Fang Jianheeng tak menyangka sang ayah akan pergi membawa uang tabungannya dan meninggalkan setumpuk hutang untuk dirinya. Rumah tempatnya berlindung disita, bahkan ia terus dikejar para penagih hutang. Tak punya pilihan, Fang Jianheeng pun melarikan diri masuk ke dalam hutan gunung keabadian, tempat dimana banyak siluman dan monster berada. Hanya saja, Fang Jianheeng justru menemukan sebuah kristal hitam yang di dalamnya ada sesosok bayi!! "Bayi Raja Saetan, kau aku segel ke dalam kristal hitam ini. Hanya ketulusan yang mampu melepaskanmu dari segel kristal hitam dan hanya hati yang murni mencintaimu yang akan melepaskanmu dari belenggu tubuh bayi itu." Itulah kata-kata yang Fang Jianheeng dengar ketika menyentuh kristal hitam. Sebenarnya ada apa ini?
Lihat lebih banyak"Fang Wei, keluar kau!! Bayar hutangmu!!"
Deg!
Itu adalah suara paman Bao, preman yang menjaga klub malam di pasar.
Fang Jianheeng sontak keluar dari rumah-- menatap Bao dan beberapa anak buahnya dengan perasaan takut. Namun jika tidak dihadapi maka pintu rumah yang sudah reot itu sepertinya akan roboh jika terus digedor secara kasar seperti itu. "Paman, ada apa?" tanya Fang Jianheeng pelan. "Jianheeng, dimana ayahmu? Dia sudah membuat onar tadi malam!! Dia meminum banyak alkohol, dia berutang untuk judi, dan semua belum dibayar!!" kata Bao dengan kasar, ia bahkan berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk Fang Jianheeng. "Ayah masih belum sadar dari mabuknya, bisakah paman pulang dulu? Nanti ketika ayah sadar maka aku akan memberitahunya perihal hal ini," kata Fang Jianheeng lagi. Ia masih memegang kain lap di tangannya, sehingga ia bisa meremas kain itu untuk menghilangkan perasaan gugup. "Aku bukan orang bodoh Jianheeng, jika ayahmu tau kami datang menagih hutang, maka ia pasti akan kabur lagi!!" kata Bao marah, ia bahkan ingin memukul wajah Fang Jianheeng kalau saja tidak mengingat soal moral memukul anak gadis. "Cuih!" Bao bahkan meludah untuk menghilangkan rasa kesalnya itu. "Bangunkan ayahmu, kali ini ia harus melunasi hutangnya!!" katanya. "Tapi paman, kami tidak punya uang," jawab Fang Jianheeng dengan pelan dan hampir tidak terdengar. "Kau bicara apa?! Katakan dengan jelas anak bod*h!!" kata Fang Jianheeng dengan cara membentak. Fang Jianheeng semakin gugup. "Baiklah paman, aku akan membangunkan ayahku!!" kata Fang Jianheeng, ia dengan ragu masuk ke dalam rumah, menggerakkan Fang Wei yang masih tertidur pulas. "Ayah!! Bangunlah, ada paman Bao diluar, ia membawa beberapa orang untuk menagih hutangmu!!" kata Fang Jianheeng dengan suara pelan namun terdengar marah. Fang Jianheeng menggoncang tubuh ayahnya dengan keras, dan akhirnya membuahkan hasil. Fang Wei terbangun dan mengernyit begitu silau mengenai matanya. "Jam berapa ini? Apa kau tidak pergi ke sekolah?" tanya Fang Wei. "Ayah, ada paman Bao di luar rumah bersama beberapa orang untuk menagih hutang!!" kata Fang Jianheeng mengulang perkataannya. Fang Wei terduduk, ia kemudian menatap Fang Jianheeng dengan tatapan takut, namun mau tak mau ia harus menghadapi preman-preman klub malam itu. Atau mereka pasti akan melakukan sesuatu yang pastinya akan merugikannya. "Baiklah, serahkan urusan ini kepada ayah, dan kau bersiap untuk berangkat ke sekolah!!" kata Fang Wei dengan senyum yang dipaksakan. "Benarkah, apa ayah punya uang untuk membayar mereka?" tanya Fang Jianheeng lagi. "Ayah punya uang jadi kau pergilah lebih dulu agar tidak terkena masalah!!"Fang Wei tampak meyakinkan.
