LOGIN"Pa... Pa... Papa..." panggil Ella setelah sampai di rumah. Dia berjalan sembari memegang tangan Tian agar pria itu tidak kabur. Sementara Tian, matanya melihat ke segala penjuru rumah itu dan sadar bawa gadis yang sembarang dia seret bukan gadis biasa.
Juan keluar dari ruang kerja di ikuti oleh Cecil di belakangnya. Kedua orang tua itu mengerutkan kening melihat wajah Ella yang berseri sembari menarik satu orang pria yang sepertinya masih muda.
"Jangan batalkan pernikahannya, Ella akan menikah dengannya saja!"
"APA?"
"APA?"
Bastian dan Cecil berteriak bersamaan begitu mendengar ucapan Ella. Sementara Juan, dia menatap Bastian dari atas sampai ke bawah dan menemukan bahwa pria ini bukan orang biasa. Terlihat cerdas walau pun sedikit urakan.
"Hei, kenapa jadi menikah sih?" tanya Bastian hendak menarik tangannya tapi Ella mempererat genggamannya bahkan sampai menggunakan dua tangan. Giginya juga di rapatkan sebagai pertanda bahwa dia sudah mengerahkan semua tenaganya.
"Kamu bilang akan melakukan apa saja untuk membalasku. Gara-gara kamu sembarang seret aku ke keluarga kamu, calon suamiku melihat dan menuduhku selingkuh jadinya membatalkan pernikahan kami. Jadi kamu harus tanggung jawab," ujar Ella dengan suara menggeram dan membuat papanya mengangguk paham akan situasi yang mendadak ini.
Sambil tersenyum dia mengacungkan jempolnya pada Cecil yang masih melongo mendengar ucapan putrinya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Cecil mencerna sedikit kata-kata Ella, "Seret? Selingkuh? Tanggung jawab? permainan apa ini?" ujar Cecil pelan.
Ella mewarisi sifat papanya seratus persen. Kalem dan tidak neko-neko. Kenapa sekarang tiba-tiba menjadi preman dan memaksa seorang pria untuk menikah dengannya hanya karena gagal dengan tunangannya. "Apa dia sedepresi itu karena gagal kawin?" gumam Cecil masih belum paham.
Sementara Juan, dia berjalan santai ke arah pintu masuk dan berteriak memanggil salah satu satpam agar masuk ke rumah.
Selang beberapa detik, si satpam sudah berdiri tegak di hadapan Juan yang sudah bergabung kembali dengan putrinya dan lelaki asing itu.
"Tahan dia disini dan jangan sampai lolos."
"Siap, Tuan!"
"Ella, ikut Papa," ujarnya seraya berjalan menuju ruang kerja. Langkahnya berhenti, "Sian, apa yang kau lakukan?" tanyanya pada Cecil yang masih mengernyit menatap Bastian yang sudah duduk di sofa dan di jaga ketat oleh satpam mereka. "Kita meeting dadakan, come in!"
Ella meremas tangannya yang sudah terasa dingin karena keringat ketika mengikuti langkah papanya ke dalam ruangan yang sangat dingin itu.
Jika bisa jujur, dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa sampai senekat itu menyeret pria bernama Bastian ke rumahnya dan langsung mengatakan akan menikah dengan pria itu saja dari pada batal. "Astaga, apa aku terlihat seperti gadis-gadis yang kebelet kawin?"
*****
Juan melipat tangan mendengar cerita putrinya tentang apa yang terjadi di waktu lampau sehingga pria asing yang sedang di tahan di ruang tamu terlihat seperti orang yang memiliki hutang budi sangat besar pada Ella.
"Jadi gitu aja Pah. Tadi Ella lihat dia di taman dan langsung aja bawa kesini."
"Jadi," Perkataan Juan terpotong ketika dia menatap Istrinya -Cecil- yang hendak bicara juga, "Mama duluan?"
Cecil menghela napas berat dan menatap Ella dengan lekat, "Maksud kamu, dari pada nggak jadi nikah mending nikah dengan orang tak di kenal, begitu? Terus selanjutnya apa? Bikin kontrak pernikahan lalu cerai setelah masa kontrak habis?"
"El--E--Ella--"
"Kan,, kan,, jadi bego kamu kan?" potong Cecil sambil mengangkat tangannya dan menghempaskannya begitu saja. "Udahlah Pah, suruh aja laki-laki itu pulang. Ngapain pula nahan anak orang disini," lanjut Cecil. "Pernikahan itu sakral Ella, nggak bisa main-main kayak yang kamu rencakan ini. Sama aja kamu lagi mempermainkan Tuhan."
"Ma-ma-maaf Ma. Cecil hanya tidak mau keluarga kita malu pas tamu undangannya pada datang. Mau batalin sekarang pun kan nggak bisa lagi, udah nggak keburu."
