Semua orang terkejut dan seketika menjadi hening. Langkah kaki Toni terhenti dan raut wajahnya yang begitu bahagia berubah menjadi pucat persis wajah orang utan yang tidak sedap dipandang.
“Ha-ha-ha!”
Tawa semua orang langsung pecah seketika setelah hening beberapa saat yang lalu. Toni semakin mengerutkan otot-otot di wajahnya yang membuat ekspresi wajahnya semakin ganas.
“Bagus, bagus sekali, Raskar! Aku akan menghabisimu sampai setengah mati!” Toni meraung dengan cepat mengalirkan Energi Sabit di sekujur tubuhnya.
Boom!
Arena seketika berguncang hebat. Debu bertebaran dan aura tekanan kuat terpancar dari seluruh tubuh Toni. Seluruh kekuatannya dikerahkan saat itu dengan satu tujuan, menghancurkan Raskar.
Jelas sekali, ini adalah tekanan aura yang terpancar dari tubuh seorang Pendekar Tingkat 2. Raskar semakin pucat melihat itu.
“Urgh! Lukaku terlalu parah untuk menahan tekanan Pendekar Tingkat 2,” batin Raskar mulai merasakan gejolak keputusasaan.
Sejak dua tahun menjadi murid Institut Teknologi Buyar, sudah tak terhitung berapa kali dia menghadapi situasi serupa yang perlahan mempengaruhi mentalnya.
Sesekali, dia merasa tak berdaya dan mudah putus asa tak seperti dirinya dahulu. Pukulan dan hinaan orang lain hanya bisa dia diamkan saja.
Tanpa kekuatan absolut, tidak ada yang akan peduli dengannya. Raskar mulai merasa takut dengan sekujur tubuhnya merinding.
“Kekuatanku sudah mencapai Pendekar Tingkat 2 Fase 5. Raskar, kamu pasti mampus kali ini!” batin Toni merasakan kekuatan dahsyat mulai muncul dalam tubuhnya.
“Raskar! Jika aku tidak menghabisimu sekarang, aku bukanlah seorang Toni Fanto!” teriak Toni meraung dengan keras mengguncang sekitarnya.
Boom!
Hentakan kakinya dengan kuat tertanam dan berdiri dengan kokoh menyangga tubuh kekarnya. Tatapan matanya sudah seperti pedang yang terhunus dengan gigih mengunci keberadaan Raskar.
“Jurus Pukulan Debu Sabit Fase 10!” teriak Toni memusatkan kekuatannya di seluruh lengan kanannya.
Getaran begitu hebat dengan vena-vena mencuat dan menyala begitu terang di sekujur lengan kanannya hingga tampak begitu mengintimidasi.
Energi Sabit yang sangat mengerikan terpancar di sekitar tangannya membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan terpana.
“Ha-ha-ha! Raskar! Ini adalah Jurus Khusus turun temurun Suku Fanto. Sebagai seorang Pendekar Tingkat 2, aku memang belum layak untuk melatihnya. Namun, masa bodoh dengan semua itu. Raskar, bersiaplah menjadi kelinci percobaanku!”
Toni meraung dengan ganas semakin memadatkan kekuatannya. Tekanan yang terpancar darinya bahkan membuat Raskar merinding dan tanpa sadar muntah seteguk darah.
“I–ini, jurus macam apa ini?” batin Raskar begitu terguncang melihat jurus yang baru saja digunakan oleh Toni.
Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Beberapa kali Toni menantangnya, pemuda itu tidak pernah menggunakan jurus mengerikan seperti itu.
“Hmm? B–bukankah itu jurus khusus Suku Fanto? Bagaimana Toni bisa melakukannya?”
“Dasar bodoh! Jelas-jelas dia dari Suku Fanto, apa yang aneh dengan itu?”
“Tidak mungkin! Dia hanya di Tingkat 2, bagaimana bisa menggunakan jurus itu yang khusus untuk Pendekar Tingkat 5 ke atas?”
