Home / Romansa / DENDAM ANAK LELAKIKU / BAB 3 - IBU YANG TERSESAT

Share

BAB 3 - IBU YANG TERSESAT

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-03-24 11:26:12

Mayang menatap jengah anak sulungnya yang sedang menikmati sarapan. Ada yang aneh dengan penampilan anak gadis remajanya pagi itu.

 

"Kamu mau kemana sih pakai baju kedodoran kayak gitu, May?" Mayang akhirnya tak tahan lagi untuk mengomentari penampilan putrinya yang menutup rapat tubuhnya dengan gamis dan jilbab.

Gadis remaja yang kini telah duduk di bangku kelas 3 SMP itu pun sontak mendongak menatap sang ibu. 

 

"Mau ikut kajian minggu di sekolah. Lagi ada ustadzah yang lagi viral itu lho, Mah," jelasnya bersemangat. 

 

"Iya terserah deh, tapi kan nggak harus pake baju kayak gitu juga kali.. Ganti sana, yang kerenan dikit. Mama kan udah beliin banyak baju. Kenapa nggak dipakai?”

 

"Baju yang mama beliin itu kan modelnya minim semua. Masa’ ke kajian pakai baju kayak gitu, Mah. Malu ntar sama yang lain.” Putrinya terlihat cemberut, sementara Mayang sendiri langsung mencebik. Semakin besar anak itu memang jadi makin sering membantahnya.

 

"May berangkat dulu deh, Mah, Pah. Assalamu'alaikum ...." 

 

Tak ingin terus berdebat dengan sang ibu, Mayla pun bangkit usai menghabiskan makanan di piringnya. Diciumnya bergantian punggung tangan ayah dan ibunya dengan cepat.

 

"Eh, kamu mau berangkat bareng teman-temanmu lagi, May? Naik angkot? Biar papa antar aja ya daripada kamu telat nanti.” Romi bermaksud bangkit menyusul putri sulungnya, tapi dengan cepat, dia mencegah. 

 

"Nggak usah, Pah. Temen-temen udah nunggu di depan kompleks kok," tukasnya. Lalu, dia pun berlalu meninggalkan ruang makan. 

 

Diam-diam, Romi tersenyum bangga menatap kepergian putrinya. Mayla memang sedikit unik. Dia cenderung menyukai kesederhanaan, sangat berbeda sekali dengan ibunya yang glamour. 

 

"Anak kok susah banget diatur," gerutu Mayang saat Mayla tak terlihat lagi di ruangan itu. Dia kesal melihat suaminya sepertinya lebih mendukung anak gadisnya dibanding dia. Panjang sekali wanita itu menghela nafas. Seandainya saja Romi tahu yang sebenarnya tentang Mayla, akankah lelaki itu bisa tulus menyayanginya?. 

 

"Papah hari ini ada acara kemana?" Tak ingin dikacaukan oleh kenangan masa lalunya, Mayang segera mengalihkan pembicaraan.

 

Romi terlihat berpikir sejenak. Pria itu langsung punya firasat bahwa istrinya akan menyuruh mengantarnya belanja seperti biasa.

“Mau belanja lagi?” tembaknya.

 

"Iyaa dong. Iih … Papa nih pengertian deh. Kemarin tuh mama lihat tas bagus banget, Pah."

 

Romi mulai memutar bola mata. Dulu, dia paling suka melihat mata Mayang yang berbinar-binar saat diantarkannya belanja dan memilih barang apa saja yang diinginkannya. Dia merasa menjadi lelaki sejati saat sedang seperti itu. Mampu menuruti setiap kemauan wanitanya. Tapi bertahun kemudian saat dilihatnya kebiasaan Mayang tak pernah berubah, ditambah kebutuhan hidup mereka yang semakin banyak sedangkan penghasilannya tak bertambah secara signifikan, Romi mulai terganggu.

"Kenapa sih, Pa? Jangan pelit-pelit gitu sama istri sendiri!" Karena suaminya tak segera menjawab, Mayang sudah mulai akan memprotes.