Haaaah
Cecil menghela dengan keras sambil membuang muka ke arah jendela dan menatap lurus ke depan.
"Batalin aja, kita nggak bisa main-main dengan pernikahan, Kak. Lebih baik Mama Papa menanggung malu sebentar karena pernikahan kamu gagal dari pada menanggung rasa bersalah seumur hidup menikahkan kamu sama orang asing yang belum tentu akan menerima kamu."
"Maaah," buru Ella berpindah duduk ke samping mamanya. "Banyak pasangan yang tidak saling mengenal langsung menikah dan akhirnya hidup bahagia. Kenapa kita nggak yakini aja bahwa salah satu dari sekian pasangan itu adalah Ella."
"Kak.."
"Please Ma. Ijinkan Ella sekali ini berkorban untuk Mama dan Papa, untuk semua keluarga. Selama 27 tahun, Ella selalu mendapatkan apa yang Ella mau tanpa harus bersusah payah karena Mama dan Papa yang berkorban untuk Ella. Sekarang, Ella akan berkorban untuk kalian. Bisa ya Ma," bujuk Ella menatap lekat wajah sang mama. Tak lupa dia menyematkan senyuman tipis untuk memberitahukan bahwa dia baik-baik saja dengan pilihan yang dia ambil. "Hmmm?" bujuknya lagi ketika Cecil tidak kunjung menjawab.
Sementara Juan, dia mengamati usaha Ella. Dalam hati, dia setuju dengan Ella. Bukan tentang pengorbanan untuk tidak mempermalukan keluarga, tapi untuk pasangan bahagia yang awalnya tidak saling mengenal.
Seperti ada yang berbisik di telinganya bahwa Ella akan bahagia dengan pria asing yang ada di ruang tamu mereka.
"Mamaaaa," rengek Ella seraya mengalungkan tangannya di lengan sang mama. "Ayolah, sekali aja. Ella nggak apa-apa. Percaya sama Ella."
Cecil menoleh dengan mata tajam ke arah putrinya. "Ingat ya, kalau nanti kamu nyesal jangan salahkan mama sama papa. Tanggung sendiri. Kami lepas tangan," ujarnya dengan tegas dan langsung di angguki oleh Ella.
"Trust me. I can handle it."
"Kamu tahu apa yang kami alami dan berapa kerugian kami karena ulahmu?"Pria 60an tahun itu menatap lekat pada pria muda yang duduk di hadapannya.Pria muda itu menggeleng pelan."Siapa namamu?""Sebastian, Om."Juan mengangguk dengan bibir bawah mencebik."Sebastian!"Bastian mengangkat wajah begitu namanya di panggil dengan nada tegas. "Yang menyeretmu kesini adalah putriku. Namanya Ella. Dan dia seharusnya menikah besok tapi calon suaminya membatalkan pernikahan dengan alasan bahwa ada seseorang dari anggota keluarganya melihat dan mendengar seorang pria menggandeng dan mengakui putriku sebagai pacarnya di depan orang tuanya."Deg!Jantung Bastian langsung berdetak kuat sekali hentakan dan rasanya seperti berhenti berdetak setelah hentakan kuat itu.Bukankah itu yang pernah dia lakukan?"Kami tidak bisa membatalkan undangan yang tersebar karena waktunya sudah mepet. Karena itu, kamu harus bertanggungjawab! Kamu yang akan menggantikan pengantin pria yang membatalkan pernikahan."P
"Pa... Pa... Papa..." panggil Ella setelah sampai di rumah. Dia berjalan sembari memegang tangan Tian agar pria itu tidak kabur. Sementara Tian, matanya melihat ke segala penjuru rumah itu dan sadar bawa gadis yang sembarang dia seret bukan gadis biasa.Juan keluar dari ruang kerja di ikuti oleh Cecil di belakangnya. Kedua orang tua itu mengerutkan kening melihat wajah Ella yang berseri sembari menarik satu orang pria yang sepertinya masih muda."Jangan batalkan pernikahannya, Ella akan menikah dengannya saja!""APA?""APA?"Bastian dan Cecil berteriak bersamaan begitu mendengar ucapan Ella. Sementara Juan, dia menatap Bastian dari atas sampai ke bawah dan menemukan bahwa pria ini bukan orang biasa. Terlihat cerdas walau pun sedikit urakan."Hei, kenapa jadi menikah sih?" tanya Bastian hendak menarik tangannya tapi Ella mempererat genggamannya bahkan sampai menggunakan dua tangan. Giginya juga di rapatkan sebagai pertanda bahwa dia sudah mengerahkan semua tenaganya."Kamu bilang akan