Fang Jianheeng akhirnya mengangguk, ia percaya kali ini kepada ayahnya, ia tak melihat kebohongan dimata ayahnya. Sehingga Fang Jianheeng memutuskan untuk pergi ke sekolah. "Paman Bao, aku pergi ke sekolah dulu!!" pamit Fang Jianheeng ketika ia akan melewati Bao yang sedang berhadapan dengan Fang Wei. Fang Wei hanya bisa tersenyum dan mengibaskan tangannya, meminta Fang Jianheeng untuk segera pergi. Fang Jianheeng menunduk hormat dan mengendarai sepeda tuanya yang masih berguna. Sesampainya di sekolah, Fang Jianheeng langsung pergi ke toilet untuk mencuci muka dan menggosok gigi, mereka tak punya air dirumah sehingga Fang Jianheeng harus membersihkan dirinya di sekolah.Seragam juga hanya punya 2 pasang, jika hari ini ia memakai seragam yang satunya, maka hari ini ia akan mencuci seragam lainnya dan menggantungnya di sekolah pula, besok ia akan mengganti seragamnya dengan yang telah bersih. Begitulah kehidupan miskin yang Fang Jianheeng jalani.
"Astaga, aku mencium bau!!" Mei Lan masuk ke dalam toilet bersama kedua temannya. Fung Jiao dan Jing Jili. Fang Jianheeng tau, mereka menyindirnya, tiga gadis dengan gelar bunga sekolah itu selalu membullynya, mengatakan hal-hal yang selalu menyakiti hatinya. Namun Fang Jianheeng tak punya kuasa melawan, hanya menambah energi baru melawan genk bunga sekolah yang memiliki kehidupan berbeda dengan Fang Jianheeng, sehingga Fang Jianheeng selalu memutuskan untuk berdiam diri dan menutup telinganya. "Benar bau apa ini!! Benar-benar menjijikkan!!" sahut Fung Jiao sembari menutup hidupnya. "Ah!! Aku tau bau ini!!" kata Jing Jili. Ketiga gadis itu saling bertatapan seolah memberi kode untuk bersama-sama mengatakan apa yang sebenarnya ingin mereka katakan, "BAU KEMISKINAN!!" teriak ketiganya. "Hahahaha!!" Bahkan tawa mereka terdengar sangat nyaring, hingga semua orang yang melewati toilet wanita di sekolah, pasti mendengar suara mengejek itu. Fang Jianheeng langsung mengemas barangnya, dan bergegas keluar dari toilet wanita. Sudah ada beberapa orang di luar toilet, menatapnya dengan tatapan menghina, Fang Jianheeng hanya bisa menundukkan kepala dan pergi menjauh dari smeua tatapan itu. "Kucel sekali dia, mengganggu pemandangan saja!!" "Aku rasa dia sangat tidak pantas ada di sekolah kita!!" "Kudengar dia masuk jalur beasiswa karena miskin!!" "Wah benarkah, jadi uang kita sebagian untuk membiayai anak miskin itu!! Aku tidak rela!!' Suara gunjingan selalu mengiringi hari-hari Fang Jianheeng, ia pun tidak ingin hidup miskin seperti ini, terkadang Fang Jianheeng ingin marah kepada takdirnya, tapi ia ingat pada seseorang yang pernah berkata kepadanya. ["Hidup itu harus penuh rasa syukur, jika kau bersyukur maka Yang Maha Kuasa akan menambah nikmatnya kepadamu."] Jadi Fang Jianheeng mengusap air matanya dalam diam, ia tak ingin menjadi orang yang tak beryukur, lagipula kehidupannya tidak semenderita itu, ia masih bisa sekolah, masih punya tempat untuk pulang, meski hanya sekali sehari, namun ia masih bisa makan. "Semangat Jianheeng!!" kata Fang Jianheeng kepada dirinya sendiri.Dilewatinya waktu sekolah dan bekerjanya dengan baik.
Fang Jianheeng bahkan baru pulang saat Bibi Da Huanran, bos tempat Fang Jianheeng bekerja, mengingatkannya.
"Jianheeng, pulanglah!! Hari sudah beranjak malam, dan ini makanan untukmu..."
Sang bos pun memberikan sebungkus nasi beserta lauknya dan uang 10 tembaga.
"Bibi, ini sangat banyak!!" kata Fang Jianheeng tidak nyaman, baginya diberi makanan saja sudah bersyukur. Terlebih Bibi Huanran selalu memberinya bekal untuk dimakan di rumah.
"Kau harus membeli buku dan yang lainnya, jangan sampai kau tidak menyelesaikan sekolah, miskin boleh, bodoh jangan!!" kata bibi Huanran lagi, ia selalu menjadi tempat Fang Jianheeng mendapatkan nasehat.
