Share

BAB 5

Penulis: Faisalicious
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 03:16:32

BAB 5. Penaklukan Goa Hitam

Malam itu, udara malam itu terasa begitu pekat. Kelompok kecil yang dipimpin oleh Kenta telah berkumpul dalam radius 50 meter dari dekat mulut Gua Hitam, bersembunyi di balik formasi batu besar yang setengah terkikis waktu. Dari tempat mereka, cahaya bulan yang suram hanya cukup untuk menyoroti siluet besar goblin raksasa yang mondar-mandir di depan pintu masuk goa. Di belakang goblin, goa itu tampak seperti rahang raksasa, gelap, dan penuh rahasia mengerikan.

Kenta melirik peta tambang yang dipenuhi tanda posisi peledak, jalur mundur, dan rencana cadangan. Sekitar mereka, bebatuan dan pecahan pohon berserakan, seolah menjadi bukti pertempuran yang pernah terjadi di sini. “Kita tidak bisa membiarkan goblin itu keluar. Kalau dia menyerang desa, kita semua selesai,” katanya pelan namun tegas.

Di depan mereka, goblin raksasa itu berdiri, tubuhnya setinggi tiga meter dengan kulit bersisik seperti batu bara. Matanya kuning menyala, bergerak liar, mencari sesuatu yang mencurigakan. Tongkat besar di tangannya terbuat dari pohon yang telah dirampas dan diperkuat dengan logam hitam, diayunkan dengan gerakan malas, namun cukup untuk mengguncang tanah tiap kali menghantamnya.

“Semua sudah siap?” tanya Kenta, suaranya nyaris berbisik.

Liam mengangguk tegas, busurnya tergantung di punggung sementara beberapa anak panah tersusun rapi di tempatnya. Nenek Cio berdiri tidak jauh, menggenggam kantong kecil yang berisi bubuk pelemas hasil racikannya. Di samping mereka, beberapa penduduk desa yang mendaftar dalam sayembara memegang senjata seadanya tombak kayu, belati tumpul, juga beberapa rakitan peledak yang sudah mereka siapkan.

Tiba-tiba, suara dingin bergema di pikiran Kenta.

“Misi kelas Langka diaktifkan: Penaklukan Goblin Raksasa. Waspada! Tingkat bahaya: Tinggi.”

Kenta tertegun sejenak, membaca tampilan holografik di depannya. Dengan cepat, Kenta kembali fokus. “Kita bergerak sesuai rencana,” katanya. “Liam, formasi memanah dimulai dari sisi kanan. Nenek Cio, tebarkan bubuk pelemasnya. Kakek, kau dan aku akan menyerang dari depan. Kita akan menggunakan sihir api sebagai distraksi utama.”

“Dan aku?” tanya salah satu penduduk desa.

“Kalian melindungi jalur mundur. Ini tidak akan mudah,” jawab Kenta tegas. “Tapi kita harus melakukannya bersama.”

Ketika kelompok itu bergerak mendekati mulut goa, Nenek Cio mengambil alih langkah pertama.

“Nenek Cio, mulai bergerak sekarang,” bisik Kenta, menatap makhluk itu.

Nenek Cio, dengan tangan gemetar, melemparkan kantong berisi bubuk pelemas dari belakang batu. Angin malam menjadi sekutu mereka, membawa serbuk itu ke arah goblin. Awalnya, goblin hanya berdiri diam, mengendus udara. Tapi tiba-tiba, tubuhnya tersentak, dan langkahnya menjadi goyah. Suasana berubah mencekam.

“Peringatan sistem: Racun tidak efektif sepenuhnya pada target kelas Langka."

“Sial! Dia bereaksi, tapi sepertinya itu tidak cukup, dia terlalu besar.” gumam Kenta. “Racun ini tidak cukup.”

“Kita harus tetap menyerang,” jawab Kakek Ha.