Dari balik gorden jendela kamarnya, Ella memandangi pria berbaju hitam itu berjalan mundur kemudian berputar meninggalkan gerbang rumah mereka.Sejak hampir satu jam lalu pria itu berdiri disana dan memohon untuk di perbolehkan masuk tapi satpam tidak memperdulikannya karena sesuai aturan baru, Jere dan keluarganya di larang masuk.Jere mendongak dan bertemu tatap dengan Ella, pria itu mengatupkan tangan untuk meminta maaf lalu membuat kode memanggil dengan tangannya.Ella diam tanpa respon hingga pria itu benar-benar pergi dengan mobilnya."Aku menaruh harapanku padamu tapi kamu menghancurkannya dengan cara yang sangat mengerikan. Dimulai dari kemarin sampai selama-lamanya, kamu tidak akan pernah bisa mendekatiku lagi. Aku pastikan itu," gumam Ella seraya meraba dadanya yang masih bergetar.Sebegitu menyakitkannya perbuatan Jere, cinta yang sudah bertumbuh selama tiga tahun lebih tidak serta merta gugur begitu saja. Masih ada sisa-sisa rasa yang membuat dadanya masih berdegup kencang
Cecil berputar dan menatap Jansen dengan dingin. Tidak ada lagi aura pertemanan yang melingkupi mereka. Jika dulu setiap bertemu mereka akan bersenda gurau tanpa merasa tersakiti oleh setiap kata ejekan yang masing-masing mereka lontarkan, kini, hawa permusuhanlah yang bernaung di tengah-tengah mereka. Cecil tidak ingin bergurau justru ingin menggulat pria buncit itu."Itu urusanmu. Aku juga akan mengurus undanganku," jawabnya datar lalu melangkahkan kaki kembali."Kamu juga tidak bisa memaksakan kehendakmu pada Ella. Apa Ella setuju batal menikah?"Langkah Cecil berhenti dan dia berbalik menatap Jansen.Pandangannya remeh saat dia tersenyum dan mendesis pada pria berstatus anggota dewan itu."Aku ibunya, aku memilih keputusan yang terbaik buatnya. Sebelum aku memutuskan, aku juga sudah bertanya padanya. Sekalipun dia tidak mau membatalkan pernikahan ini seperti dugaan anakmu untuk menjaga kehormatan kami sekeluarga, aku tetap akan membatalkannya. Karena bagiku, kehormatan dan kebaha
Dengan tatapan tajam yang serasa bisa menguliti habis yang di tatapnya, Cecil duduk menghadap seorang wanita muda yang baru saja di bawa masuk oleh anggota Xander. Menurut info dari Xander, dia adalah wanita yang bersama Jere tadi di kantor.Cecil melihatnya dari atas hingga ke bawah berulang kali dan menilai perempuan muda itu dengan sudut bibir terangkat."Siapa namamu?""Windy Tante," jawab wanita itu sembari mencicit nyaris tidak terdengar."Sudah berapa lama?" tanya Cecil lagi dan pertanyaan itu membuat si wanita -Windy- mendongak dan bisa melihat dengan jelas wajah menawan wanita paruh baya di hadapannya. Tidak terlihat jelas guratan di wajahnya sehingga tidak terlihat bahwa dia seorang ibu yang sudah siap menikahkan anaknya."Sek--"Cecil mengangkat tangannya untuk menghentikan. Sejenak dia menatap Jere yang menatap tajam Windy begitu juga dengan Jansen dan Sumarni."Biiii!" teriak Cecil, "tolong panggilkan Ella di kamarnya," lanjutnya.Menurutnya, Ella perlu mendengar pengakua
Bunyi klakson yang terus menerus membuat pengendara lain mengumpati Jere yang tampak terburu-buru padahal jelas-jelas jalanan memang sangat padat. Pria itu tidak peduli dengan umpatan atau teriakan yang di tujukan padanya karena yang paling penting sekarang adalah segera tiba di rumah keluarga Ella."Kenapa jadi kacau begini, sih?"Dia masih tidak percaya Ella membatalkan pernikahan. Jika berita ini sudah sampai pada pada orang tuanya berarti Ella juga sudah menyampaikan kepada orang tuanya."Masa sih dia tega?" ujar Jere masih tidak percaya.Lolos dari kemacetan, dia menggila saat jalanan mulai sepi. Dan tidak lama dia segera tiba di depan rumah megah dan kokoh berwarna sage putih.Dia di persilahkan masuk oleh satpam dan langsung di bawa ke ruangan dimana ada kedua orang tua Ella dan satu pria penuh tato di lengannya.Cecil berdiri dan langsung tepuk tangan menyambut kedatangan mantan calon menantunya itu, "Bagus sekali Jere. Baguuuusss!" ujarnya dengan seringaian yang belum pernah







