Pemuda yang baru sebulan menginjak usia dua puluh lima tahun itu serius menatap layar benda pipih berharga fantastis di depannya. Sudah lebih dari lima jam, sorot mata tajamnya seperti tak kenal lelah berkutat dengan benda favoritnya. Secangkir kopi tanpa gula yang setia menemani sejak pagi sudah tak menyisakan sedikitpun hangat, kalah telak dengan suhu ruangan yang disetelnya sangat dingin seperti biasa. "Bro, adikmu di bawah!" Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menyembulkan wajah Radit di sana. Pria yang tingginya hanya terpaut lima senti di bawahnya, tapi sudah dianggapnya seperti kakak kandung. "Suruh naik, Bang," ujarnya, dengan mata tak beranjak dari layar laptop. Rio muncul dengan jaket dan tas di punggung sesaat setelah Radit menghilang di balik pintu. Sapaan sang adik lah yang akhirnya membuatnya menutup benda pipih itu. "Habis dari kampus?" tanyanya basa basi. Rio mengangguk pelan, terlihat kelelahan. Melihat itu, Raka pun bangkit, berjalan menuju lemari pendingin di
ปรับปรุงล่าสุด : 2021-03-24 อ่านเพิ่มเติม