga bulan sudah berlalu sejak pagi ketika Dion membuka matanya untuk terakhir kali dan berkata dengan suara paling lembut yang pernah Dina dengar,“Jaga cahaya itu Din jangan biarkan padam.”Sejak saat itu, kehidupan berjalan pelan tidak sepi tapi hening dengan cara yang lain. Rumah kecil mereka di Sumatera Barat kini kembali hidup, dengan aroma gorengan yang khas setiap pagi dan suara Dinda yang memanggil ibunya dari halaman.Namun kini, ada satu sudut rumah yang selalu dijaga tetap rapi meja kerja Dion, dengan bingkai foto keluarga yang berdiri di atasnya, dan sebuah pelita kecil yang selalu dinyalakan setiap malam.Dina menatapnya setiap kali selesai shalat lalu tersenyum pelan.“Yon,” bisiknya, “aku masih nyalain pelitanya, seperti yang kamu mau.Tapi ternyata pelita ini bukan cuma buat rumah kita, tapi buat hati banyak orang juga.”Sejak kasus besar itu terbongkar, nama Dion menjadi simbol kejujuran baru.Pemerintah memberikan penghargaan anumerta bukan uang, bukan jabatan, tapi

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 53

    Pagi itu datang perlahan menembus kabut yang masih menggantung di udara.Langit berwarna abu muda, seakan menahan napas setelah semalam penuh dentum dan hujan.Dina duduk di ruang tunggu kepolisian, wajahnya pucat tapi matanya menyala dengan tenang seperti seseorang yang telah kehilangan segalanya, namun justru menemukan kekuatan yang paling murni.Di tangannya, flashdisk itu kini terbungkus tisu masih basah tapi utuh.Seorang perwira muda datang menghampiri.“Bu Dina, kami sudah memeriksa data di flashdisk, isinya lengkap bukti transfer, kontrak palsu, rekaman perintah dari Bayu, semuanya ada.”Dina mengangguk pelan “Jadi, semuanya akan terbuka Pak?”Perwira itu tersenyum kecil “Ya Bu, dan maaf saya harus bilang suami Ibu luar biasa dia kirim salinan data yang sama ke kami lewat email anonim, lima menit sebelum kejadian di mushola.”Air mata Dina jatuh tanpa suara “Dia tahu kalau aku akan datang ke sana.”“Iya Bu, dia pastikan semua sisi aman seolah sudah tahu apa yang akan terjadi.”

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 52

    Hujan belum berhenti malam itu.Dina berjalan cepat di trotoar, jaketnya basah napasnya berat.Di tangannya, flashdisk yang berisi seluruh bukti kebenaran terasa seperti bara kecil, tapi bisa membakar segalanya jika sampai ke tangan yang salah.Ia berhenti di persimpangan jalan, menatap ke arah papan tanda tua yang nyaris rubuh.Tempat aman, pesan Dion tadi terngiang di kepala.Tapi di dunia seperti ini “aman” terasa seperti mimpi yang terlalu jauh.Ia memutuskan pergi ke tempat satu-satunya yang masih ia percaya mushola kecil di ujung jalan, tempat dulu ia dan Dion sering berdoa ketika segalanya terasa berat.Langkahnya cepat jantungnya berdetak keras seolah waktu menipis.Begitu sampai di dalam mushola, Dina langsung menutup pintu menarik napas dalam-dalam.Ia meletakkan flashdisk di atas sajadah, lalu berlutut.“Ya Allah” suaranya bergetar “aku nggak tahu ini akhir atau awal, tapi kalau benar ini jalan-Mu, tolong jagalah mereka yang kucintai.”Air matanya jatuh di lantai dingin.Di

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 51

    Langit pagi itu berwarna abu keperakan udara masih lembap sisa hujan semalam, dan jalanan menuju gedung tua PT Arta Mandiri terasa sunyi tak biasa. Dina berdiri di depan pagar berkarat, memandangi bangunan itu lama tempat di mana dulu Dion memulai pekerjaannya, tempat yang kini menjadi akar dari segala luka.Di tangannya, ponsel masih menampilkan email anonim dengan satu kalimat yang terus bergema di kepalanya.“Kalau kamu mau kebenaran, datang ke tempat di mana semuanya dimulai.”Ia menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang mulai terang.“Yon” bisiknya pelan, “aku di sini, aku akan akhiri ini untuk kita.”Ia membuka pagar yang sudah nyaris roboh, langkahnya mantap tapi hati berdebar.Udara di dalam gedung berbau lembap dan besi tua bayangan cahaya matahari menembus jendela pecah, memantul di lantai berdebu.Setiap langkah yang ia ambil seperti membuka memori lama tumpukan berkas, meja kerja Dion, dan aroma tinta mesin fotokopi yang dulu sering menempel di baju suaminya.Suara la

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 50

    Rintik hujan turun makin deras jalanan lengang, hanya lampu jalan yang berkedip samar.Dina berdiri di dekat halte tua, menatap ponselnya yang masih menampilkan pesan ancaman itu.Tangannya gemetar, tapi matanya tetap tajam bukan karena berani tapi karena sadar tak ada lagi ruang untuk takut.Ia menoleh perlahan, memastikan bayangan pria di belakangnya masih di sana.Langkah-langkah itu terdengar lagi pelan, teratur tapi semakin dekat.Dina menarik napas panjang, menekan rasa panik yang mulai naik ke tenggorokan.“Kalau aku lari, dia akan tahu aku takut,” gumamnya pelan “Kalau aku diam, dia bisa berpikir aku menyerah.”Ia menunduk, memegang rosario kecil di saku jaketnya.“Ya Allah kalau ini ujian, beri aku kekuatan bukan keajaiban.”Pria itu berhenti tepat di belakang halte, jaraknya hanya beberapa meter.Dina bisa merasakan tatapan dingin di punggungnya.Akhirnya ia berbalik menatap langsung ke arah orang itu.“Kalau kamu dikirim buat menakut-nakuti aku,” katanya lantang, “kamu data

  • PELITA DI TENGAH GELAP   BAB 49

    Kafe di pojok kota itu sepi sore itu.Dina datang sendiri, mengenakan kerudung abu lembut dan jaket cokelat.Di meja pojok, seorang pria menunggu dengan secangkir kopi di depannya wajahnya teduh, tapi matanya menyimpan sesuatu yang sulit dijelaskan.“Bu Dina?” katanya, suaranya dalam dan terukur.Dina menarik kursi dan duduk perlahan “Bapak Bayu Saputra?”Pria itu tersenyum tipis “Saya senang akhirnya kita bisa bicara langsung tanpa perantara polisi atau media.”Dina menatapnya tanpa berkedip “Saya nggak datang untuk basa-basi Pak, saya datang karena ingin tahu kenapa keluarga saya harus jadi korban permainan Bapak.”Bayu menatap keluar jendela sebentar sebelum menjawab, “Tidak ada yang ingin permainan ini terjadi Bu kadang, sistem menelan orang-orang jujur tanpa ampun suami Ibu hanya ada di tempat yang salah.”Dina menggenggam tangannya di pangkuan menahan gemetar.“Tempat yang salah? Suami saya cuma tanda tangan laporan bukan korupsi. Tapi Bapak biarkan namanya dijadikan kambing hit

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status