Share

Bab 12

Author: Kanza-Azzahra
last update Last Updated: 2025-10-31 18:57:40

Raras tampak cantik dengan gaun putih tanpa lengan, rambutnya di ikat dengan pita membuat gadis itu tampak menawan dalam visual yang sederhana.

Yuni ternganga melihat penampilan Raras, cantik? tentu saja tapi ini serius Raras pakai putih untuk ke pasar?

"Kenapa mbak?"

"Dek, kami serius pakai putih ke Pasar?"

Raras menggaruk tengkuknya, Ia tak membawa banyak baju jadi hanya ini yang tersisa.

"i... iya mbak"

Yuni menghela nafas pasrah.

"Ya udah deh, buruan ntar kita terlambat"

Yuni menarik lembut tangan Raras keluar dari rumah menuju mobil yang sudah menunggu di depan rumah majikan mereka.

Seorang pria muda berdiri didepan mobil, dengan senyum sok tampan apalagi setelah melihat keberadaan Raras

Supir muda itu, tak henti memperhatikan Raras sedikitpun

"Sok ganteng lo" celetuk Yuni

"Emang ganteng gue"

Raras hanya tersenyum melihat interaksi keduanya

"Senyum neng Raras cantik banget"

Raras tersenyum canggung, pria ini memang suka sekali menggodanya.

"B
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 13

    Pertemuan hari itu dengan Max adalah pertemuan terakhir bagi Raras karena seperti yang ia dengar pria itu ada perjalanan bisnis keluar negeri katanya satu minggu. Ini adalah weekend, tuan dan nyonya dua hari yang lalu pergi ke sebuah anak cabang perusahaan dk daerah kecil Indonesia. Rumah besar keluarga Yudhanegara terasa hening hari itu. Tak ada suara langkah Tuan Muda Maxime yang biasanya terdengar dari lantai dua, juga tak ada suara lembut Nyonya Nara memanggil Bik Jani dari ruang makan. Yang tersisa hanya dentingan sendok di dapur dan suara samar angin yang menyusup lewat jendela tinggi ruang tengah. Langit di luar terang, tapi suasana di dalam rumah justru terasa teduh, nyaris dingin. Aroma pengharum ruangan tercium wangi bercampur dengan debu halus yang berterbangan di antara cahaya matahari yang menembus tirai. Ruang tamu yang megah dengan sofa berwarna gading tampak rapi dan tak tersentuh, seperti museum kecil yang kehilangan penghuninya. Raras berjalan pelan melewa

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 12

    Raras tampak cantik dengan gaun putih tanpa lengan, rambutnya di ikat dengan pita membuat gadis itu tampak menawan dalam visual yang sederhana. Yuni ternganga melihat penampilan Raras, cantik? tentu saja tapi ini serius Raras pakai putih untuk ke pasar? "Kenapa mbak?" "Dek, kami serius pakai putih ke Pasar?" Raras menggaruk tengkuknya, Ia tak membawa banyak baju jadi hanya ini yang tersisa. "i... iya mbak" Yuni menghela nafas pasrah. "Ya udah deh, buruan ntar kita terlambat" Yuni menarik lembut tangan Raras keluar dari rumah menuju mobil yang sudah menunggu di depan rumah majikan mereka. Seorang pria muda berdiri didepan mobil, dengan senyum sok tampan apalagi setelah melihat keberadaan Raras Supir muda itu, tak henti memperhatikan Raras sedikitpun "Sok ganteng lo" celetuk Yuni "Emang ganteng gue" Raras hanya tersenyum melihat interaksi keduanya "Senyum neng Raras cantik banget" Raras tersenyum canggung, pria ini memang suka sekali menggodanya. "B

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 11

    Pagi itu kantor pusat Yudhanegara, perusahaan kosmetik ternama warisan keluarga, sudah sibuk sejak jam delapan. Lantai atas ruang Ceo yang ditempati Maxime sebagai pemimpin, tercium dengan lembut aroma parfum premium hasil produksi terbaru mereka. Dinding kaca transparan menampilkan pemandangan kota, sementara meja kerja besar dari marmer putih tertutup oleh tumpukan berkas, proposal, dan sampel produk. Maxime berjalan masuk dengan langkah tenang, jasnya rapi, ekspresi wajahnya kembali datar seperti biasa. Sekilas, tak ada yang tahu bahwa pikirannya sempat melayang pada seseorang di rumah tadi pagi. Begitu duduk, ia langsung membuka map laporan keuangan, matanya menyapu cepat angka-angka dan tanda tangan yang harus ia bubuhkan. “Agenda pagi ini, meeting dengan tim riset jam sembilan, lalu investor Jepang jam sebelas,” lapor Rangga yang berdiri di samping. “Baik. Siapkan semua laporan yang mereka minta.” “Sudah di meja, Tuan.” Tanpa basa-basi, Maxime mulai menandatangani be