 

"Kalau belanjanya bulan depan aja gimana, Mah? Soalnya papa hari ini tuh rencana mau kirim uang buat Rio. Beberapa hari lalu kan papa ketemuan sama dia. Dia cerita kalau lagi ngerjain skripsi. Pasti kan lagi butuh banyak biaya buat nyelesaiin kuliahnya," jelasnya. Ada harap di wajahnya bahwa istrinya akan sedikit mengerti, tapi Mayang malah terlihat mencelos mendengar itu.

 

Romi resmi menceraikan istri pertamanya tepat satu tahun setelah insiden pengusiran Raka. Sejujurnya Romi tak ingin melepaskan Rani. Dia ingin memiliki keduanya dalam waktu bersamaan karena dia merasa mampu menghidupi semua. Namun, Rani bersikeras meminta pisah. Akhirnya, Romi pun mengabulkan permintaannya dengan hanya memberikan rumah yang dia tinggali bersama Rio. Meski perdebatannya sungguh alot dengan Mayang waktu itu. Mayang tak ingin istri pertama Romi mendapatkan apapun. Itulah kenapa setelah perpisahan itu, Romi tak lagi bisa memberikan nafkah lahir pada Rani karena praktis semua uangnya dikuasai oleh Mayang. 

 

"Ck! Apaan sih Papa nih. Dia kan udah gede, ngapain masih Papa urusin? Lagian, ibu sama kakaknya ada kan? Ngapain aja kerja mereka?!" Mayang mulai mengumpat, tak terima suaminya masih memikirkan keluarga lamanya.

 

"Rio bilang Rani sudah nggak kerja lagi. Kan kasihan, Mah."

 

"Bodo amat! Itu kan urusan mereka."

 

"Tapi mereka anak-anakku juga, Mah. Ayolah, cuma sekali ini aja kok. Lagian, uang ini buat Rio, bukan buat Rani."

 

"Ahh terserah deh kalau memang itu mau Papa. Tapi aku ya yang akan serahkan uang itu sendiri sama mereka.”

 

"Loh, Maksud Mama?” Romi mengerutkan dahi, tak mengerti dengan ucapan istrinya.

 

"Uangnya jangan ditransfer. Mama sendiri yang akan serahkan uang itu pada mereka.”

“Kok gitu sih, Ma? Buat apa kayak gitu?”

“Ya biar mantan istrimu itu tau bahwa uangmu seharusnya buatku, bukan buat mereka," ujar wanita itu kesal.

Tak ingin lebih lama berdebat dengan istrinya, Romi pun mengalah. Dia bahkan membiarkan saja saat Mayang memeriksa amplop yang akan diserahkannya pada Rio beberapa saat sebelum mereka berangkat.

Mata Mayang membulat menatap amplop coklat yang baru saja diambilnya dari atas nakas. Wanita itu langsung menghentikan aktifitas make-up di depan cermin.

 

"Tebal amat sih. Berapa yang Papa kasih memangnya?” Raut mukanya penuh selidik.

 

“Cuma dua puluh juta kok, Mah," jawab Romi santai. 

 

"Apa?! Dua puluh juta kok cuma sih?. Nggak bisa, nggak bisa! Separuhnya aja nih. Separuh lagi mama simpan," ujarnya sambil mengeluarkan isinya, lalu menghitung dan menyingkirkannya sebagian untuk dirinya.

 

"Mah, cuma 20 juta lho itu, biaya kuliah sekarang kan mahal. Lagipula, papa udah lama banget nggak ngasih ke mereka."

 

"Pokoknya nggak bisa! Ini kebanyakan. Enak aja!” Mayang menggerutu kesal sembari memasukkan kembali separuh uang ke dalam amplop.

 

"Mah, jangan gitu lah. Papa udah siapin ini dari kemarin loh. Memang papa maunya ngasih segitu. Rio juga nggak minta kok."

 

"Kalau nggak minta ngapain Papa kasih? Kurang kerjaan amat!" 