“Hmph! Terserah! Aku hanya ingin melihat bocah terkutuk itu lenyap. Serang dia sekarang, Toni!”
Berbagai macam diskusi terdengar membahana seperti badai topan yang membuat ketegangan begitu meningkat hingga sulit dijelaskan.
Satu hal yang pasti, semua orang yakin kalau Raskar pasti akan menderita kekalahan yang lebih menyakitkan daripada biasanya.
“Hmm? Bocah ini memang terlalu nekat. Baru beberapa minggu di Tingkat 2 saja sudah mencoba jurus seperti itu. Hadeh, kayaknya saya harus siap campur tangan nanti!” gumam juri yang mengawasi pertarungan antara Raskar dan Toni.
Toni yang sudah dibalut dengan kesombongan serta amarah tak lagi peduli dengan perkataan orang lain.
Satu-satunya keinginannya adalah menghancurkan Raskar sampai lenyap dari hadapannya.
Ketika momen menegangkan itu semakin memuncak, Raskar tanpa sadar perlahan mundur karena tekanan mengerikan yang semakin sulit ditahannya.
“Tidak bagus! Jika aku menerima serangan jurusnya, aku pasti mati. Kalau tidak, kemungkinan besar sekarat dengan cedera berat!” batin Raskar tak bisa lagi berpura-pura kuat.
Melihat Raskar perlahan mundur selangkah demi selangkah, senyum sinis terlihat di wajahnya Toni.
“Mau lari? Tidak mungkin! Setelah jurusku selesai, kamu pasti akan mampus!” teriak Toni begitu ganas.
Meski dirinya berkata percaya diri seperti itu, sebenarnya tubuhnya benar-benar terasa semakin berat akibat menstimulasikan jurusnya itu.
“Urgh! Prosesnya selalu lama seperti ini!” batin Toni merasakan sensasi yang tidak nyaman di luar kendalinya.
Jurus yang seharusnya digunakan oleh Pendekar Tingkat 5 bukanlah masalah sepele tidak peduli seberapa jeniusnya Toni.
Tubuhnya akan menjadi kaku dan tak bisa bergerak sebelum jurusnya selesai. Ini adalah kelemahannya karena memaksakan menggunakan jurus di tingkat yang lebih tinggi daripada kekuatannya sendiri.
Raskar yang sudah terlanjur takut dengan tekanan mengerikan dari jurusnya Toni tidak lagi menyadari kelemahan itu. Belum lagi, luka-lukanya yang sudah cukup parah membuat Raskar hanya bisa mundur.
“Haruskah aku menyerah sekarang?” batin Raskar semakin penuh kehampaan tidak lagi ingin berjuang.
Harapannya sudah hilang sejak dua tahun yang lalu. Dia yang sekarang jelas bukan dirinya yang dahulu. Di sisi lain, raut wajah ganas Toni tiba-tiba berubah terkejut.
“Hah? Turun lagi! Padahal aku ingin mengeluarkan Fase 10. Mengapa hanya Fase 2 yang selalu keluar?” batin Toni tak tenang.
Sejak melatih jurus itu, Toni tidak pernah berhasil menyempurnakan bahkan di Fase 10 masih mustahil baginya.
Dari sini, tingkat kesulitan jurus tersebut memang tidak bisa dianggap remeh sedikit pun. Toni akhirnya tak lagi murung karena jurusnya sudah selesai terbentuk dan siap untuk dilepaskan saat itu juga.
“Sudahlah! Fase 2 dengan jurus ini sudah cukup untuk menghancurkan Raskar sekarang dan nanti!”
Toni dengan teguh dan percaya diri tersenyum penuh provokasi menatap ke arah Raskar yang terlihat mundur dengan kehati-hatian.
“Ha-ha-ha! Jurusku sudah siap. Raskar, terima jurusku ini!”
Boom!
Toni dengan gesit melancarkan serangannya. Kecepatannya ternyata tidak terlalu hebat sebab Energi Sabit dalam tubuhnya sudah terkuras habis untuk mempertahankan jurusnya.