Goblin berhenti sejenak, menoleh dengan gerakan lambat ke arah kelompok itu. Tiba-tiba, geramannya menggema seperti gemuruh badai. Mata kuningnya sekarang tertuju langsung ke arah Kenta dan timnya. Dengan satu langkah besar, tanah di bawah kakinya pecah, dan jarak 50 meter itu mulai menyusut.

“Dia bergerak! Liam, serang!” seru Kenta.

Liam mengangkat busurnya dan memanah dengan kecepatan luar biasa. Panah pertama menusuk bahu goblin, tetapi hanya meninggalkan luka kecil. Goblin bahkan tidak berhenti. Ia mengayunkan tongkatnya ke arah Liam, meskipun jaraknya masih cukup jauh. Tongkat itu menghantam tanah, menciptakan gelombang kejut yang membuat Liam terhuyung dan hampir terjatuh.

“Sekarang giliran kita!” teriak Kakek Ha.

Lingkaran sihir mulai bercahaya di bawah kakinya. Dalam sekejap, bola api besar melesat menuju goblin, meledak tepat di dada makhluk itu. Ledakan itu menggema hingga ke bukit sekitar, menerangi goa seperti siang hari sejenak. Goblin tersentak mundur beberapa langkah, tetapi kemudian, dengan raungan dahsyat, ia melompat ke depan, menghapus sisa jarak hingga hanya berjarak sekitar 20 meter dari tempat gerombolan Kenta berdiri.

“Semua, menyebar!” perintah Kenta. “Jangan biarkan dia fokus pada satu titik!”

Goblin mengayunkan tongkatnya, menghancurkan batu tempat Liam berlindung. Pecahan batu beterbangan, hampir mengenai wajahnya. Sementara itu, Nenek Cio mencoba mendekati goblin lebih jauh, melemparkan bubuk pelemas langsung ke tubuhnya. Makhluk itu tersentak lagi, tetapi efeknya terlalu lemah untuk menghentikannya.

Dengan langkah besar, goblin menubruk salah satu penduduk desa yang sedang memasang peledak. Tubuh penduduk itu terpental beberapa meter, menabrak pohon dengan bunyi yang mengerikan. “Dia tahu kita mencoba menjebaknya!” seru Kenta.

“Kenta, awas!” teriak Liam.

“Status pemain: Cedera sedang. Aktivasi darurat teknik penyembuhan ringan.”

Kenta melompat keluar dari persembunyian, menarik perhatian goblin. Dengan tangan yang memancarkan api, ia mengarahkan serangan bertubi-tubi ke makhluk itu, memaksa fokusnya menjauh dari penduduk desa yang tersisa. Goblin menyerbu ke arahnya, menghancurkan tanah di setiap langkahnya. Jarak antara mereka menyempit dengan cepat.

“Tahan dia di tempatnya!” teriak Kenta kepada Kakek Ha.

Kakek Ha memanggil semburan api yang menciptakan dinding panas di depan goblin. Makhluk itu berhenti sejenak, tetapi hanya untuk mengumpulkan tenaga. Ia menghantamkan tongkatnya ke tanah, menghilangkan sihir api itu dengan sekali ayunan.

Sementara itu, Liam, yang menemukan sudut yang aman, menembakkan panah tepat ke mata kanan goblin. Makhluk itu mengaum kesakitan, akhirnya melambat. “Sekarang! Pasang peledaknya!” seru Kenta.

Dengan keberanian yang luar biasa, para penduduk desa berlari melewati reruntuhan dan pecahan batu, memasang peledak terakhir di titik strategis. Goblin, yang kini setengah buta, mencoba menyerang mereka, tetapi tubuhnya mulai lemah.

“Kenta, peledaknya sudah siap!” seru salah satu penduduk desa.

“Jatuhkan dia di depan mulut goa!” balas Kenta dengan suara parau.

“Bawa dia ke jebakan!” teriak Nenek Cio.

