Share

BAB 2

Hanum langsung berkaca—kaca ketika di bentak oleh Bu Rita sang majikan. 

"Maafkan saya nyonya." Ucapnya lirih meminta maaf.

Sementara itu bibi Lastri hanya diam menatap Hanum yang di omeli dan dimarahi Bu Rita. Tak ada keinginan untuk membela asisten baru itu.

"Ya sudah, untuk kali ini kamu aku maafkan!" Ucap Bu Rita lalu meninggalkan Hanum dan bibi Lastri di ruang setrika. Perasaan Hanum lega ketika Bu Rita berkenan memaafkannya dan tak memecatnya.

"Bibi, maafkan saya. Saya tadi memang benar-benar ingat kalau setrika itu sudah saya lepas, tapi kenapa malah setrikanya justru masih menyala."

"Makanya lain kali hati-hati!" Hardik asisten senior itu kemudian meninggalkan Hanum sendirian di sana. Tidak ada perasaan curiga apapun pada wanita paru baya itu. Hanum harus bisa menempatkan posisi, kalau dia memang baru di sana. Mungkin gadis itu memang lupa belum mematikan dan mencabut setrika saat akan meninggalkan nya.

***

Hari berganti dan bulan berlalu. Sudah tiga bulan Hanum bekerja di rumah Bu Rita, dan dia pun tak jadi pulang kampung. Pekerjaan yang dijalaninya bener-bener begitu menguras tenaga dan pikirannya. Namun gadis itu selalu bersyukur, untuk lulusan sekolah yang tak tinggi bisa diterima bekerja. Hanum selalu menyempatkan untuk mengirim uang dan juga menelpon Bu Yanti lewat tetangganya. Rencananya kalau tabungannya sudah terkumpul, Hanum akan membelikan ponsel ibunya.

"Nanti masak yang enak dan banyak, karna putraku Ardi dan Monica istrinya akan datang dari luar kota." Titah Bu Rita pada Lastri dan juga Hanum.

Ardi sendiri mempunyai usaha besar di luar kota dan juga bekerja sebagai direktur keuangan di perusahaan Jepang. Sedangkan Monica punya butik baju.

Keduanya pun mengangguk dan mencatat apa saja yang akan dibeli di pasar nanti, sesuai dengan keinginan Bu Rita sang majikan.

"Bibi, memangnya Tuan Ardi dan Bu Monica itu seperti apa orangnya?" Tanya Hanum pada bibi Lastri, ketika mereka berdua sudah mulai memasak dan berkutat di depan kompor. Karena selama tiga bulan bekerja di rumah Bu Rita, Hanum sama sekali belum bertemu dengan anak dan menantu dari majikannya itu.

Hanum mulai memotong sayuran, sedangkan bibi Lastri yang sedang membersihkan ikan juga daging untuk segera di presto.

"Ganteng dan mapan, istrinya juga sangat cantik dan sholihah, lemah lembut. Makanya pak Ardi itu sangat menyayangi Bu Monica Hapsari. Yang pasti beda lah sama kamu, Num." Terlihat sekali bibi Lastri begitu merendahkan dan menghina Hanum, menatap Hanum dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Tapi sayang sekali, mereka belum punya anak di usia pernikahan yang sudah menginjak 5 tahun. Padahal mereka berdua punya uang dan sudah periksa ke dokter spesialis di manapun. Bahkan juga keluar negeri. Namun hasilnya tetap saja, Bu Monica belum juga hamil." Bibi Lastri mulai bercerita.

"Sudah sudah kamu jangan banyak tanya, lebih baik kita bekerja biar cepat matang." Hanum mengangguk pelan dan cepat bekerja lagi.

Tepat pukul 7 malam, terdengar suara deru mobil dan klakson yang masuk ke halaman rumah Bu Rita.

Tin tin...

Bu Rita yang tahu itu adalah putra dan menantunya, langsung beranjak dari sofa tempat dia duduk di ruang tengah untuk menyambut keduanya.

"Assalamualaikum mah." Sapa Ardi mengucap salam lalu mencium dengan begitu takzim tangan sama mama.

"Waalaikumsalam nak, mama sudah sangat merindukanmu. Kamu apa kabar?" Ucap wanita baya itu.

Begitu juga Monica sang menantu yang mengekor di belakang sang suami, menatap pada ibu mertuanya dan mencium tangannya dengan begitu takzim dan sopan.

"Alhamdulillah sehat semua mah, mama juga apa kabarnya?"

"Mama sehat dan baik Ardi, seperti yang kamu lihat ini. Ayo ayo masuk semua! Mama dah masakin makanan kesukaan kamu Ardi." Ucap Bu Rita segera menggandeng tangan Putra sulungnya. Sedangkan anak kedua Bu Rita, perempuan dan sedang menempuh pendidikan kuliah di luar negeri.

Ardi dan juga Monica kemudian diajak duduk di meja makan. Bibi Lastri langsung melayani dan mengambilkan piring juga aneka makanan yang tadi sudah di masak.

"Num, cepat bawa sup dagingnya ke depan. Hati-hati kamu bawanya, karna panas." Titah bibi Lastri yang juga terlihat sibuk menata di dapur.

"Iya bibi." Hanum segera membawa mangkok besar berisi sup daging dengan bau yang begitu harum menggugah selera siapapun yang menciumnya. Dengan penuh hati-hati Hanum segera meletakkan mangkok sup itu di atas meja makan, mengangguk hormat dan senyum pada Monica dan juga Ardi yang masih fokus menatap ponselnya.

"Makasih ya," ucap Monica tersenyum membalas senyuman Hanum.

Hanum kemudian berbalik dan masuk lagi ke dapur. Sementara itu Monica menatap pada ibu mertuanya bu Rita.

"Mbak itu tadi siapa, mah?"

"Pembantu, Mon!" Ucap Bu Rita yang langsung mengambil piring dan nasi.

"Ardi sayang, kamu kok main ponsel saja. Ayo kita makan karena makanan sudah siap."

"Iya ma sebentar." Sahut Ardi tanpa menatap pada sang mama, karna sedari tadi masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Ambilkan nasi suamimu Mon!" Titah Bu Rita pada Monica yang mengangguk hormat.

Sementara itu di dapur Hanum membereskan bekas-bekas masak mereka. Sementara terlihat Bibi Lastri beristirahat karena kelelahan.

"Ternyata Bu Monica benar-benar cantik dan ramah ya Bi." Ucap Hanum pada bibi Lastri.

"Memang!" Jawab wanita baya itu dengan datar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status