Raskar yang memang sudah ragu-ragu mulai memperhatikan keanehan tersebut. Matanya yang lebam mulai kembali bersinar.
Meski masih tidak yakin, Raskar tetap tenang melihat sosok Toni yang semakin dekat dengannya dengan jurus mengerikan di tangan kanannya.
“Ada celah sedikit! Jelas sekali kalau jurus anehnya itu menguras Energi Sabit dalam tubuhnya. Kecepatannya menurun drastis hingga lebih lambat dariku. Aku masih bisa menang!” gumam Raskar dengan percaya dirinya kembali meningkat.
“Seharusnya, kalian saling bertarung terlebih dahulu sebelum menyadari kalau kekuatan kalian satu sama lain ternyata setara yang mana sudah jelas tidak pernah kalian lakukan sama sekali sebelum memutuskan beraliansi. Mungkinkah kalian bisa menerawang kemampuan sebenarnya satu sama lain? Mana mungkin bisa begitu, kan?!”“Ada juga orang berwajah jelek itu yang telah aku bantu berikan sentuhan berupa pukulan lemah lembut kepada wajahnya agar ke depan terlihat lebih jelek lagi. Dia seharusnya marah besar dan memang sudah terasa ingin menghancurkan diriku sebelum tiba-tiba tidak jadi karena dia melihat ke sisi kiriku secara singkat. Pastinya, dua orang tersebut terlihat diskusi melalui pesan telepati!”“Dengan demikian, sudah sangat jelas sekali hubungan kalian berlima tidak lain adalah rekan satu kelompok yang sedang berpura-pura seolah-olah saling tidak mengenal satu sama lain. Kalian berlima mungkin saja bisa menipu orang lain, tapi tidak dengan diriku!”“Oh iya…! Berdasarkan instingku
“Perasaan, seingatku memang tidak ada sama sekali peraturan omong kosong yang berbunyi dan mengikat seperti itu, bueh!” sahut Raskar dengan tegas memberikan jawaban yang sangat ambigu sambil mengejek dan tentunya membuat musuhnya semakin marah.“Orang-orang ini benar-benar kuat. Tidak salah lagi dengan hal ini. Bukan hanya kemampuan intelektualnya saja melainkan juga kehati-hatian serta respon mereka yang sigap dalam menghadapi setiap serangan yang diarahkan kepadanya.”“Pukulan dengan kekuatan penuhku tadi seharusnya sudah lebih dari cukup untuk memaksanya jatuh tersungkur dan pingsan seketika. Tidak disangka, dia dengan cepat mengalirkan seluruh Energi Sabit di dalam tubuhnya tepat di dagunya yang menjadi target pukulanku! Menarik sekali!”“Mereka seolah-olah seperti para veteran bertubuh mungil yang telah berpengalaman dalam segala macam pertarungan sengit sehingga reflek, kemampuan analisa, dan ketenangan mereka tidak bisa diremehkan!”Raskar membatin dengan perasaan kalau hasil p
“Aku pasti bisa! Saatnya menunggu dengan sabar terlebih dahulu!” batin Raskar tetap diam mengamati.Tak butuh waktu lama bagi kelima orang tidak tahu malu sama sekali tersebut dengan cepat melenyapkan satu persatu orang-orang yang ternyata juga mulai bermunculan untuk melakukan serangkaian serangan menyelinap.“Hiyah…!”“Lemah! Hmph…!”“Argh…! Uhuk-uhuk…!”Brak…!Dan begitulah seterusnya, tampak tidak ada satu pun yang berhasil dari sejumlah orang dengan sisa kekuatan mereka berusaha mengalahkan setidaknya satu orang saja dari ke lima orang tidak dikenal tersebut.Hal ini semakin memperkuat fakta yang sangat membuka mata lebar-lebar siapa pun yang melihatnya. Tidak peduli kepada para penguji yang sedang mengawasi, tiga orang tersisa dari kelompoknya Dirto Buras, dan tentunya Raskar sendiri.“Singkirkan semua pecundang ini! Tidak perlu lagi berlama membiarkan mereka terus sembuh akibat bantuan daripada Bola Abadi yang menyebalkan ini!” tegas salah satu orang tampak bosan dan tidak lagi