 

Romi hanya bisa mendesis melihat ulah istrinya. Setelah bertahun-tahun hidup bersama, Romi baru merasakan perbedaan yang sangat jauh antara Mayang dengan Rani. 

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 80 - FINALLY, LOVE (ENDING)

    Suasana haru nampak dalam pesta pernikahan yang mewah itu saat pengantin wanita yang terlihat begitu muda dan cantik beberapa kali menitikkan air mata karena teringat akan kedua orang tuanya.Akhirnya, disinilah dia berlabuh. Di hati seorang pangeran yang kebahagiaannya bahkan telah direnggut oleh ibunya semasa masih hidup.Mayla sungguh bak putri dalam dongeng yang dipersunting pangeran tampan yang baik hati. Cintanya yang berakhir dengan kebahagiaan membuat iri banyak pasang mata yang kebetulan mengetahui jalan hidupnya.Pesta itu tidak begitu mewah karena hanya dihadiri oleh tamu-tamu undangan dari kalangan teman, sahabat, dan kerabat saja. Namun segala sesuatunya sangat mengesankan betapa sang pengantin pria sudah mempersiapkan pesta itu dengan hati.Tak jauh beda dengan Mayla, Ibu Rani pun nampak sangat haru dengan pernikahan putra pertamanya. Kekhawatirannya akan dendam sang anak pada ayah kandungnya ternyata tidak terbukti benar. Raka membuktikannya dengan akhir yang membahagiak

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 79 - LOVE YOU, KAKAK

    "Dia di mana, Bik?" Bik Sani langsung menyambut saat Raka tiba di halaman rumah. Raka berjalan tergesa menuju teras rumah."Di kamarnya, Pak. Dari semalam nggak mau ke luar kamar, nggak mau makan. Nangis terus," jelas Bik Sani, mengikuti langkah Raka menuju ke dalam."Siapkan makanannya, bawa ke kamar, Bik.""Baik, Pak."Sampai di depan kamar Mayla, Raka ragu untuk mengetuk. Hari itu sebenarnya dia belum punya rencana untuk menemuinya. Namun karena Bik Sani menelpon dengan panik dan mengabarkan bahwa Mayla yang tidak mau keluar kamar, akhirnya dia berubah pikiran.Tak ada sahutan dari dalam saat akhirnya Raka mengetuk kamar itu. Hingga dia pun memutuskan untuk membukanya paksa.Raka menghela nafas lega saat dilihatnya Mayla sedang tidur meringkuk di atas ranjang."May!" Raka mendekat dengan buru-buru, memegang kepala gadis yang terlihat terbaring lemah di atas ranjang itu. Badannya sedikit panas. Raka mulai panik."Bik! Bibi!" Teriakannya membuat Bik Sani langsung berlari tergopoh menu

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 78 - MARAH?

    Beberapa bulan setelah kejadian yang sangat mengesankan bagi Mayla itu, kakaknya tak pernah terlihat datang.Hari demi hari berlalu, setiap pagi Mayla selalu bersemangat saat ada suara mobil yang tiba-tiba seperti akan berhenti di depan rumah. Dia selalu berharap Raka yang datang untuk mengantarkannya ke sekolah seperti biasa.Dia juga selalu berharap kakaknya itu akan ada di luar gerbang memanggilnya dengan nada galak seperti biasanya. Tapi semuanya itu tak pernah terjadi. Dia pergi dan pulang dari sekolah dengan naik angkot seperti sebelumnya. Tak pernah lagi ada Raka yang tiba-tiba muncul mengagetkan dan membuatnya takut. Raka seperti menghilang di telan bumi.Beberapa kali ada notifikasi perbankan yang masuk ke ponsel Mayla. Sejumlah dana masuk ke rekeningnya disertai pesan; belanja bulan ini, gaji Bik Sani, uang sekolah, atau bersenang senanglah. Siapa lagi yang mengirimkan uang sebanyak itu selain Raka?Lalu beberapa kali terkadang ada pesan masuk ke aplikasi hijaunya."Sudah di

