Share

BAB 4

Pagi-pagi sekali, Monica sudah bangun dan bersiap untuk jogging. Mumpung mereka memang ambil cuti, jadi bisa lebih lama tinggal di rumah Bu Rita Ibu mertuanya. Saat membuka mata, Monica masih melihat Ardi sang suami terlelap. 

Wanita cantik itu menatap pada sang suami dan mengelus pelan pucuk rambutnya. 'Terima kasih ya Mas sudah selalu ada untukku. Terima kasih juga untuk kesabarannya selama ini. Semoga Allah segera ijabah doa-doa kita dan mendapatkan titipan amanah Nya.'

Setelahnya Monica bangun dan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Suara orang beraktivitas di dapur rumah Ibu mertuanya mulai terdengar. Ardi yang baru membuka mata mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dan tak nampak sang istri. Namun dari kamar mandi terdengar suara gemericik air, yang berarti Monica ada di dalam.

Ardi mengucek matanya dan sesekali menguap, lalu menyandarkan punggungnya di sandaran head—board.

Ceklek...

Pintu kamar mandi terbuka dan nampak Monica keluar dengan rambut yang basah. "Pagi mas!" Sapa nya pada sang suami dengan menyunggingkan senyum manisnya.

"Pagi sayang."

Monica berjalan ke arah meja rias dan kemudian mendudukkan bokongnya di sana. Sementara itu Ardi menyingkap selimut dan turun dari ranjang. Terlihat dari pantulan cermin sang suami justru berjalan mendekatinya.

"Dek, kamu kalau habis mandi begini semakin seksi." Ucap pria tampan bermata hazel itu memeluk tubuh sang istri yang tengah duduk, dari belakang. Mencium rambut sang istri yang masih basah, dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Monica.

"Ayo cepetan mandi, aku mau jalan-jalan." Monica mendorong pelan tubuh sang suami agar segera mandi.

"Jalan kemana?"

"Jogging di taman mas, biar sehat."

"Oh kirain, kamu mau ajak aku kemana."

Ardi berbalik dan masuk ke dalam kamar. Selama ini Ardi selalu menunjukkan sikap romantis nya. Cinta dan kasih sayang pria itu pada Monica benar-benar diwujudkan dalam kenyataan. Bahkan pria itu sama sekali tak pernah menyakiti hati Monica. Dan justru terkadang masalah itu muncul dari ucapan sang Mama mertua, yaitu Bu Rita yang selalu merongrong dan juga bertanya tentang anak.

Namun sebagai menantu yang paham agama dan mengerti, Monica cukup sabar dalam menghadapi nya. Wanita cantik itu segera keluar dari kamar dan meninggalkan suaminya yang masih mandi di dalam. Ketika menuruni anak tangga, terlihat Hanum sudah mulai membersihkan lantai dan juga mengepel.

"Pagi Bu Monica."

"Pagi Hanum." Monica tersenyum dan berjalan menuju dapur lalu membuka kitchen kabinet, dan mengambil cangkir dari sana. Setelahnya Monica menyalakan kompor. Namun dengan cepat bibi Lastri langsung mendekati.

"Aduh mbak Monica, sini biar bibi buatkan teh nya."

"Nggak usah Bi, aku bisa buat sendiri."

"Sini bibi buatkan, kan sudah jadi kewajiban bibi untuk mengatur dapur di sini." Bibi Lastri dan Monica saling berebut cangkir.

Pyar..

Tiba-tiba cangkir yang menjadi rebutan dua orang itu, jatuh dan pecah menimbulkan suara nyaring membuat kaget seisi rumah di pagi hari itu. Nampak Hanum berjalan tergesa ke arah dapur dan meninggalkan sapu juga aktivitasnya mengepel.

"Ada apa bibi? Bu Monica?"

Dua orang itu menatap Hanum yang datang, di ikuti oleh Ardi dan juga Bu Rita yang baru bangun.

"Ya ampun ini ada apaan sih kalian, pagi-pagi sudah ribut di dapur?" Tanya Bu Rita pada Bibi Lastri dan juga Monica, menatap mereka secara bergantian.

"Maaf ma, ini tadi aku nggak sengaja mecahin cangkir. Aku ingin buat teh tapi karena tanganku licin akhirnya pecah," ucap Monica tak ingin mengatakan kalau sedang berebut cangkir dengan bibi Lastri.

Di dalam hati bibi Lastri benar-benar kagum dengan menantu Bu Rita itu, hatinya sungguh baik. Namun terkadang wanita baya itu merasa begitu kasihan dengan sikap bu Rita pada sang menantu yang bisa seenaknya sendiri.

"Masa iya kalian sudah ribut pagi-pagi begini?" Ucapnya lagi menatap pada semua yang ada di sana.

Monica kemudian tersenyum dan mendekati Ibu mertuanya. "Maaf ya mah, kalau buat Mama bangun dan terganggu istirahatnya." Ucap wanita berjilbab itu berkata lirih.

Sementara itu Ardi hanya diam saja menatap pada semua yang ada di dapur.

"Sekalian biar aku buatin Mas Ardi kopi," ucap Monica kemudian mengambil dua cangkir lagi di dalam kabinet. Sementara itu Bu Rita dengan bersungut-sungut berbalik dan masuk lagi ke dalam kamarnya.

Bibi Lastri langsung memerintah Hanum untuk meninggalkan pekerjaannya dan segera membersihkan pecahan cangkir.

"Hanum cepat kamu bersihkan sisa pecahan ini, daripada nanti karena kaki." Titanya pada Hanum.

"Baik bibi."

Pagi itu makanan sehat sudah terhidang di meja makan keluarga Bu Rita. Hanum dan juga bik Lastri terlihat sibuk menyiapkan dan menata aneka makanan juga piring-piring yang ada di sana. Tak lama setelahnya terdengar suara Bu Rita datang dan wanita itu sudah memakai baju bagus, seperti hendak pergi. Sementara itu terdengar suara orang ngobrol dari luar yang semakin dekat. Tak lama setelahnya terlihat Ardi juga Monica baru pulang jogging dan langsung duduk di meja makan.

"Kalian ini dari mana sih?" tanya Bu Rita menatap bergantian pada anak dan menantunya.

"Dari jalan-jalan mah di komplek, biar sehat ucap," sahut Monica menjawab dan kemudian duduk untuk mengambilkan air mineral suaminya.

"Halah ngapain jalan-jalan, jogging, sehat apaan? Nyatanya juga kamu nggak hamil hamil Mon!" 

Monica yang tengah menuang air ke dalam gelas langsung menghentikan aktivitasnya dan dadanya terasa nyeri, ketika lagi dan lagi Ibu mertuanya menyindir seperti itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status