Kenta menggunakan sisa kekuatan apinya, menciptakan ledakan kecil yang memaksa goblin mundur ke posisi jebakan. Kakek Ha kemudian melancarkan serangan api terakhirnya, menciptakan tekanan besar yang akhirnya menjatuhkan goblin ke tempat yang direncanakan.

“Bocah, energiku hampir habis! Cepat selesaikan!” teriak Kakek Ha, nafasnya mulai terdengar berat.

“Sekarang!” Kenta berteriak. Ia mengaktifkan sihir apinya, meluncurkan gelombang api untuk memaksa bubuk mesiu dalam kotak peledak disekitar goblin meledak secara instan.

Peledak meledak bersamaan, menghancurkan mulut goa dan menimbun goblin di bawah puing-puing. Debu tebal menyelimuti mereka, mengaburkan pandangan semua orang. Hanya suara batu runtuh yang terdengar, perlahan-lahan mereda.

Ketika debu mulai mereda, kelompok itu menyadari bahwa goblin telah dikalahkan. Mereka bersorak, tetapi perhatian mereka segera tertuju pada Kenta yang masih berdiri di depan, meskipun tubuhnya penuh luka.

“Kenta, kau terluka!” seru Liam.

Kenta tersenyum lemah. “Aku baik-baik saja. Yang penting kita berhasil.”

Para penduduk desa mendekat, wajah mereka yang awalnya dipenuhi ketakutan kini berubah menjadi kekaguman. Mereka melihat Kenta bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai pelindung yang bersedia mengorbankan dirinya demi orang lain.

“Misi selesai. Hadiah akan dikirim ke inventory.”

Namun, sebelum Kenta bisa merespons, sebuah notifikasi tambahan muncul:

“Peringatan sistem: Deteksi bug. Hadiah penyelesaian misi dihitung ulang,. Administrasi sistem akan memperbaiki kesalahan ini dalam 24 jam.”

“Bug?” pikir Kenta.

Bersambung…

Faisalicious

Dunia Kuno dalam cerita mengikuti hierarki kekuatan tertentu: Normal, Langka, Spesial, Top, Supreme, dan Legendaris. Tingkatan ini berlaku untuk senjata, kemampuan manusia, hingga benda-benda kuno.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   TAMAT

    Bab 140 – Sampai JumpaKenta menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Angin sepoi-sepoi bertiup melewati wajahnya, membawa ketenangan yang aneh. Dunia ini… dunia nyata… terasa begitu berbeda dari dunia sistem yang selama ini ia jalani.Ia sudah kembali. Segalanya sudah berakhir. Namun, entah kenapa hatinya masih terasa berat. Maya… Apakah ia benar-benar pergi? Apakah tidak ada cara lain untuk bertemu dengannya lagi? Kenta mengepalkan tangannya, lalu menghela napas panjang.“Kau terlihat seperti orang yang kehilangan sesuatu.”Sebuah suara yang familiar terdengar dari belakangnya. Kenta menoleh dan mendapati seseorang berdiri di sana, seseorang yang seharusnya tidak mungkin ada di dunia ini.Matanya melebar. “…Maya?”Maya berdiri di sana, mengenakan pakaian serba putih yang bercahaya samar di bawah sinar bulan. Wajahnya tetap seperti yang Kenta ingat, tenang, lembut, dan penuh teka-

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 139

    Bab 139 – Tamat: Menerima KenyataanKenta berdiri di depan sebuah gedung tua yang terlihat tak terawat.Alamat yang tertulis di surat membawanya ke sini. Bangunan ini berada di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya, hanya cahaya redup dari lampu jalan yang sesekali berkelap-kelip.Hatinya masih dipenuhi keraguan."Apa ini jebakan?" pikirnya.Namun, jika ini adalah satu-satunya petunjuk untuk menemukan Maya atau mendapatkan jawaban tentang apa yang terjadi, ia tidak bisa mundur sekarang.Ia menarik napas dalam, lalu mendorong pintu kayu besar di hadapannya.Saat Kenta melangkah masuk, suara derit kayu memenuhi ruangan.Bangunan ini tampaknya adalah sebuah gudang lama. Debu memenuhi lantai, dan beberapa rak besi di sudut tampak berkarat.Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah sosok seorang pria tua yang duduk di kursi kayu, tepat di tengah ruangan.Pria itu