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 77 - SORRY, LOVE

    "Semalam mau tanya apa?" Tiba-tiba Raka bertanya di sela-sela sarapan.Bik Sani sudah menyiapkan dua piring nasi goreng spesial pagi itu untuk kedua momongannya."Eeehm, itu Kak ... " Mayla mendadak gagu. Keinginan kuatnya semalam untuk segera bertemu Raka dan menanyakan hal yang membuatnya penasaran mendadak hilang seketika melihat wajah yang menatapnya dengan tak berkedip dan mendominasi seperti biasa."Itu apa?" desak Raka. "Katanya penting, nggak bisa diomongin lewat telpon, katanya harus sekarang. Kenapa malah diam?" cecar Raka.Mayla menelan ludah susah payah. Dia heran karena selalu saja jadi seperti orang bodoh saat sedang berhadapan dengan Raka."Itu Kak ... kemarin May dijemput Ayah pas pulang sekolah.""Aku tau. Trus ngapain?""Kakak tau? Gimana kakak bisa tau?" Dahi Mayla berkerut."Apa sih memangnya yang nggak aku tau dari kamu?" ucap Raka bernada merendahkan. "Trus kenapa?" lanjutnya."Itu ... Ayah bilang sesuatu sama Mayla.""Bilang apa?" Raka beralih ke piring di depann

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 76 - FALLIN' IN LOVE

    "Mayla!" Firman langsung berteriak saat melihat Mayla muncul dari pintu gerbang sekolah."Ayah!" Mata Mayla berbinar melihat sang Ayah yang sedang berdiri di dekat mobil MPV keluaran tahun lama itu."Ayah kok di sini?" tanyanya saat berhasil sampai di dekat Firman."Kebetulan tadi Ayah lewat, jadi sekalian mampir. Kamu sudah makan? Temenin Ayah makan siang yuk?" ajak Firman. Mayla pun mengangguk senang.Selain teman-temannya di sekolah dan keluarga Ibu Rani, Mayla sangat jarang berinteraksi dengan orang lain. Kehadiran Ayah hari itu sepertinya membawa suasana lain dalam hatinya.Mayla masuk ke dalam mobil Firman tepat pada saat mobil Raka berhenti di depan sekolahnya.Melihat Mayla dijemput sang Ayah, Raka pun langsung melaju meninggalkan tempat itu.Dia yakin hari itu Mayla akan mengetahui kartu merahnya. Ayahnya pasti akan mengatakan padanya tentang lamaran itu..*****"Apa? Ayah pasti bercanda kan?" Mayla membelalakkan mata tidak percaya di sela-sela makan siang di sebuah Restoran P

  • DENDAM ANAK LELAKIKU   BAB 75 - INIKAH SAATNYA?

    Berbeda dengan saat di rumah, sikap Raka di ruko ternyata lebih cuek. Saat sampai di sana, dia langsung meminta salah seorang karyawan wanitanya untuk membantu Mayla mengenal pekerjaan barunya. Sementara dia sendiri sibuk di ruang kerja bersama Radit.Kikuk dan minder. Itu yang dirasakan Mayla di kantor itu. Menjadi yang paling muda dan paling tidak mengerti apa-apa. Mayla jadi tersadar jika hidupnya selama ini hanya disibukkan dengan ketidak-beruntungan."Setelah selesai, jangan lupa filenya disimpan ya. Buat nanti laporan mingguan ke Bang Raka," ucap karyawan wanita itu menyudahi penjelasan. Mayla hanya mengangguk, kurang yakin."Oke, kalau ada masalah nanti tanyain aja, nggak usah malu. Semuanya baik kok di sini," ujarnya lagi. Meski sudah diperlakukan ramah seperti itu, Mayla tetap saja merasa asing. Terlebih karena Raka juga tak memperlakukannya spesial di tempat itu.*****Jam sudah menunjuk pukul 5 sore saat sebagian besar karyawan sudah mulai meninggalkan ruangan. Hanya beberap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status