"Terima kasih bibi, aku akan selalu mengingat nasehatmu!!" kata Fang Jianheeng dengan air mata yang tertahan, bahkan orang lain saja memikirkan masa depannya, ayahnya malah tidak terlalu perduli, kerjanya hanya mabuk-mabukan, berjudi dan menumpuk hutang.
"Cepatlah pulang!!" kata bibi Huanran sembari mengibaskan tangannya.
Fang Jianheeng mengangguk, ia mengayuh sepeda tuanya untuk kembali kerumah, hari ini Fang Jianheeng sangat senang, uang yang bibi Huanran berikan selalu ia tabung untuk bisa pergi dari kehidupan ayahnya. Jika diibaratkan uang tembaganya sudah senilai 10 logam emas, perlu waktu lama bagi Fang Jianheeng untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Ia bersabar dan sebentar lagi uangnya akan terkumpul banyak setidaknya hingga ia lulus sekolah.
"Ayah, aku pulang!!" teriak Fang Jianheeng, namun keadaan rumah dalam keadaan gelap. Memang mereka tidak memiliki lampu listrik seperti rumah lainnya, rumah Fang Jianheeng hanya diterangi lilin.
Namun keadaan ini membuat Fang Jianheeng merasa gelisah dengan firasat yang tidak baik menghampirinya.
"Ayah!!" panggil Fang Jianheeng lagi, bahkan suara dengkuran keras Fang Wei tidak terdengar sama sekali.
"Kreett...!!" Fang Jianheeng masuk ke dalam rumah dan mendapatkan rumahnya berantakan, seperti diobrak-abrik orang banyak.
Deg!
"Apa ada maling?"
Sudah beberapa hari ini secara diam-diam Siblis mengurus Fang Jianheeng yang berada di ruang tahanan yang gelap dan kotor. Meski ingin menyelamatkan Fang Jianheeng, Siblis juga tak berani melawan perintah Rajanya. Tak ada yang tau seperti apa perasaan Raja Saetan saat ini, yang pasti semenjak ia menempatkan pelayan bisu itu di dalam tahanan, semenjak itu pula hatinya dilanda kegelisahan. Raja Saetan tidak mengerti, apa perasaannya kepada Fang Jianheeng luntur begitu sampai di alam Jien, mengapa ia tidak merasakan perasaan saat bersama di alam Manusia? Bahkan ia kini lebih memperhatikan pelayan bisu ketimbang Fang Jianheeng yang sedang bersamanya. "Yang Mulia, ada apa? Mengapa kamu memasang wajah muram?" tanya Ratu Nadita, ia tersenyum dengan manis memakai wajah Fang Jianheeng. Raja Saetan terhanyut dalam senyum itu, namun hatinya tetap merasa gelisah. Tak ingin membuat Fang Jianheeng yang kini berada di hadapannya merasa sedih Raja Saetan hanya bisa beralasan. "Aku hanya
Fang Jianheeng duduk di pembaringannya, masih teringat dengan kata-kata Siblis saat menemuinya tadi, bukan hanya memikirkan Raja Saetan, Fang Jianheeng juga memikirkan bagaimana nasibnya kini. Kini ia berada di alam Jien, bagaimana dengan sekolahnya. Tapi Fang Jianheeng yakin Siblis sudah mengatur hal baik untuknya di sana. Ia jadi merindukan banyak hal, ia merindukan rumahnya, merindukan Sisu maupun Bibo, juga teman-teman barunya. Namun yang paling Fang Jianheeng rindukan adalah tatapan lembut Raja Saetan kepadanya. Kini Fang Jianheeng hanya mendapati tatapan tajam dan menyeramkan dari Raja Saetan, membuat Fang Jianheeng teringat seperti apa pertemuan pertama mereka. "Haaah..." Fang Jianheeng hanya bisa menghembuskan napas yang berat, ia ingin keluar dari alam Jien, namun ia juga tidak tau bagaimana caranya. Berada di sini dan melihat Ratu Nadita bermesraan bersama Raja Saetan menggunakan tubuhnya membuat Fang Jianheeng merasa sedih. Terkadang bahkan ia harus menangis secara