Dari luar, mereka seperti saling tidak mengenal sama sekali, tapi sebenarnya memiliki tujuan yang kurang lebih sama yaitu mencari suatu benda tertentu. Sesuatu yang tidak akan pernah diketahui siapa pun apalagi Raskar yang tengah bertahan untuk bersembunyi selama mungkin.Keberadaan benda yang tidak diketahui asal usulnya tersebut mendorong mereka untuk tiba di sana. Siapa dan dari mana mereka berasal masih belum jelas diketahui asal usulnya?! Hanya satu hal yang pasti yaitu keberadaan mereka yang lainnya telah ada di sana selama beberapa tahun belakangan.Segera menemukan objek yang disebut sebagai “Benda Hilang” adalah mutlak dan tidak boleh terjadi tawar menawar apalagi kegagalan. Beban berat tidak hanya dipikul oleh mereka berlima, tetapi juga masih banyak orang lainnya.Dengan demikian, sudah begitu jelas tak lagi bisa diragukan betapa pentingnya “Benda Hilang” bagi mereka untuk segera didapatkan sebelum diserahkan kepada atasan mereka. Kegagalan hanya berujung kepada kematian ya
“Hmph…! Bukankah sudah jelas kalau kelimanya hanya pecundang yang ketakutan sehingga harus bersembunyi sampai sejauh ini?”“Hush…! Jangan lupakan dua pengkhianat dari kelompok kita yang juga bersembunyi dengan baik! Mereka bukan pecundang, hanya saja lebih mengarah sangat licik sekali. Kemungkinan besar, lima orang ini tidak lemah sama sekali!”Ketiga orang yang berada di luar Bola Abadi tentunya sangat tidak menyangka bakal menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik tepat ketika ketiganya berpikir kalau semuanya sudah benar-benar berakhir dan tidak lagi terlalu berarti sama sekali.“Ehem…, sudahlah! Kalian mau bertarung atau tidak, hah? Kalau tidak, bukankah sebaiknya kita segera memutuskannya saat ini juga agar dapat istirahat sejenak terlebih dahulu?!”“Hmm…, meski aku tidak percaya kepada satu pun di antara kalian semua, tapi memang cara seperti ini yang mampu dilakukan menghadapi situasi kita berlima saat ini!”“Masuk akal…! Lagi pula, kalau kita berlima masih bisa muncul, besar k
Bak-buk-bak…! Bang…!“Argh…! Uhuk-uhuk…! Kurgh…!”Brak…!Orang tersebut tak lagi bisa memblokir serangan beruntun musuh dan akhirnya terpaksa menerima kenyataan sebelum menjerit dan jatuh tersungkur tanpa daya sama sekali.“Ha-ha-ha…! Sekarang, hanya tersisa kita berdua! Aku pasti akan men–, huh? Argh…! Uhuk-uhuk…!”Orang yang baru saja menyerang dengan percaya diri menjadi dipermalukan dengan serangan mendadak yang cepat dari pihak musuhnya. Jelas orang yang melakukan itu sudah menunggu momen musuhnya lengah.“Kurgh…! Si–sialan, aku akan membunuhmu…!” teriak orang tersebut tak senang dihajar sewaktu tak siap.“Banyak omong kau…! Aku yang pasti menang….! Hiyah…!”“Hmph…! Dasar dungu sekali yang tidak tahu kekuatan musuhnya! Hiyah…!”Dua orang tersisa berteriak dengan keras sekali. Sudah begitu jelas disertai dengan hempasan sisa terakhir Energi Sabit di dalam tubuh keduanya. Gejolak dahsyat kembali mengeluarkan getaran hebat.Whoosh….!Bang…!Keduanya langsung melesat dan saling baku