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 138

    Bab 128 – Arch Akhir: Tanpa Maya, Kenta Hanya PecundangKenta duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong pada lantai kamarnya yang berantakan. Kertas-kertas catatan, botol minuman kosong, dan beberapa buku berserakan di sana. Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, tetapi ia tidak merasa hangat sedikit pun.Sudah sebulan sejak ia kembali ke dunia nyata. Sudah sebulan sejak ia melihat sosok Maya di gang sempit itu atau lebih tepatnya, sejak ia berhalusinasi melihatnya. Kenta menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat."Bangkitlah sekali lagi, Kenta."Kata-kata itu masih terngiang di benaknya. Tapi bagaimana caranya? Tanpa sistem, tanpa status, tanpa teknik bertarung, tanpa Maya… ia bukan siapa-siapa. Di dunia sistem, ia bisa mengalahkan lawan yang lebih kuat, menerobos batasan dirinya, dan berdiri sebagai pemain terkuat.Di dunia ini? Ia bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu karena riwayat medisnya. S

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 137

    Bab 137 – Arch Akhir: Kembali Sebagai Kenta si Pecundang di Dunia NyataBIP. BIP. BIP.Suara mesin monitor berdenting pelan di ruangan yang sunyi. Aroma antiseptik bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Kelopak mata Kenta bergerak sedikit, lalu perlahan membuka.Seketika cahaya putih menyilaukan matanya.Ia merasakan sesuatu yang berat di tubuhnya—seperti ada beban yang tak kasat mata menekannya. Sensasi itu terasa aneh, jauh berbeda dari medan perang yang selama ini ia jalani.Kenta mencoba menggerakkan jarinya.Lambat.Lemah.Seolah-olah tubuhnya adalah milik orang lain."Dimana aku…?" gumamnya dengan suara serak.Matanya perlahan menyesuaikan diri. Ia bisa melihat langit-langit putih, ventilasi udara yang mengeluarkan suara halus, dan… tabung infus yang terhubung ke tangannya.Ini rumah sakit.Aku… kembali?Hatinya berdebar. Ia b

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 136

    Bab 127 – Arch Akhir: Menempuh Jalan untuk KembaliLangit masih dipenuhi retakan dimensi yang berpendar dalam warna keemasan dan hitam. Sisa-sisa kekuatan yang bertarung di medan perang tadi kini mereda, menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Di tengah-tengahnya, Kenta berdiri dengan tatapan teguh, meski dalam hatinya masih ada goncangan yang tak bisa ia redam.Ia telah membuat keputusannya.Sekarang, ia hanya perlu mencari jalan untuk mewujudkannya.Maya berdiri di hadapannya, matanya yang tajam menelisik ekspresi Kenta. "Kau sudah memutuskan?"Kenta mengangguk. "Ya."Maya menghela napas, lalu melangkah mendekat. "Jika kau benar-benar ingin kembali… maka ada satu cara. Tapi aku tidak yakin kau akan menyukainya."Kenta menajamkan pandangannya. "Apa itu?"Maya terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Sistem yang telah memulihkan dirinya sepenuhnya kini memiliki fungsi otomatis untuk mengembalika