Saat ini Fang Jianheeng menjalani hidupnya sebagai pelayan tubuhnya sendiri yang saat ini dikuasai oleh Ratu Nadita.Terkadang ia berjumpa dengan Raja Saetan yang mengunjungi tubuhnya, membuat Fang Jianheeng bersedih. (Mengapa Raja Sae tidak mengenali ku?) "Hei, mengapa kamu berani menatapku seperti itu? Apa kamu tidak diajari aturan istana, pelayan sepertimu dilarang mengangkat wajahmu itu!" kata Raja Saetan ketika Fang Jianheeng kepergok menatapnya. Fang Jianheeng hanya bisa menunduk sedih, ia belum bisa menemukan cara berkomunikasi dengan Raja Saetan saat ini, hanya saja Siblis yang saat ini berada di sekitar Raja Saetan tak bisa membantu Fang Jianheeng. Ratu Nadita mengancam, jika Siblis membongkar rencananya. Maka ia akan langsung membunuh tubuh Fang Jianheeng. "Aku merasa aneh dengan pelayan itu!" kata Raja Saetan sesampainya di ruangannya sendiri. Siblis hanya menjadi pendengar saat ini sebelum Raja Saetan kembali melanjutkan kata-katanya. "Dia menatapku, membuatku serba
Fang Jianheeng terbangun di sebuah kamar, ia menatap sekitarnya, ada pelayan wanita yang melayaninya dengan baik. Namun hal aneh terjadi kepadanya. Fang Jianheeng tidak bisa mengeluarkan suaranya. (Dimana aku?) Fang Jianheeng bertanya-tanya, terakhir kali ia ingat kalau seorang Ratu yang merasuki Nukud Larasati membuatnya tidak sadarkan diri. Entah apa yang telah ia lakukan kepada Fang Jianheeng, bahkan Fang Jianheeng tidak bisa bicara kali ini. Ia menggerakkan bibirnya namun suara tetap tidak keluar. Melihat Fang Jianheeng bangun, pelayan itu mendekat. Pelayan wanita itu memberikan Fang Jianheeng baju seragam yang sama dengan yang ia kenakan dan tersenyum. "Yang Mulia Ratu Nadita memintaku untuk memakai kanmu baju ini, ia ingin kamu melihat sendiri ketulusan yang kamu maksud," kata pelayan wanita itu, namanya Arin, salah satu Jien yang kini menyerupai manusia. Fang Jianheeng menurut dan mengangguk, ia tak bisa menyahut namun ia tau kalau kini ia berada di alam Jien. Fang
Siblis menerima buku catatan kuno itu, terdapat informasi lengkap mengenai penyegelan Raja Saetan saat di gunung yang berada tidak jauh dari hutan larangan. Di buku itu tertulis jika kutukan terjadi dari 2 pihak, pihak penyegel dan penjaga gunung kristal hitam. Ular kepala 3 mengutuk Wang Bingwen dan keturunannya. Siblis terlihat murka, karena segel kutukan dari leluhur siluman ular, membuat salah satu dari yang dikutuk harus mengorbankan nyawanya. "Nona, pulanglah... Raja Saetan berada dalam bahaya!" kata Siblis lagi. Baru saja ia mendapatkan laporan dari Jinfriet, kalau Raja Saetan berubah menjadi bayi dan dalam keadaan lemah. Mendengar itu jelas Fang Jianheeng luruh ke lantai, tak menduga apa yang ia lakukan akan membuat Raja Saetan melemah. "Siblis, Nona Jian tidak akan kemana-mana." Larasati datang membawa beberapa murid Nukudnya, terlihat kalau ia takkan membiarkan Fang Jianheeng keluar. "Nona Laras, Raja Saetan sedang sakit... Kalau Jian tidak kembali maka! Akh...
Raja Saetan memasuki kamar Fang Jianheeng, matanya menyusuri setiap sudut kamar dan mencium aroma Fang Jianheeng yang tertinggal, ia bahkan tidak bisa tidur kalau bukan di kamar Fang Jianheeng. "Yang Mulia, saat ini tubuhmu masih tersegel pada tubuh manusiamu, tolong makanlah Yang Mulia," Siblis mengingatkan Raja Saetan dengan membawa beberapa makanan manusia yang menurutnya nikmat. Namun Raja Saetan hanya menatap makanan itu tanpa menyentuhnya sedikitpun, saat ini ia seperti tidak memiliki nafsu untuk melakukan apapun, membuat Siblis merasa sedih karena belum pernah melihat keadaan Rajanya seperti ini. "Siblis, kami menemukan siapa yang menghalangi hawa keberadaan Pengantin Yang Mulia." Jinfriet memberikan laporan dari alam Jien yang tersambung kepada roh Siblis yang kini memasuki tubuh manusia. Siblis yang mendengar itu kemudian keluar dari tubuh manusianya dan kembali ke alam Jien. Sebelum pergi Siblis menatap Yang Mulianya dengan sedih. "Apa maksudmu?" tanya Siblis begit
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen