Share

BAB 5

Monica memejamkan matanya ketika mendengar Bu Rita mengucapkan kalimat seperti itu. Meskipun sudah terbiasa mendengarnya, namun setiap kali wanita paruh baya yang sudah melahirkan suaminya itu menyindirnya, tetap saja Monica merasa sakit hati. Berusaha untuk menahan air matanya agar tak jatuh, dan membuat mood sarapan pagi mereka semua hancur.

"Ma, kok pagi-pagi sudah ngomong seperti itu lagi sih?" Ardi selalu menjadi pembela untuk istrinya.

"Lohh memangnya kenapa sayang, kan apa yang mama katakan benar? ngapain kalian susah-susah jogging 5 tahun lebih tapi nggak juga hamil."

Bu Rita berkata seenaknya, meskipun dia sendiri tahu ikhtiar seperti apa yang tengah Ardi dan Monica jalani selama ini. Namun sepertinya wanita paruh baya itu seperti tutup mata tak peduli dengan perjuangan mereka berdua.

Hanum dan bik Lastri hanya mendengar dari dapur. Mereka berdua saling berpandangan. "Ya seperti itu Bu Rita sama mbak Monica!" Ucap bibi Lastri mengatupkan bibirnya. Membuat Hanum menganggukkan kepalanya pelan.

***

"Mas, aku mau pulang sekarang juga!" Ucap Monica menangis terisak dengan bahu yang berguncang hebat.

"Dek, sabar. Kita mendengarkan omongan Mama kan nggak hanya sekali dua kali saja. Nyatanya kita bisa melewati sampai tahun ke-5 ini. Kita tahu kalau mama memang sangat mendambakan cucu Dek."

"Iya mas, aku tau itu semua. Tapi setiap kali ke sini, itu itu saja yang dipertanyakan oleh Mama Mas. Makanya, aku jadi males sekali datang ke rumah karena sudah bisa menebak apa yang akan mama tanyakan sama kita." Ucap nya lagi dengan tersengal.

Monica memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Wanita itu lebih memilih diam daripada menyulut emosi untuk bertengkar dengan suaminya.

"Kalau mas masih mau di sini, silahkan. Lebih bak aku pergi dan menginap saja di hotel." Ucap Monica denga serius. Wanita itu kemudian masuk ke dalam kamar mandi setelah berkemas dan memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

Sementara itu Ardi keluar dari kamar, dan menubruk seorang wanita yang sedang mengepel lantai.

Brukk...

"Ya Alloh maaf pak," Hanum mengangguk dan merasa tak enak pada anak majikannya itu.

"Nggak apa-apa!" Ucap pria itu dengan begitu dingin menatap sekilas pada Hanum kemudian pergi.

"Kamu jadi pulang sekarang Di? Ini jam 9 malam lho?" tanya bu Rita ketika melihat Ardi dan Monica menuruni anak tangga dengan membawa koper. Wanita paruh baya dengan sanggul modern itu melepas kacamatanya dan menatap pada anak juga menantu nya secara bergantian.

"Iya ma." Sahut Ardi singkat. Sementara itu Monica memilih diam.

"Pasti istrimu nggak betah lagi tinggal di sini!"

Dan benar saja tebakan Monica, saat dia diam saja Bu Rita selalu menyindirnya dan memantik percikan api untuk mereka bertengkar.

***

Selama perjalanan pulang, Monica lebih memilih diam dan terus menatap keluar jendela.

"Daripada kemalaman, kita cari hotel saja ya dek."

"Terserah mas."

Mobik parkir dan tiba di hotel tempat mereka menginap, keduanya segera masuk ke dalam dan memesan satu kamar. Wanita berjilbab nude itu seperti mulai menyerah dengan keadaan rumah tangga nya yang tidak baik. Meskipun gonjang-ganjing rumah tangga itu berasal dari ibu mertuanya sendiri, Bu Rita.

"Dek, please kamu jangan diam seperti ini saja. Maafkan aku dek!" Ardi berusaha mendekat dan memeluk tubuh Monica dari belakang.

"Dek, please sayang. Kamu tau kan, kalau mendiamkan suami itu dosa hukumnya? Kalau kamu diam seperti ini, aku tidak tahu apa yang kamu mau!"

Bibir Monica seperti terkunci rapat. Dia benar-benar kecewa dengan ibu mertua nya, dan seperti sudah tak bisa bertahan.

Hatinya sakit tapi tak berdarah. Dengan cepat Ardi menyambar dan memeluk tubuh sang istri.

"Dek please sayang, kamu jangan seperti ini. Aku benar benar tersiksa. Kamu harus bilang, apa yang terus aku lakukan untuk membuatmu ceria lagi. Kita mulai dari nol ya. Please dek, maafkan aku. Kalau perlu kita nggak usah ke rumah mama!"

Ardi yang berdiri tepat di depan Monica menangkup wajah cantik dan sendu sang istri dengan kedua tangannya. Namun sepertinya, Monica tak mau menatap manik mata Ardi yang terus menerus mengharapkan maafnya.

"Kenapa kamu mau ikut pulang denganku mas? Bukannya kamu masih mau di rumah mama?"

"Dek, jangan seperti itu lagi. Jelas saja aku ikut denganmu karena kamu kan istriku." Ucap Ardi berusaha untuk meluluhkan hati istrinya

***

Drtt drttt...

Ponsel Hanum bergetar saat wanita itu sudah beristirahat di dalam kamarnya, setelah pulangnya Ardi dan juga bu Monica. Terlihat pesan di grup keluarga, yang berisi kakaknya yang pertama Niko dan juga kakak keduanya Rahma.

[Katanya ibu sakit. Aku sibuk, kalian aja yang pulang.] Tulis Niko di grup keluarga itu.

[Aku belum ada cuti mas, Hanum saja] Rahma juga langsung membalas chat dari kakaknya karena memang dia belum ada cuti.

Sementara itu Hanum yang melihat chat dari kedua kakaknya hanya menghela nafas panjang dan menghembuskannya lagi dengan perlahan.

[Aku juga belum diizinkan libur sama majikanku mas, mbak.] Akhirnya Hanum pun juga menulis chat untuk membalas kedua kakaknya.

[Kalau gitu kamu coba telpon lewat Bu Ira, Num. Kamu kan anak terakhir ibu!] Seperti tiada beban Niko menulis kalimat itu. Padahal mereka bertiga sama-sama anaknya Bu Yanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status