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 135

    Bab 134 – Arch Akhir: Lalu Bagaimana Caraku Kembali?Langit masih dipenuhi retakan-retakan dimensi. Pusaran energi kekacauan melayang di udara, menciptakan percikan cahaya yang terus menerus menyambar seperti petir abadi. Di tengah kehancuran yang melanda, Kenta berdiri terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka dan pakaiannya compang-camping.Di hadapannya, Maya menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mereka baru saja mengungkap kebenaran tentang sistem, tentang asal usul dunia ini, dan mengapa Kenta menjadi bagian dari semua ini.Namun, satu pertanyaan besar masih menggantung di benaknya."Lalu… bagaimana caraku kembali?"Suara Kenta terdengar serak, nyaris berbisik. Entah kenapa, setelah semua ini, pertanyaan itu baru benar-benar menghantamnya dengan kesadaran yang menyakitkan.Apa yang akan terjadi setelah semuanya berakhir?Maya menutup matanya sejenak sebelum menjawab."Itu bukan sesuatu yang mudah dijawab

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 134

    Bab 134 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 3) – Mengapa Kenta Terpilih sebagai Player?Celah besar yang terbuka di atas mereka memperlihatkan lapisan dimensi lain—cahaya keemasan yang berkilauan bersanding dengan pusaran kegelapan yang meliuk-liuk, seolah mencoba menelan satu sama lain.Kenta masih berdiri diam, mencoba mencerna semua yang baru saja terungkap.Maya adalah bagian dari sistem.Ia adalah keseimbangan, eksistensi yang tidak seharusnya ada.Dan kini, ada satu pertanyaan yang masih belum terjawab.Mengapa dirinya yang terpilih sebagai Player?Dari semua orang di dunia ini—dari sekian banyak individu yang memiliki potensi—mengapa ia, Kenta, yang harus menanggung beban ini?Maya menatapnya dengan tatapan lembut, seakan tahu apa yang sedang dipikirkannya."Kau akhirnya sampai pada pertanyaan itu, ya?" katanya pelan.Kenta mendongak, menatap Maya dengan

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 133

    Bab 133 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 2) – Siapa Maya?Langit retak.Sebuah celah menganga di atas mereka, mengungkapkan kilauan cahaya keemasan dan kegelapan pekat yang berputar seperti pusaran tak berujung.Kenta dan Maya berdiri di tengah kekosongan itu. Mereka baru saja kembali dari Gerbang Ingatan, tempat di mana mereka menyaksikan bagaimana dunia dan Wadah Sistem tercipta. Namun, masih ada pertanyaan besar yang belum terjawab.Siapa Maya sebenarnya?Kenta menoleh ke arah Maya, yang berdiri dalam diam, wajahnya sulit dibaca. Sejak awal perjalanannya, Maya selalu berada di sisinya, terkadang sebagai sekutu, terkadang sebagai musuh. Namun, dalam ingatan yang mereka lihat tadi, Maya sama sekali tidak muncul.Itu tidak masuk akal. Jika Maya adalah bagian dari Wadah Sistem, seharusnya ada petunjuk tentang keberadaannya dalam sejarah itu.“Maya…” Kenta akhirnya berbicara, suaranya terdengar

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 132

    Bab 132 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 1)Langit yang semula dipenuhi kilatan cahaya akibat pertarungan dahsyat mulai meredup, menyisakan langit kelam yang perlahan kembali tenang. Kenta berdiri di tengah reruntuhan, napasnya terengah-engah sementara tubuhnya dipenuhi luka. Maya, yang berdiri tak jauh darinya, juga dalam kondisi serupa.Keduanya selamat… untuk saat ini.Namun, perasaan ganjil menyelimuti udara. Seakan ada sesuatu yang belum berakhir.Kenta menatap ke langit, dan untuk sesaat, ia merasa seperti dunia ini berbicara padanya.“Warisan yang kau kejar… kini tinggal satu misteri terakhir.”Seketika, kesadaran Kenta terguncang. Suara itu—ia pernah mendengarnya sebelumnya, dalam mimpi-mimpi samar yang terus menghantuinya.Maya berjalan mendekat, matanya menyorot keprihatinan. “Kau merasakannya juga, bukan?”Kenta mengangg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status