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 10

    Raras membeku. Tangannya masih menggenggam ujung dasi yang belum sempat ia rapikan. Ucapannya barusan… apa dia nggak salah dengar? “Kamu... cantik.” Suara berat itu kembali terngiang di telinganya, membuat jantungnya serasa berhenti berdetak sesaat sebelum berdebar dua kali lipat lebih cepat. “Tu—Tuan bercanda, ya?” Raras mencoba tertawa kecil, kikuk. Ia menunduk, pura-pura sibuk meluruskan dasi yang dari tadi malah belum benar. Tapi tangannya gemetar hebat. Maxime tidak menjawab. Pria itu justru terus memandangi wajah Raras dari jarak yang terlalu dekat. Hanya sejengkal, hingga Raras bisa merasakan hembusan napas hangatnya di pipi. “Tidak semua orang berani menatapku seperti itu,” ujar Maxime pelan, nada suaranya datar tapi menekan, membuat udara di antara mereka seolah menegang. Raras menelan ludah. “Sa-saya tidak bermaksud menatap, Tuan... saya cuma—” “Sudah,” potong Maxime singkat. Ia mengambil jas dari kursi, memakainya tanpa mengalihkan pandangan dari Raras. “Pergi

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 9

    Pagi yang berbeda Di alami Raras di kediaman mewah tempat ia bekerja. Para pekerja bangun pagi sekali dan mengerjakan tugas mereka masing-masing. Raras sudah mandi ketika adzan subuh berkumandang kemudian melanjutkan untuk membantu para mbak dan bik jani yang sedang sibuk di dapur. "Raras, mending kamu bersihkan kamar Tuan muda, Siapkan air hangat, baju kerjanya dan bangunkan dia" Ujar Ratna Raras diam mendengarkan, Ia meringis dan sebenarnya enggan untuk bertemu pria itu karena masih malu dengan kejadian kemarin. Ingin rasanya dia menolak dan bertukar tugas dengan Yuni atau yang lain tapi Raras tak se pemberani itu untuk berani mengungkapkan isi pikirannya apalagi ia orang baru disini. "Eh malah bengong, sana pergi" Ratna menyenggol lengan Raras yang terlihat diam dan melamun. Raras tersentak kaget kemudian mengangguk pasrah. Ya ampun! kakinya berat banget rasanya. Ini kenapa kakinya seperti terbenam dalam lumpur hisap atau ada magnet yang membuat ia sulit berg

  • PEMBANTU CANTIK TUAN MAXIME   Bab 8

    Pagi di kampung itu terasa sendu meski mentari sudah menanjak tinggi. Embun masih menempel di ujung rumput, ayam berkokok dari kejauhan, dan suara gamelan bambu dari rumah tetangga terdengar samar di antara hembusan angin lembap. Di rumah sederhana milik keluarga Raras, udara pagi dipenuhi aroma kopi hitam dan suara isak tertahan. Ibu Raras duduk di kursi dalam rumahnya, masih dengan mata sembab dan wajah letih. Di pangkuannya tergenggam selendang biru milik Raras, selendang kesayangannya sejak kecil. Sudah dua hari Raras pergi, tapi rasanya seperti berbulan-bulan bagi sang ibu. Walau semalam anaknya sempat menelpon, kerinduan itu tak berkurang sedikit pun. “Katanya baik-baik saja, tapi Ibu masih kepikiran, kakak kamu…” ucapnya pelan, suaranya serak dan bergetar. “Kota itu besar, Nak. Ibu takut Raras bingung di sana.” Sang putra bungsu yang masih berseragam SMA, menatap ibunya dengan lembut. Ia baru saja meletakkan sepiring tempe goreng di meja. “Sudahlah, Bu. Mbak Raras sama B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status